Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa laporan kasus dugaan hepatitis akut pada anak-anak sudah mencapai 920 kasus dari 33 negara di dunia per 24 Juni 2022. Angka itu meningkat sebanyak 270 kasus dibandingkan bulan Mei lalu.
Melansir Reuters.com, wilayah Eropa menyumbang setengah dari kasus dugaan hepatitis akut. Tercatat, bahwa 267 kemungkinan kasus terjadi di Inggris, sementara sepertiga dari total dugaan kasus berasal dari Amerika Serikat (AS).
Hepatitis merupakan kondisi peradangan pada hati. Penyebab penyakitnya antara lain infeksi virus hepatitis A, B, C, D, E, serta infeksi non-virus seperti bakteri atau kondisi lain yakni racun, gangguan aliran darah ke hati, atau trauma abdomen.
Akan tetapi, penyebab hepatitis akut hingga kini masih belum diketahui secara pasti. Adapun, organisasi kesehatan AS menyebutkan, hipotesis utama penyebab wabah tersebut berasal dari infeksi adenovirus.
Berdasarkan data WHO terbaru pada tanggal 22 Juni lalu, dari 422 kasus yang dilaporkan bersamaan dengan informasi terkait jenis kelamin dan usia pasien, hampir setengahmya terjadi pada anak laki-laki. Adapun, kebanyakan dari mereka masih dibawah usia enam tahun.
Sudah ada 70 kasus kemungkinan hepatitis akut di Indonesia
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) Mohammad Syahril melaporkan ada 70 kasus kumulatif kemungkinan hepatitis akut misterius pada anak-anak yang tersebar di 21 provinsi per 24 Juni 2022. Rincian kasus tersebut adalah sebanyak 16 kasus probable, 14 kasus pending, serta 40 kasus discarded karena penyebabnya bukan dari hepatitis.
“Ada 21 provinsi, ya. Terbarunya di Jakarta. Di sebaran 21 provinsi ini ada yang probable, ada yang pending, ada juga yang sudah discarded,” kata Syahril dalam konferensi pers pada Jumat, (24/6) seperti yang dikutip dari Detik.com.
Dari 70 kasus tersebut, 57,1 persen atau sebanyak 40 pasien dinyatakan discarded (disingkirkan dari dugaan) dengan hasil diagnosis berupa demam berdarah (dengue), sepsis, infeksi bakteri, hepatitis A reaktif, drug-induced hepatitis, kelainan jantung, kolestasis susp atresia bilier, leukimia, serta neonatal kolestasis.
Syahril memaparkan pada 16 kasus probable hepatitis akut, terdapat 7 pasien sembuh (dipulangkan), 6 pasien meninggal dunia, 2 pasien menjalani rawat jalan, serta 1 pasien masih dirawat.
Sedangkan, berdasarkan demografi untuk klasifikasi 14 kasus pending yang diderita oleh 9 laki-laki dan 5 perempuan, usia pasien rata-rata 0-5 tahun (6 orang), usia 6-10 (5 orang), dan usia 11-16 (3 orang). Adapun, 3 orang meninggal, 4 orang sembuh, dan 2 orang lainnya dipulangkan.
Pasien paling banyak merasakan gejala demam dan hilang selera makan
Terdapat sejumlah gejala umum yang dirasakan oleh pasien terduga menderita hepatitis akut. Melansir Databoks berdasarkan laporan dari Kemenkes RI, mayoritas atau sebanyak 78,6 persen pasien mengalami demam serta hilang nafsu makan.
Gejala lain yang dirasakan oleh pasien terduga hepatitis akut di Indonesia adalah muntah sebanyak 71,4 persen. Lalu, sebanyak 64,3 persen pasien mengalami mual dan sebanyak 57,1 persen pasien mengalami jaundice atau perubahan warna kulit menjadi kekuningan pada bagian putih dari mata.
Kemudian, sebanyak 50 persen pasien mengalami perubahan warna urin dan nyeri di bagian perut. Berikutnya, sebanyak 42,9 persen pasien mengalami diare akut. Pasien dengan gejala malaise/lethargy dan sesak nafas ada sebanyak 28,6 persen. Sedangkan, gejala dengan perubahan warna feses sebanyak 21,4 persen dan gatal 7,1 persen.
Adapun, Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) mengimbau agar masyarakat melakukan pencegahan dengan rajin mencuci tangan, mengkonsumsi atau minum air bersih dan matang, membuang tinja atau popok sekali pakai pada tempatnya (tidak sembarangan), menggunakan alat makan sendiri, serta penggunaan masker dan menjaga jarak.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya