Meski baru tersedia untuk rute Jakarta-Bandung dan sebaliknya, Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) terbukti mengalami peningkatan jumlah penumpang menjelang libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Peningkatannya sekitar 15% dari hari-hari normal.
Pada 13-15 Desember lalu, penjualan tiket KCIC mencapai 60 ribu tiket. Rata-rata per harinya terdapat sekitar 20 ribu penumpang KCIC.
Sebanyak 48 perjalanan dengan kapasitas 28 ribu tempat duduk setiap hari akan disediakan pada masa liburan. Pada low season, okupansi terbaik berada di sekitar 70%-80%. Pihak KCIC menyebut, pada waktu-waktu tertentu okupansinya dapat mencapai 100%. Masa liburan ini memungkinkan okupansi juga mencapai 100%.
Adapun KCIC telah beroperasi sejak 17 Oktober 2023. Dalam waktu satu tahun, KCIC telah melayani sekitar 5,8 juta penumpang.
Secara keseluruhan, sebagian besar penumpang KCIC merupakan penumpang kelas Premium Economy, mencapai 94% atau 5,45 juta orang. Sementara itu, hanya ada 2% atau 112 ribu penumpang First Class. Kemudian, ada 4% atau 233 ribu penumpang Business Class.
Pada Oktober 2023, rata-rata penumpangnya mencapai 9 ribu orang per hari. Setahun berikutnya, rata-rata penumpang pada Oktober 2024 meningkat menjadi 18-22 ribu orang per hari. Puncak tertingginya dicapai pada 5 Juli 2024, yaitu 24.132 penumpang.
Peningkatan jumlah penumpang ini tentu dibarengi dengan frekuensi layanan. Di awal masa operasinya, KCIC hanya melayani 14 perjalanan. Kini, sudah ada 48 pelayanan per hari.
Meski begitu, angka tersebut sebetulnya belum memenuhi target 31 ribu penumpang setiap harinya.
Rute Baru KCIC: Jakarta-Surabaya
Kabar rute baru bagi KCIC sudah menyeruak sejak masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Di pemerintahan Presiden Prabowo ini, Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Suntana dan Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono menyatakan proyek ini sedang dalam masa kajian studi kelayakan.
Pengkajian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar manfaat proyek bagi masyarakat, serta efisiensi, efektivitas, dan dampaknya untuk keuangan negara. Pertimbangan tersebut dinilai penting agar proyek ini tidak terlalu berat membebani negara.
Proyek KCIC salah satunya memanfaatkan modal pinjaman luar negeri dalam penyelesaiannya. Pinjaman modal luar negeri tersebut bersumber dari China Development Bank sebesar 75%. Sementara itu, 25% lainnya berasal dari ekuitas pemegang saham.
Dari 25% sisanya, sebanyak 60% berasal dari konsorsium BUMN Indonesia, yaitu PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia dan 40% berasal dari konsorsium BUMN China, yaitu Beijing Yawan HSR Co Ltd yang berasal dari Tiongkok.
Baca Juga: Kemenhub Ungkap Potensi Pergerakan Masyarakat Tembus 110,67 Juta Selama Nataru 2024/2025
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor