Pemeriksaan kesehatan rutin menjadi penting dilakukan, terutama di tengah kondisi yang sangat tidak menentu. Paparan dari zat-zat berbahaya setiap harinya seperti asap kendaraan, kebiasaan hidup yang tidak sehat, hingga pola makan yang tidak teratur, turut berkontribusi terhadap kesehatan seseorang. Dalam hal ini, pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu dilakukan guna mengetahui gejala penyakit sedini mungkin dan mengurangi biaya pengobatan di kemudian hari. Sayangnya, kesadaran akan pentingnya pemeriksaan rutin ini masih cukup rendah, terutama di Indonesia.
Kementerian Kesehatan melalui laman resminya menyatakan bahwa banyak orang Indonesia yang tidak menyadari pentingnya pemeriksaan rutin, sehingga tak jarang penyakit baru ditemukan ketika kondisi sudah parah, bahkan terlambat untuk ditangani.
Penelitian Tam T. Ngo, dkk, mengungkapkan bahwa usia lanjut, pendapatan tinggi, dukungan sosial, dan juga asuransi kesehatan menjadi faktor yang mendorong seseorang rutin memeriksakan kesehatannya. Kondisi-kondisi tersebut dipandang mempermudah seseorang melakukan check up, terutama terkait fasilitas kesehatan yang tersedia.
Di dunia, kebiasaan masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya tentu berbeda-beda untuk setiap negara. Ada yang rutin melakukan pemeriksaan kesehatan ke klinik, ada pula yang tercatat jarang.
Menurut survei konsumen Statista yang dilakukan pada Juli 2023 hingga Juni 2024, 6 dari 10 penduduk Korea Selatan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Jumlahnya bahkan lebih dari dua kali lipat responden dari Inggris, yang tercatat memiliki layanan pemeriksanaan kesehatan gratis.
Spanyol dan Brasil menduduki posisi kedua dengan 53% respondennya tercatat melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Dukungan dari fasilitas kesehatan yang memadai turut mendorong tingginya angka ini. Tidak hanya itu, kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan untuk pencegahan dini juga rutin ditanamkan di negara-negara tersebut,
Sebaliknya, beberapa negara seperti Prancis, Polandia, dan Amerika Serikat tercatat memiliki angka yang lebih rendah. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi hal ini, seperti kurangnya waktu, kesulitan mengakses layanan kesehatan, hingga miskonsepsi terkait pemeriksaan rutin.
Kesadaran terkait pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin harus ditumbuhkan. Riset Kesehatan Dasar di 2018 menyatakan bahwa hanya 3 dari 10 penderita penyakit tidak menular yang berhasil terdeteksi, sedangkan 70% sisanya tidak mengetahui bahwa dirinya sakit. Selain itu, 70% penderita kanker baru terdeteksi pada stadium lanjut karena sering kali tidak menunjukkan gejala yang berarti. Pengobatan yang terlambat memperparah komplikasi dan meningkatkan risiko kematian. Deteksi dini dapat membantu mencegah penyakit sebelum berubah semakin parah.
Menurut Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, ada beberapa hal sederhana yang bisa dicek secara rutin, beberapa juga bisa dilakukan di rumah, seperti:
- Mengukur berat dan tinggi badan untuk memperoleh indeks massa tubuh.
- Mengukur lingkar perut untuk mengetahui kadar lemak. Batas aman adalah 90 cm untuk laki-laki dan 80 cm untuk perempuan.
- Mengukur tekanan darah untuk mendeteksi risiko hipertensi.
- Mengukur kadar gula darah, normal di bawah 100 mg/dl.
- Mengukur kadar kolesterol, baik jika di bawah 200.
- Melakukan tes PAP SMEAR atau IVA untuk mendeteksi dini kanker leher rahim.
- Memeriksa payudara sendiri (sadari) untuk mendeteksi risiko kanker payudara.
Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, risiko komplikasi berkelanjutan akibat penyakit bisa dicegah, yang pada akhirnya memperkecil risiko kematian akibat penyakit tidak menular.
Baca Juga: 90% Wanita Indonesia Tak Lakukan Deteksi Dini Kanker Payudara
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor