Jika ditanya cita-cita ketika dewasa nanti, mungkin tidak banyak anak yang menjawab ingin jadi guru. Kebanyakan menyebutkan profesi dengan gaji tinggi dan kesempatan karier yang luas, seperti dokter, pengacara, dan lain sebagainya.
Pandangan terhadap profesi guru di kalangan masyarakat kadang berkonotasi negatif, dikaitkan dengan isu ketidaksejahteraan yang terus menempel. Mereka yang mencerdaskan bangsa, tapi mereka sendiri tak kunjung sejahtera.
#JanganJadiGuru
Beberapa saat lalu, sempat viral di media sosial tagar yang mengumandangkan kekecewaan terhadap kesejahteraan guru di tanah air. Tagar ‘JanganJadiGuru’ ini sempat trending di media sosial, menggarisbawahi mirisnya kehidupan para guru di Indonesia.
Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Wonosobo, Yunina Resmi Prananta turut menyayangkan munculnya tagar ini.
“Padahal guru itu kan tugas yang sangat mulia, dia berani mengabdikan diri untuk negara, untuk mencerdaskan kehidupan anak didik kita, untuk mencetak generasi kita,” tutur Yunina ketika diminta keterangan oleh GoodStats pada Senin (13/1/2025).
“Mending hashtag #JadiGuruHebat, itu kan lebih positif ya,” lanjutnya.
Salah satu tolak ukur kesejahteraan pekerja adalah dari gajinya. Bukan lagi hal baru bahwa gaji guru di Indonesia sering kali tidak bisa dianggap layak, apalagi bagi guru honorer dan belum bersertifikasi. Tidak heran jika banyak orang tua yang melarang anak-anaknya untuk menjadi guru demi kebaikannya sendiri. Bahkan, guru-guru pun sering melarang muridnya untuk menjadi guru.
Jika dilihat dari gajinya, gaji guru di Indonesia jadi salah satu yang terendah dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara.
Di daerah tertentu, guru honorer hanya digaji Rp2 juta per bulan, beberapa bahkan di bawah nominal tersebut, ada yang hanya diupah Rp300 ribu.
Menurut Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin, gaji guru honorer di DKI Jakarta berkisar antara Rp1 juta sampai Rp2 juta per bulan. Di daerah-daerah tertentu, ada guru honorer yang hanya menerima Rp300 ribu hingga Rp1 juta per bulan.
Guru PNS menerima gaji yang lebih tinggi, berkisar Rp1,7 juta hingga Rp6,4 juta berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2024, tergantung golongannya. Meski lebih tinggi, rata-rata gaji guru di Indonesia berkisar Rp2,7 juta per bulan, masih di bawah besaran UMK di beberapa wilayah.
Bagaimana Kesejahteraan Guru RI?
Kesejahteraan guru di tanah air sebenarnya kembali lagi pada klasifikasi guru yang bersangkutan. Menurut Yunina, guru-guru yang sudah sertifikasi dan menjadi ASN mendapatkan gaji pokok yang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
“Kalau yang sudah sertifikasi, sejahtera, karena sudah dapat gaji pokok ditambah sertifikasi satu kali gaji pokok, tunjangan. Tapi kalau dibilang guru di Indonesia ini yang notabene bukan ASN dan dia hanya honorer yang gajinya aja gak tentu dari bos atau dari alokasi dana apa, mereka belum sejahtera sepenuhnya, karena mereka belum diangkat sebagai ASN,” terang Yunina.
Ia turut menggarisbawahi kesejahteraan guru-guru honorer RI dengan gaji yang masih sangat rendah.
“Kalau kita klasemenkan temen-temen yang honorer atau dia belum menjadi guru ASN, belum sejahtera, karena di situ gajinya aja paling cukup untuk bensin, dengan gaji pas-pasan betul-betul harus memenuhi kebutuhannya dalam satu bulan. Jadi ya tergantung, guru mana dulu,” lanjutnya.
Menurut survei dari lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) pada Mei 2024, sebanyak 74% guru honorer di Indonesia dibayar di bawah UMK 2024, yakni Rp2 juta per bulan. Bahkan, 20,5% di antaranya hanya mendapat Rp500 ribu per bulan.
Lebih lanjut, dengan jumlah tanggungan yang rata-rata sebanyak 3 anggota keluarga, 89% guru merasa penghasilannya dari mengajar masih kurang buat memenuhi kebutuhan hidup. Guru-guru pun terpaksa mencari sumber penghasilan tambahan, seperti mengajar bimbel (39,1%), berdagang (29,3%), bertani (12,8%), menjadi buruh (4,4%), kreator konten (4%), hingga pengemudi ojek online (3,1%).
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), guru menjadi profesi yang paling banyak terjerat pinjaman online (pinjol) di RI. Sebanyak 42% masyarakat yang terjerat pinjol ilegal merupakan guru, disusul korban pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 21% dan ibu rumah tangga sebesar 18%.
Padahal, Tingkat Kepercayaan pada Guru Jadi yang Tertinggi
Menurut survei Ipsos, guru jadi profesi yang paling dipercaya warga Indonesia, dengan tingkat kepercayaan mencapai 74%. Tingkat kepercayaannya ini sedikit lebih tinggi dibanding profesi dokter di angka 73%, namun jauh lebih tinggi dibanding profesi lain seperti ilmuwan, pendeta, staf rumah makan, hingga jurnalis.
Tingkat ketidakpercayaan warga RI terhadap guru juga sangat rendah, hanya di angka 7%. Bahkan, dari 32 profesi yang masuk survei, Indonesia menjadi negara yang paling percaya dengan profesi guru, sedangkan Jepang jadi yang terendah.
“Harusnya begitu, karena kita mendidik anak-anak untuk nanti bisa tumbuh kembang jadi orang yang bisa dipercaya,” ujar Yunina.
Survei sendiri dilakukan secara daring terhadap 23.530 responden dari 32 negara pada 24 Mei hingga 7 Juni 2024. Responden yang berasal dari Indonesia ada 500 orang, berusia 21-74 tahun.
Secara keseluruhan, survei ini menggambarkan tingginya tanggung jawab yang diemban oleh guru-guru di Indonesia. Mereka sangat dipercaya oleh warga RI untuk bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, yakni mendidik generasi pembentuk masa depan bangsa. Tanggung jawab ini tidak bisa dipandang sebelah mata, mengajar bukan hal yang bisa dengan mudah dilakukan oleh siapa pun. Anak-anak memiliki karakteristik khusus dan unik yang harus menjadi perhatian guru. Pendidikan yang salah bisa membunuh masa depan si kecil, sehingga profesi guru sejatinya memiliki tanggung jawab yang besar.
Warga RI sangat percaya bahwa guru bisa membentuk generasi muda menjadi lebih baik. Namun di saat bersamaan, kesejahteraan guru masih terus dipertanyakan. Mereka yang bekerja tanpa tanda jasa dan kehormatan, hanya mengajar dalam diam dan mencerdaskan anak-anak bangsa, memikul kepercayaan dan ekspektasi yang tinggi di tengah kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Bukankah wajah seperti ini sangat miris?
RI Bakal Kekurangan Jumlah Guru?
Tidak heran jika jumlah guru di Indonesia terus menurun, seiring dengan banyaknya guru yang juga pensiun. Menurut Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Indonesia kurang sekitar 1,3 juta guru pada 2024. Menurut data tersebut, terdapat 3,3 juta guru pada 2022 hingga 2023, namun jumlahnya terus berkurang mencapai 70 ribu guru per tahun akibat banyaknya yang pensiun.
Tidak hanya itu, melihat jejak profesi guru sebelumnya, profesi satu ini sejatinya bukan profesi yang populer di kalangan anak muda, mendorong risiko Indonesia darurat guru dalam beberapa tahun ke depan.
Yunina menekankan pentingnya pemerintah untuk lebih memerhatikan kesejahteraan guru, salah satunya dengan menaikkan gajinya secara signifikan.
“Tinggal bagaimana pemerintah saja ke depan, pemerintah bisa tidak nanti menaikan gaji guru yang sekarang isunya masih rendah, belum bisa memenuhi kesejahteraan guru, karena saya lihat dari tahun ke tahun belum ada nih kenaikan gaji guru yang signifikan,” ungkapnya.
Ia turut menambahkan harapannya agar guru-guru Indonesia bisa hidup lebih sejahtera dan menjadi profesi yang diimpikan oleh generasi muda mendatang.
“Menjadi guru adalah pilihan hidup dan tugas yang sangat mulia karena kita mengabdikan hidup kita untuk bisa mencerdaskan anak didik kita yang nantinya akan memimpin negeri ini. Jadi, guru, teacher, di beberapa negara maju, itu sangat diperhitungkan, sangat dipertimbangkan gajinya. Kenapa Indonesia tidak?” tutupnya.
Baca Juga: Cek Fakta: Pramono Anung Sebut Kesejahteraan Guru Honorer Masih Rendah
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor