Perubahan iklim merupakan salah satu permasalahan paling genting yang disoroti oleh masyarakat global. Dampak perubahan iklim ini akan merusak kemampuan tiap negara dalam mencapai pembangunan berkelanjutan, hingga berisiko terhadap kelangsungan seluruh masyarakat dan sistem pendukung biologis planet bumi.
Perubahan iklim sangat terkait dengan pola ketimpangan global. Orang-orang miskin paling rentan menanggung beban dampak perubahan iklim, namun mereka berkontribusi paling sedikit terhadap krisis.
Ketika dampak perubahan iklim meningkat, jutaan orang yang rentan menghadapi tantangan yang tidak proporsional, meliputi cuaca ekstrem, masalah kesehatan, ketahanan pangan, air, mata pencaharian, hilangnya identitas budaya, dan risiko terkait lainnya.
Berdasarkan riset lembaga riset global Ipsos teranyar, isu perubahan iklim menjadi permasalahan lingkungan yang paling genting menurut masyarakat global. Sebanyak 46 persen responden menganggap isu ini yang paling menjadi perhatian di negaranya.
Sehubungan dengan ini, cuaca ekstrem yang berkaitan dengan banjir, kebakaran hutan, serta gelombang panas juga mendapat banyak sorotan dengan persentase responden mencapai 43 persen.
Diikuti oleh isu penumpukan sampah (41 persen), polusi udara (37 persen), kekhawatiran kurangnya sumber daya (36 persen), pencemaran air (36 persen), deforestasi (28 persen), menurunnya keanekaragaman (28 persen), pencemaran tanah (24 persen), dan kekeringan (23 persen).
Mengutip data Ipsos, Indonesia tercatat masuk ke dalam jajaran negara di dunia yang menganggap perubahan iklim ekstrem sebagai masalah penting dengan perubahan yang cukup besar, yaitu lima poin.
Hal ini mengindikasikan bahwa responden Indonesia memiliki kekhawatiran dan menganggap cuaca ekstrem patut mendapatkan perhatian. Adapun, progress atau penindak lanjutan terbesar terlihat di Afrika Selatan, Maroko, dan Korea Selatan dengan tambahan poin masing-masing senilai 17, 16, dan 12.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya