Ketahui Prediksi Inflasi 2025 dan 2026, Persiapkan dari Sekarang!

Meskipun tidak selalu diprediksi dengan tepat, memiliki gambaran terhadap tren inflasi memberi ruang bagi perencanaan ekonomi yang lebih matang.

Ketahui Prediksi Inflasi 2025 dan 2026, Persiapkan dari Sekarang! Ilustrasi Inflasi | Vecteezy
Ukuran Fon:

Inflasi adalah salah satu fenomena ekonomi yang secara langsung memengaruhi daya beli masyarakat dan kestabilan ekonomi suatu negara. Ketika harga barang dan jasa meningkat dalam jangka waktu tertentu, nilai uang yang dimiliki masyarakat menjadi turun.

Namun, inflasi tidak terjadi secara seragam di setiap negara. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat atau Jerman mungkin mengalami inflasi yang relatif terkendali, sementara negara berkembang bisa menghadapi inflasi tinggi yang berdampak lebih besar pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Perbedaan tingkat inflasi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kebijakan moneter, kestabilan politik, hingga ketahanan ekonomi domestik. Misalnya, negara yang bergantung pada impor sangat rentan terhadap gejolak harga global.

Oleh karena itu, penting bagi individu maupun pelaku usaha untuk memiliki kesiapan menghadapi potensi kenaikan harga. Tanpa persiapan, inflasi bisa menggerus nilai tabungan, meningkatkan biaya hidup, dan memperkecil margin keuntungan bisnis.

Di sinilah pentingnya proyeksi atau prediksi inflasi. Dengan memperkirakan laju inflasi yang akan terjadi, pemerintah, perusahaan, dan masyarakat bisa mengambil langkah antisipatif. Pemerintah bisa menyesuaikan kebijakan fiskal, pelaku usaha bisa mengatur strategi harga, dan individu bisa menyusun anggaran yang lebih adaptif.

Myanmar Menjadi Negara dengan Proyeksi Inflasi Tertinggi Tahun 2025 dan 2026 | GoodStats

Berdasarkan data proyeksi inflasi dari Asian Development Bank (ADB) untuk tahun 2025–2026, terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan antar negara di kawasan Asia Tenggara.

Myanmar menempati posisi teratas dengan proyeksi inflasi tertinggi, yakni sebesar 29,3% pada 2025, meskipun diprediksi turun menjadi 20% di tahun 2026. Angka ini mencerminkan situasi ekonomi dan politik domestik yang belum stabil, serta tantangan berat dalam pengendalian harga di dalam negeri.

Laos berada di posisi kedua dengan inflasi sebesar 13,5% di tahun 2025 dan diperkirakan menurun menjadi 10,4% pada 2026. Meskipun menunjukkan tren penurunan, tingkat inflasi Laos tetap berada jauh di atas rata-rata regional, menandakan tekanan harga yang masih kuat dan kemungkinan besar terkait dengan faktor struktural seperti lemahnya nilai tukar dan ketergantungan pada impor.

Sementara itu, Vietnam dan Kamboja diproyeksikan memiliki inflasi yang lebih moderat. Vietnam diperkirakan mencatat inflasi sebesar 4% di tahun 2025 dan naik sedikit menjadi 4,2% di 2026.

Kamboja justru menunjukkan tren menurun dari 3,7% menjadi 2,4%. Ini mencerminkan kestabilan ekonomi yang relatif lebih baik dan efektivitas kebijakan moneter mereka dalam menjaga harga.

Di sisi lain, Filipina dan Timor-Leste memiliki proyeksi inflasi yang cukup stabil. Filipina diperkirakan tetap pada angka 3% selama dua tahun berturut-turut, sedangkan Timor-Leste mengalami sedikit penurunan dari 2,9% menjadi 2,6%.

Malaysia dan Indonesia menunjukkan angka yang hampir serupa dengan proyeksi inflasi masing-masing sebesar 2,5% dan 2% pada 2025, serta tetap stabil di tahun 2026.

Ini menunjukkan optimisme atas kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi dengan baik. Indonesia khususnya perlu mempertahankan kestabilan ini untuk melindungi masyarakat dari tekanan biaya hidup yang terus meningkat.

Singapura dan Thailand mencatatkan inflasi yang rendah, dengan proyeksi Singapura sebesar 2% pada 2025 dan turun menjadi 1,7% di 2026, sementara Thailand hanya 1% dan naik sedikit menjadi 1,1%. Kestabilan ini menandakan kuatnya sistem ekonomi dan efektivitas kebijakan pengendalian harga di kedua negara tersebut.

Brunei Darussalam menjadi satu-satunya negara yang diproyeksikan mengalami deflasi pada 2026, yakni sebesar -0,2%, setelah sebelumnya mencatatkan inflasi rendah sebesar 0,5% di 2025. Ini menunjukkan tekanan permintaan yang sangat lemah atau kemungkinan adanya penyesuaian harga domestik yang cukup signifikan.

Bagi negara-negara dengan proyeksi inflasi tinggi, fokus perlu diberikan pada stabilisasi harga dan penguatan daya beli masyarakat. Sementara bagi negara dengan inflasi rendah atau bahkan deflasi, tantangannya justru terletak pada menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap berjalan tanpa hambatan.

Baca Juga: Melihat Nilai Inflasi Indonesia, Dipengaruhi Sektor Apa?

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Persib Kokoh di Puncak Klasemen BRI Liga 1, PSM Merangsek ke Lima Besar

Persib Bandung masih memuncaki klasemen BRI LIga 1 pekan ke-29.

Persib Sukses Comeback dan Kalahkan Bali United dengan Skor 2-1

Persib meraih tiga poin saat main di kandang berkat kemenangan 2-1 atas Bali United.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook