Perbedaan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan di tengah masyarakat seringkali berujung pada diskriminasi dan ketidakadilan. Segala bentuk ketimpangan gender didasari oleh satu sumber kekeliruan yang sama, yaitu stereotipe.
Kabar baiknya, ketimpangan gender di Indonesia dalam lima tahun terakhir terus mengalami penurunan. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik dalam Indeks Ketimpangan Gender (IKG) 2022, skornya kini sebesar 0,459 atau turun 0,006 poin dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 0,465 poin.
"Hal ini mengindikasikan bahwa kesetaraan gender di Indonesia semakin membaik. Kita lihat sudah banyak wanita yang bekerja, TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) perempuan juga meningkat," jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dikutip dari CNN Indonesia.
Pudji melanjutkan, terdapat 15 provinsi yang memiliki skor IKG di bawah capaian nasional. Sedangkan, sisanya sebanyak 19 provinsi berada di atas capaian nasional. Sementara, tercatat bahwa sebanyak 25 provinsi mengalami penurunan skor IKG di tahun 2022.
Adapun bila ditinjau berdasarkan provinsi, skor ketimpangan di tanah air paling rendah ternyata didapatkan oleh D.I. Yogyakarta. Ini terlihat dari skor IKG provinsi tersebut yang berhasil meraih 0,240 poin pada tahun 2022.
Selanjutnya, ada DKI Jakarta di posisi kedua dengan skor IKG sebesar 0,32 poin. Disusul oleh Bali dan Jawa Tengah dengan skor IKG masing-masing sebesar 0,321 poin dan 0,371 poin lada 2022.
Kemudian, Sulawesi Selatan menyusul dengan perolehan skor IKG sebesar 0,39 poin. Lalu, ada pula Kepulauan Riau yang tercatat memiliki skor IKG sebesar 0,395 poin.
Namun di sisi lain, Nusa Tenggara menjadi provinsi dengan skor IKG tertinggi dalam skala nasional pada 2022. BPS melaporkan, provinsi tersebut mendapatkan skor sebesar 0,648 poin. Ini diikuti oleh Jambi di posisi kedua dengan skor IKG sebesar 0,54 poin.
Lebih lanjut, IKG diukur melalui tiga dimensi, yakni kesehatan reproduksi, pemberdayaan gender serta pasar tenaga kerja. Adapun, dimensi kesehatan reproduksi terlihat semakin membaik dalam lima tahun terakhir.
Merujuk pada laporan BPS, risiko perempuan terkait dengan kesehatan reproduksi semakin menurun. Sementara, dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja juga terlihat semakin setara.
"Persentase perempuan usia 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas meningkat. Pada tahun 2022, proporsinya naik menjadi 36,95% dari tahun 2021 yang hanya sebesar 34,87%," tulis BPS.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya