Beberapa tahun ke belakang, gerakan untuk memboikot produk terafiliasi Israel semakin keras terdengar. Isu boikot ini bukan sekadar gerakan politik dan ekonomi, melainkan juga fenomena sosial global yang mencerminkan sikap moral, solidaritas, dan penolakan terhadap praktik yang dianggap melanggar hak asasi manusia. Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, dukungan publik terhadap gerakan boikot terus menguat seiring meningkatnya perhatian pada konflik berkepanjangan di Palestina.
Survei dari Media Survei Nasional (Median) menunjukkan bahwa 80,2% responden setuju atas aksi boikot terhadap produk-produk terafiliasi Israel, dengan rincian 50,5% sangat setuju dan 29,7% merasa setuju. Sisanya sebanyak 12,8% mengaku tidak setuju.
Ada ragam alasan di balik dukungan publik akan gerakan ini, mulai dari sanksi ekonomi hingga bentuk dukungan.
Menurut survei, sebanyak 20,9% responden setuju memboikot produk terafiliasi Israel sebagai bentuk sanksi ekonomi terhadap negara tersebut. Dengan tidak membeli produk-produk Israel, pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan terganggu, yang pada akhirnya berdampak pada masa depannya.
Di sisi lain, 18,8% responden memboikot produk Israel karena rasa solidaritas kemanusiaan, terutama terhadap warga Palestina yang menjadi korban. Sebanyak 17,2% responden juga memboikot untuk memutus dukungan ekonomi terhadap Israel.
Lebih lanjut, 10,7% responden menilai upaya boikot ini bisa membantu menyelesaikan perang. Sebanyak 6,8% responden memboikot karena perilaku Israel dan 5,8% akibat dampak psikologis.
Ada pula 3,7% responden yang merasa produk Israel pantas diboikot sebagai bentuk kekecewaannya. Menariknya, segelintir orang juga memboikot produk Israel karena menilai kualitasnya buruk.
Kenapa Ada yang Tidak Setuju?
Di sisi lain, 29,3% responden merasa tidak setuju akan gerakan boikot Israel ini karena takut akan berdampak pada ekonomi dalam negeri. Ada pila 23,2% responden yang merasa produk terafiliasi yang masuk daftar boikot sebenarnya sudah mendapat izin pemerintah sehingga aman untuk tetap digunakan.
Sebanyak 15,9% responden merasa gerakan boikot ini tidak ada dampak langsungnya, sehingga memilih gerakan lain dalam mendukung Palestina.
Ada pula 4,9% responden yang merasa banyak produk Israel yang berkualitas bagus dan 2,4% responden merasa cukup mendukung lewat doa tanpa perlu aksi boikot.
Adapun survei ini dilakukan secara daring berbasis Google Form melalui media sosial Meta pada 8-13 September 2025. Sebanyak 643 responden terlibat, berasal dari seluruh provinsi di Indonesia.
Baca Juga: Ragam Sentimen Publik terhadap Israel di Berbagai Negara
Sumber:
median.or.id/2025/09/22/bedah-persepsi-publik-terhadap-unjuk-rasa-agustus-sept-isu-kontemporer/#
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor