Indonesia memiliki kebutuhan protein hewani yang tinggi. Daging menjadi salah satu sumber protein hewani yang penting, tetapi produksinya dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Akibatnya, Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor daging sapi terbesar di dunia, dan Australia menjadi negara pemasok utama pada tahun 2023.
Peningkatan Permintaan Daging di Indonesia
Indonesia adalah importir daging terbesar dari Australia pada tahun 2023. Menurut laporan tersebut, Indonesia mengimpor 112.601 ton daging dari Australia pada tahun 2023. Fakta ini merupakan peningkatan yang signifikan dari angka impor tahun 2022.
Peningkatan impor daging dari Australia kemungkinan didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah peningkatan permintaan daging di Indonesia. Daging adalah sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia.
Konsumsi daging per kapita di Indonesia diperkirakan mencapai 2,0 kilogram pada tahun 2023, naik dari 1,5 kilogram pada tahun 2022. Peningkatan konsumsi daging ini didorong oleh pertumbuhan populasi, pertumbuhan ekonomi, dan urbanisasi.
Peningkatan konsumsi daging di Indonesia didorong oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah pertumbuhan populasi. Semakin banyaknya penduduk Indonesia berarti semakin besar pula kebutuhan protein hewani.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi turut mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Dengan pendapatan yang meningkat, masyarakat Indonesia memiliki daya beli yang lebih tinggi untuk mengonsumsi daging.
Urbanisasi juga menjadi faktor pendorong lainnya. Penduduk perkotaan cenderung memiliki gaya hidup yang lebih sibuk dan lebih memilih makanan yang praktis untuk disiapkan. Daging olahan seperti sosis dan daging kemasan menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat urban yang memiliki mobilitas tinggi.
Keterbatasan Produksi Daging Lokal
Sementara permintaan terus meningkat, produksi daging lokal belum mampu mengikutinya.
Sebagian besar peternakan di Indonesia tergolong peternakan rakyat dengan skala kecil. Peternakan rakyat ini biasanya memiliki keterbatasan lahan, modal, dan teknologi.
Kualitas pakan ternak yang tidak memadai dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas hewan.
Selain itu, kurangnya infrastruktur pendukung seperti Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang modern dan jaringan distribusi yang efisien dapat menyebabkan kerugian pasca panen dan meningkatkan harga daging sapi di tingkat konsumen.
Australia: Mitra Dagang dan Sumber Daging Premium
Australia memiliki keunggulan komparatif dalam produksi daging. Dengan iklim yang mendukung dan lahan yang luas, Australia mampu menghasilkan daging berkualitas tinggi dalam skala besar.
Selain itu, Australia menerapkan standar keamanan pangan yang ketat, membuat daging sapi Australia diminati oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Kedekatan geografis antara kedua negara juga menjadi faktor yang menguntungkan, memudahkan pengiriman daging sapi ke Indonesia dengan biaya yang lebih efisien.
Dampak Impor Daging bagi Peternak Lokal
Impor daging sapi dari Australia dan negara lain membantu memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Namun, disisi lain, impor daging sapi juga dapat berdampak negatif terhadap peternak lokal. Harga daging impor yang biasanya lebih murah dapat membuat daging sapi lokal kalah bersaing di pasaran.
Peternak lokal akan kesulitan untuk menutup biaya produksi jika harga jual mereka tidak bisa bersaing. Hal ini dapat menyebabkan peternak gulung tikar dan beralih ke usaha lain. Jika peternak lokal terus berkurang, ketergantungan Indonesia pada impor daging sapi akan semakin besar.
Selain itu, ketergantungan yang tinggi pada impor daging sapi dapat membahayakan ketahanan pangan nasional. Jika terjadi gangguan pada rantai pasok global atau gejolak harga di negara pemasok, Indonesia akan kesulitan memenuhi kebutuhan daging sendiri.
Upaya Pemerintah: Peningkatan Produksi dan Pengendalian Impor
Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya untuk mendorong produksi daging lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor. Beberapa langkah yang telah diambil pemerintah antara lain:
-
Subsidi dan Bantuan untuk Peternak
Pemerintah memberikan subsidi untuk pembelian bibit, pakan ternak, dan pembangunan kandang. Selain itu, pemerintah juga memberikan program pelatihan dan pendampingan untuk peternak lokal agar dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha mereka. -
Meningkatkan Kapasitas Produksi
Pemerintah berupaya meningkatkan populasi hewan potong di Indonesia melalui program inseminasi buatan dan pengembangan hewan lokal unggul. Selain itu, pemerintah juga mendorong pembangunan peternakan hewan skala besar yang lebih modern dan efisien. -
Pengendalian Impor
Pemerintah dapat menggunakan kebijakan bea masuk untuk mengendalikan impor daging. Dengan mengenakan bea masuk yang lebih tinggi, harga daging impor akan menjadi lebih mahal dan lebih kompetitif dengan harga daging lokal.
Penulis: Christian Noven Harjadi
Editor: Iip M Aditiya