Laporan Global Wealth Report 2024 memperkirakan jumlah jutawan (dalam satuan US$) di Indonesia akan bertambah hingga 16 ribu orang pada 2028. Pada 2023, jumlahnya mencapai 178.605 orang. Kemudian, pada 2028 mendatang diperkirakan mencapai 235.136 orang.
Akan tetapi, jumlah ini masih sangat jauh dibandingkan negara-negara lain. Dalam hal ini, Amerika Serikat memimpin pemeringkatan.
Dari pertumbuhannya, jutawan di Taiwan meningkat paling drastis, yaitu 47%. Jumlahnya diperkirakan mencapai 1.158.239 orang pada 2028. Setelahnya, disusul oleh Turkiye dengan pertumbuhan 43%. Jumlah jutawan kira-kira mencapai 87.077 orang pada 2028.
Sementara itu, Indonesia berada di peringkat 4 berdasarkan pertumbuhannya, yaitu 32%. Posisinya tepat di bawah Kazakhstan dengan 37%, jutawan diperkirakan mencapai 60.874 pada 2028 mendatang.
Situasi terbalik terjadi di Yunani, di mana tidak tercatat adanya perkembangan jumlah jutawan. Di Belanda dan Britania Raya, pertumbuhan jutawan justru minus. Tepatnya -4% di Belanda dan -17% di Britania Raya.
Pertumbuhan kekayaan global meningkat 4,2% pada 2023. Satu tahun sebelumnya, dunia justru terpuruk dengan penurunan kekayaan global hingga 3%. Penurunan ini pernah terjadi sebelumnya, yaitu pada krisis finansial 2008 dan pada 2015.
Sayangnya, Kesenjangan Kekayaan Cukup Tebal di Indonesia
Dalam laporan yang sama, terlihat bahwa kesenjangan kekayaan di Indonesia mencapai 68%. Semakin mendekati 100% artinya kesenjangannya semakin tinggi. Perolehan Indonesia ini sama dengan yang diperoleh Jerman, menempatkan kedua negara ini di peringkat 10 dan 11 dalam daftar.
Kesenjangan kekayaan paling tinggi terjadi di Afrika Selatan, mencapai 82%. Berikutnya adalah Brasil (81%), Uni Emirat Arab (77%), Swedia (75%), Amerika Serikat (75), India (73%), Meksiko (72%), dan Singapura (70%).
Berdasarkan data World Bank, pada 2024 lalu jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 171,19 juta jiwa. Jumlah ini setara dengan 60,3% dari total penduduk Indonesia.
World Bank menetapkan standar atau garis kemiskinan di angka Rp1,1 juta per kapita per bulan hingga diperoleh data demikian. Akan tetapi, Badan Pusat Statistik (BPS) menetapkan garis kemiskinan Rp595 ribu per kapita per bulan hingga diperoleh 24,06 juta penduduk miskin.
Sementara itu, sejumlah konglomerat di Indonesia tercatat memiliki kekayaan hingga puluhan miliar US$. Sebut saja Low Tuck Kwong (US$26,9 miliar), R. Budi Hartono (US$22,4 miliar), Michael Hartono (US$21,6 miliar), Prajogo Pangestu (US$19,2 miliar), dan Sri Prakash Lohia (US$8,4 miliar).
Baca Juga: Bank Dunia dan BPS: Memahami Perbedaan Angka Kemiskinan Indonesia
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor