Karhutla atau kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menjadi persoalan menahun yang memerlukan penanganan sesegera mungkin. Selain diakibatkan oleh faktor manusia, musim juga mempengaruhi fenomena ini. Gesekan panas khususnya pada saat musim kemarau sering kali menyebabkan api yang berimbas pada kebakaran.
Menghimpun data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kurang lebih sudah terjadi 526 kasus karhutla di tanah air yang tercatat sepanjang Januari - September 2023. Meski belum akhir tahun, kejadian karhutla di Indonesia dilaporkan telah melonjak sebanyak 108,73% dibandingkan pada 2022 yang hanya mencapai 252 kejadian.
Adapun dari hasil pantauan yang dilakukan oleh Yayasan Madani Berkelanjutan, total luas area infikatif karhutla di tanah air telah mencapai 262.000 hektare sepanjang periode Januari hingga 21 Agustus 2023. Angka ini tercatat telah melampaui luas lahan terbakar sepanjang 2022 lalu, yakni seluas 204.000 hektare.
Dalam laporannya yang bertajuk Ancaman Karhutla di Kala El-Nino Menerpa: Update Karhutla Indonesia Januari-Agustus 2023, Madani merekomendasikan beberapa langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan untuk pemerintah Indonesia.
Mulai dari meningkatkan upaya insentif pencegahan dan penanggulangan karhutla di wilayah-wilayah rawan, memprioritaskan pemadaman dan penanganan asap di area ekosistem gambut, meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum di area izin, dan sebagainya.
“Tahun ini kita akan menghadapi tahun politik yang sarat dengan pemberian izin besar-besaran dalam sektor SDA. Walhi mencatat bahwa tahun politik biasanya adalah tahun dengan angka penerbitan izin lingkungan yang meningkat hingga ratusan kali lipat,” tulis Madani.
Jumlah hotspot atau titik panas level tinggi meningkat
Jumlah kejadian karhutla tercatat semakin marak terjadi dalam beberapa waktu terakhir di Indonesia. Kasus ini pun semakin diperparah oleh oleh fenomena El-Nino yang melanda tanah air, yang membuat musim kemarau menjadi lebih panjang dan curah hujan mengalami penurunan. Sehingga, titik panas semakin sulit dipadamkan dan membuat karhutla tak terelakkan.
Sejak Juni 2023, jumlah titik panas (hotspot) level tinggi di Indonesia mulai meningkat. Jumlahnya pun mencetak rekor sebanyak 1.274 titik panas pada September lalu, Data tersebut bersumber dari hasil temuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Di sisi lain, sudah ada sebanyak 169 titik panas level tinggi yang muncul per 3 Oktober 2023. Mirisnya, angka ini dilaporkan telah melampaui rekor sepanjang bulan Juli 2023 yang hanya sebanyak 88 titik panas.
Merespons kondisi ini, Menteri LHK Situ Nurbaya Bakar mengungkapkan bahwa penanganan karhutla sekarang diprioritaskan untuk wilayah Kalimantan Selatan, Jambi, dan Sumatera Selatan karena adanya risiko karhutla yang meluas akibat angin.
Siti juga menyampaikan bahwa pemerintah telah menempuh jalur penegakan hukum dengan menetapkan tersangka penyebab karhutla di tanah air. Selain itu, pihaknya juga telah memperingati sebanyak 144 perusahaan yang menjadi pemicu karhutla.
“Ada 144 perusahaan yang mendapatkan peringatan dan sebanyak 23 perusahaan disegel, pada areal terbakarnya antara lain di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan,” papar Siti dikutip dari Kompas.com pada Selasa, (3/10/2023) lalu.
Pentingnya upaya mitigasi untuk menanggulangi karhutla
Persoalan karhutla di tanah air memerlukan perhatian dan tindakan yang tepat. Mitigasi karhutla merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla yang dilakukan dengan cara mengurangi risiko terjadinya karhutla serta meminimalisir dampaknya.
Dalam rapat terbatas tentang mitigasi El-Nino yang berlangsung di Istana Merdeka pada 3 Oktober 2023 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan tiga arahan tentang antisipasi kekeringan, ketersediaan air bersih dan situasi pertanian, serta antisipasi dan penanganan karhutla.
Untuk mengantisipasi dan memitigasi potensi karhutla pada 2023, pemerintah mengadakan Rapat Koordinasi Khusus (Rakorsus) Pengendalian Karhutla 2023. Merespons ini, Menteri Siti beranggapan bahwa sinergi antarlembaga dan kementerian sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi ancaman karhutla.
Sehingga, sosialisasi untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai karhutla juga perlu ditingkatkan di level masyarakat agar upaya mitigasi bisa dilakukan secara optimal.
Selain itu, pemerintah Indonesia dikabarkan juga telah menggunakan teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah karhutla pada 2023. Penerapan teknologi ini dulu dikenal sebagai teknologi hujan buatan, yang menjadi bagian dari upaya pencegahan karhutla dengan cara pembasahan gambut. Metode ini dianggap efektif saat menangani karhutla pada tahun 2020.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya