Minat baca sering disebut sebagai salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan literasi di Indonesia. Di tengah derasnya arus informasi digital, kebiasaan membaca buku tampaknya kian terdesak oleh tontonan visual dan konten singkat di media sosial yang lebih menarik. Kondisi ini tercermin pula dari menurunnya kunjungan ke Perpustakaan Nasional (Perpusnas), yang seharusnya menjadi pusat kegiatan literasi masyarakat.
Menurut data Perpusnas, jumlah kunjungan ke Perpusnas perlahan turun. Pada 2016, jumlah kunjungannya mencapai 575,8 ribu, yang sempat naik tipis menjadi 593,2 ribu pada tahun berikutnya.
Pada 2018, jumlah pengunjung di Perpusnas turun menjadi hanya 534,8 ribu, dan naik tipis pada 2019 menjadi 536,8 ribu. Meski demikian, pandemi Covid-19 mendorong penurunan tajam jumlah pengunjung ke Perpusnas, menjadi hanya 448,8 ribu pada 2020, turun lagi menjadi 444 ribu pada 2021 dan 432,4 ribu pada 2022.
Meski sudah pulih dari pandemi, jumlah kunjungan ke Perpusnas tak kunjung membaik. Pada 2023, jumlah kunjungan turun menjadi hanya 370,2 ribu, dan kembali turun pada 2024 menjadi 273,4 ribu. Per 4 Oktober 2025, jumlah pengunjung ke Perpusnas tercatat sebesar 262,1 ribu. Dalam satu dekade terakhir, total pengunjung Perpusnas mencapai 4,47 juta.
Jumlah terbitan yang diakses juga turun dalam beberapa tahun terakhir. Sempat mencapai titik tertinggi pada 2021 dengan 490,9 ribu, kini jumlah terbitan yang diakses hanya 269,8 ribu saja.
Genre edukasi memuncaki daftar subjek yang paling banyak dicari dengan capaian 36,3%, diikuti oleh genre obat-obatan general dengan 12,9% serta nutrisi dan diet dengan 10,5%.
Dari tahun ke tahun, mahasiswa mendominasi profesi yang paling sering mengunjungi Perpusnas, dengan rata-rata lebih dari 50% pengunjungnya masih duduk di bangku kuliah. Hal ini menegaskan pentingnya peran Perpusnas dalam menunjang edukasi di tingkat tinggi.
Mayoritas pengunjung masih berdomisili di Jawa, hal yang tidak mengherankan mengingat lokasinya di ibu kota Indonesia. DKI Jakarta menyumbang 45,93% pengunjung pada 2025, diikuti oleh Jawa Barat (11,31%) dan Jawa Timur (10,99%).
Jadi Perpustakaan Tertinggi
Perpusnas diklaim sebagai perpustakaan tertinggi di dunia dengan total 24 lantai, membuat pengunjungnya bisa menikmati ketinggian kota Jakarta ketika berkunjung. Balkon di lantai 24 menghadap ke Monas, membuatnya jadi spot foto favorit, terutama anak muda.
Bukan cuma membaca, pengunjung juga bisa mencari spot tenang untuk mengerjakan tugas dan pekerjaannya hingga menikmati pemandangan.
Perpusnas sendiri buka pada Senin-Jumat pukul 08.00-19.00 WIB dan Sabtu-Minggu pukul 09.00-16.00 WIB. Pengunjung sama sekali tidak dipungut
Baca Juga: Tingkat Kegemaran Membaca Indonesia Terus Naik
Sumber:
https://e-resources.perpusnas.go.id/statistik
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor