TikTok Shop telah menjadi salah satu inovasi utama dalam dunia e-commerce yang memanfaatkan kekuatan media sosial untuk mendorong transaksi online. Dengan menggabungkan fitur belanja langsung ke dalam platform, TikTok telah mengubah cara konsumen menemukan dan membeli produk.
Tren ini semakin kuat seiring dengan meningkatnya popularitas video pendek yang menghibur dan menarik, memungkinkan merek dan penjual untuk menjangkau konsumen dengan cara yang lebih interaktif dan personal.
Salah satu indikator keberhasilan TikTok Shop adalah peningkatan Gross Merchandise Value (GMV), yang mencerminkan total nilai transaksi yang terjadi di platform tersebut. GMV TikTok Shop telah menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna aktif dan diversifikasi produk yang ditawarkan.
Namun, perkembangan GMV TikTok Shop tidak seragam di setiap negara. Faktor-faktor seperti tingkat adopsi teknologi, perilaku belanja konsumen, dan daya beli masyarakat memengaruhi perbedaan kinerja di berbagai wilayah.
Di beberapa negara, GMV TikTok Shop tumbuh pesat karena tingginya penetrasi internet dan budaya konsumsi yang mendukung belanja online melalui platform sosial. Sementara itu, di negara lain, perkembangan GMV masih dalam tahap awal karena tantangan infrastruktur dan preferensi konsumen yang berbeda.
TikTok Shop menunjukkan performa luar biasa di Amerika Serikat dengan nilai GMV mencapai US$9 miliar pada tahun 2024. Angka ini mencerminkan potensi besar platform tersebut di pasar negara maju, yang didukung oleh tingkat adopsi teknologi tinggi dan preferensi konsumen terhadap pengalaman belanja berbasis video yang interaktif.
Dominasi ini menegaskan bahwa Amerika Serikat merupakan salah satu pasar kunci dalam mendorong keberhasilan TikTok Shop secara global.
Di urutan kedua, Indonesia mencatat GMV sebesar US$6,198 miliar, menjadikannya pasar terbesar di Asia Tenggara untuk TikTok Shop. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh populasi yang besar, tingginya pengguna TikTok, serta budaya konsumsi digital yang terus berkembang.
Thailand menyusul dengan GMV sebesar US$5,743 miliar, menunjukkan perannya sebagai salah satu pasar utama di kawasan Asia. Kecenderungan konsumen Thailand untuk berbelanja melalui live shopping dan interaksi langsung dengan penjual di platform sosial media telah memperkuat posisi TikTok Shop di negara ini.
Vietnam juga mencatat pertumbuhan signifikan dengan GMV sebesar US$4,454 miliar. Meskipun masih di bawah Thailand, pasar Vietnam mencerminkan potensi besar dengan perkembangan pengguna TikTok yang cepat dan meningkatnya preferensi belanja digital.
Di Filipina, GMV TikTok Shop mencapai US$3,120 miliar, menunjukkan bahwa platform ini semakin diterima oleh konsumen lokal. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh peningkatan infrastruktur digital serta kemudahan akses belanja online yang terus membaik.
Malaysia berada di posisi keenam dengan GMV sebesar US$2,724 miliar. Meski lebih kecil dibandingkan negara-negara tetangganya, pertumbuhan ini menggambarkan potensi pasar yang terus berkembang. Preferensi konsumen Malaysia terhadap belanja online berbasis konten kreatif menjadi pendorong utama perkembangan TikTok Shop di negara tersebut.
Di luar kawasan Asia, Inggris mencatat GMV sebesar US$1,548 miliar. Meskipun pasar Eropa belum sebesar Asia atau Amerika Serikat, keberadaan TikTok Shop di Inggris menunjukkan bahwa platform ini mampu merambah pasar yang lebih beragam dengan tetap mengedepankan strategi yang sesuai dengan preferensi lokal.
Terakhir, Singapura mencatat GMV sebesar US$391 juta, yang meskipun lebih kecil dibandingkan negara-negara lain, tetap relevan sebagai pasar strategis.
Sebagai pusat bisnis dan teknologi di Asia Tenggara, Singapura berfungsi sebagai jembatan untuk pengembangan TikTok Shop di kawasan ini, dengan konsumen yang mulai mengadopsi belanja berbasis media sosial.
Baca Juga: Eksistensi TikTok di Kalangan Gen Z: Media Sosial atau E-Commerce?
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor