Rangkaian Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2024. Nantinya para pemilih yang terdiri dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan Daftar Pemilih Sementara (DPS) akan memilih kepala daerahnya, baik wali kota, bupati, maupun gubernur.
Terdapat 545 daerah yang akan mengadakan pilkadanya di tahun ini. Detailnya, akan ada Pilkada Serentak 2024 di 37 provinsi, 415 kabupaten, serta 93 kota di tanah air. Pilkada serentak ini merupakan edisi kelima di Indonesia sekaligus pilkada serentak pertama kali yang melibatkan seluruh daerah yang berhak mengadakan pilkada.
Pada Minggu (31/3), Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI saat itu Hasyim Asy'ari menyadari bahwa pilkada edisi kali ini sangatlah besar, ia lantas meminta dukungan seluruh pihak untuk aktif menyukseskan acara tersebut.
“Secara teknis saya meminta kepada teman-teman KPU provinsi, kabupaten/kota, senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah daerah, dengan kepolisian, TNI, kejaksaan, dan dengan pengadilan supaya dalam mengerjakan pekerjaan ataupun tugas penyelenggaraan pilkada dapat bekerja dengan baik,” kata Hasyim di Yogyakarta.
Menyuarakan Isu Ekonomi Jadi Harapan masyarakat
Terdapat banyak sekali isu yang penting untuk disuarakan oleh calon kepala daerah dalam Pilkada Serentak 2024. Dalam hasil survei yang dilakukan KIC, isu ekonomi seperti lapangan kerja, kesejahteraan rakyat, hingga harga bahan pokok menjadi isu teratas yang diharapkan terangkat.
Selain itu, isu lain yang diharapkan adalah isu biaya pendidikan yang terjangkau (9,6%), akses transportasi publik (8,7%), demokrasi dan kebebasan berpendapat (3,5%), serta isu kesadaran lingkungan hidup (3,4%).
Dalam proses menyuarakan isu-isu tersebut, KIC menyebut bahwa aktivitas kampanye paling menarik yang disukai responden adalah berdialog dengan berbagai pihak seperti petani, nelayan, serta buruh. Opsi ini dipilih oleh 21,3% responden, dan hanya unggul tipis dengan aktivitas kampanye yaitu mengadakan pelatihan kewirausahaan (19,4%).
Pada urutan ketiga hingga kelima, terdapat aktivitas yang diharapkan lainnya seperti mengadakan pasar murah (14,7%), mengadakan bakti sosial (12,3%), hingga mengadakan seminar maupun diskusi publik (11,8%).
Survei ini melibatkan 7,8 ribu responden yang tersebar di 8 provinsi tanah air, dengan mayoritas domisili di Jawa serta Sumatra, dan berusia lebih dari 17 tahun. Metode yang dilakukan adalah menyebarkan broadcast berupa SMS dan WhatsApp berisi tautan survei.
Mayoritas responden merupakan Generasi Milenial (45,6%) dan Gen Z (39,4%), dengan pendidikan mayoritas sarjana (31,2%), dan SMA (49,1%).
Pentingnya Mencuri Hati Pemilih via Media Sosial
Dalam kesempatan lainnya, Pakar Media Universitas Muhammadiyah Surabaya Radius Setiyawan menyebut bahwa penyebaran ide atau visi misi pada rangkaian pemilihan memang paling efektif menggunakan media sosial. Hal ini disebabkan mayoritas pemilih akan didominasi oleh generasi muda.
“Mayoritas Generasi Z mengakses internet untuk membuka media sosial seperti TikTok dan Instagram, Generasi Z juga dianggap sebagai generasi yang paling menguasai teknologi informasi karena sangat intens dengan aktivitas digital,” kata Radius dalam rilis UM Surabaya.
Penggunaan media sosial sebagai media kampanye semakin meningkat dikarenakan naiknya jumlah pengguna internet di Indonesia. Berbagai langkah dapat dilakukan di media sosial untuk mencapai kesuksesan pada pemilihan.
"Visi yang jelas, keterlibatan pemilih, dan konten yang menarik akan menjadi kunci dalam memenangkan hati pemilih melalui media sosial," kata Akademisi Universitas Andalas Yudhi Andoni dalam Kumparan.
Baca Juga: Masih Dicintai Warga Jabar, Ridwan Kamil Unggul di Survei Pilkada
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Editor