Saat memasuki usia lanjut, beberapa fungsi tubuh perlahan mulai mengalami penurunan. Kondisi ini membuat masyarakat lanjut usia (lansia) lebih rentan mengalami gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasinya bertajuk Statistik Penduduk Lanjut Usia 2025 menyajikan data terkait persentase penduduk lansia dengan keluhan kesehatan dan angka kesakitan lansia selama beberapa tahun terakhir.
Penduduk dengan keluhan kesehatan adalah lansia yang mengalami gangguan kesehatan fisik maupun psikis, baik karena penyakit biasa seperti demam, batuk, pilek, diare, sakit kepala, maupun karena penyakit akut (meskipun tidak memiliki keluhan), karena kecelakaan, kriminalitas, atau keluhan kesehatan lainnya.
Sementara itu, angka kesakitan merupakan persentase lansia yang mengalami keluhan kesehatan dan aktivitas sehari-harinya terganggu akibat keluhan kesehatan tersebut.
Kategori lansia dalam survei ini merujuk pada masyarakat berusia 60 tahun ke atas. Secara spesifik, BPS membagi penduduk lansia menjadi tiga kelompok, yakni lansia muda (60-69 tahun), lansia madya (70-79 tahun) dan lansia tua (80 tahun ke atas).
Baca Juga: Lamanya Waktu Tunggu Jadi Alasan Utama Publik Tak Pakai Jaminan Kesehatan
Persentase Lansia Sakit Meningkat
Selama lima tahun terakhir, tampak bahwa persentase lansia dengan keluhan kesehatan dan angka kesakitan lansia selalu berbanding lurus jumlahnya. Pada 2021, persentase lansia dengan keluhan kesehatan tercatat mencapai 43,22%. Sementara itu, angka kesakitannya sebesar 22,48%.
Kemudian, pada dua tahun berikutnya, persentasenya menurun dengan rata-rata penurunan sebesar 0,87% untuk lansia dengan keluhan kesehatan dan 1,38% untuk angka kesakitan, menandakan kondisi kesehatan lansia yang semakin membaik.
Namun, pada 2024-2025, jumlah lansia sakit dan angka kesakitan kembali naik dengan rata-rata kenaikan sebanyak 1,27% untuk lansia dengan keluhan kesehatan, dan 0,74% untuk angka kesakitan, mencerminkan kondisi kesehatan lansia yang kian memburuk.
Berkaitan dengan hal ini, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji menyoroti pentingnya kehadiran negara dalam melayani berbagai kebutuhan lansia, salah satunya kebutuhan akan kesehatan.
“Aging population kita sudah mencapai 12%. Program seperti Lansia Berdaya, sekolah lansia, dan layanan kesehatan harus dirumuskan bersama agar negara tetap hadir,” ucapnya dalam Rapat Koordinasi Triwulan IV di Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Jakarta, mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan RI (8/12/2025).
Menanggapi hal ini, Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti mengatakan bahwa BPJS telah mengeluarkan biaya yang besar untuk layanan lansia setiap tahunnya.
“BPJS mengeluarkan sekitar Rp42 triliun untuk layanan lansia setiap tahun, dan semua gangguan kesehatan jiwa dijamin, angka remaja yang terdeteksi bermasalah juga terus naik,” ungkapnya.
Adapun survei ini melibatkan 345.000 sampel rumah tangga yang tersebar di 34 provinsi. Pada setiap blok sensus yang dipilih secara probability proportional to size (PPS) dilakukan pemilihan sampel sebanyak 10 rumah tangga dengan systematic sampling sehingga jumlah sampel blok sensus pada survei ini sebanyak 34.500 blok sensus.
Baca Juga: 83% Lansia RI Bergantung Secara Finansial pada Keluarga
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/12/12/868d335b088dcddc3ddee052/statistik-penduduk-lanjut-usia-2025.html
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor