Setiap tanggal 8 Juli, dunia merayakan Hari Video Game Sedunia. Hari ini bukan hanya dimaksudkan untuk bermain game, tetapi juga sebagai waktu untuk mengingatkan sekaligus menghargai pengaruh besar game bagi kehidupan masyarakat.
Dalam sejarahnya, game pertama yang diciptakan di dunia adalah "Tennis for Two". Game ini dibuat pada tahun 1958 oleh fisikawan Amerika, William Higinbotham. Setelah itu, video game terus berevolusi menjadi berbagai bentuk yang semakin kompleks dan menarik. Video game pun kini berkembang menjadi budaya hiburan populer bagi banyak orang di dunia.
Seiring kemajuan teknologi, video game mulai bisa diakses melalui berbagai perangkat seperti konsol, komputer, dan perangkat mobile. Didukung kemudahan akses, game kemudian tidak lagi hanya dianggap sebagai hiburan anak-anak semata, tetapi telah menjadi bagian dari budaya populer dan kehidupan sehari-hari banyak orang.
8 dari 10 Pengguna Internet Bermain Video Game
Menurut Game Quitters, terdapat lebih dari dua miliar orang di dunia bermain game dan angkanya diperkirakan akan terus meningkat. Fakta ini diperkuat oleh data yang menunjukkan bahwa beberapa negara memiliki tingkat penetrasi video game yang sangat tinggi, menunjukkan minat tinggi masyarakat terhadap game.
Data di atas menyebutkan bahwa rata-rata penetrasi game di seluruh dunia mencapai angka 81.9%. Ini berarti dari semua pengguna internet di dunia, delapan dari sepuluh menggunakannya untuk bermain game.
Filipina menduduki puncak daftar dengan 95,8% pengguna internetnya bermain game, diikuti oleh Indonesia di urutan kedua dengan selisih tipis. Penetrasi game tertinggi cenderung didominasi negara Asia, menunjukkan popularitas game yang tinggi di benua tersebut.
Popularitas video game tidak bisa diabaikan, terutama mengingat dampak kompleks yang sering kali memberikan efek positif dan negatif bagi pemainnya. Pertama, game memberikan kesempatan bagi pemain untuk bersantai dan melarikan diri dari rutinitas harian mereka. Efek ini pun memiliki peran signifikan dalam terapi kesehatan mental. Video game sering kali dijadikan media untuk membantu mengurangi tingkat stres hingga meningkatkan kesejahteraan emosional pasien.
Kontradiksi dengan itu, kenyamanan emosional yang ditawarkan game menghadirkan efek adiktif tersendiri. World Health Organization (WHO) bahkan mendefinisikan secara khusus gangguan yang disebabkan oleh video game dengan istilah gaming disorder dalam revisi ke-11 International Classification of Diseases (ICD-11). Gangguan yang dimaksud ditandai oleh perilaku bermain game yang tidak terkontrol hingga mengganggu kehidupan sehari-hari.
Meski begitu, studi menunjukkan bahwa kecanduan video game hanya memengaruhi sebagian kecil dari orang yang bermain game online atau video game. Hal terpenting agar terhindar dari sifat adiktif game adalah memperhatikan waktu yang dihabiskan untuk bermain.
Jika aktivitas sehari-hari seperti menjaga kebersihan diri, berinteraksi sosial, dan memenuhi kewajiban sekolah atau pekerjaan mulai terabaikan, hal ini bisa menjadi tanda-tanda awal dari kecanduan video game. Selama aktivitas tersebut tidak terganggu, maka tidak perlu merasa takut untuk menikmati bermain game.
Baca Juga: 10 Game Esports Paling Populer Sepanjang 2023, Mobile Legend Urutan Berapa?
Penulis: Afra Hanifah Prasastisiwi
Editor: Editor