Indonesia Masuk 3 Besar Lonjakan Pengguna Aplikasi Kripto di Dunia 2024

Regulasi yang cukup terbuka mendorong lahirnya berbagai platform lokal yang mempermudah masyarakat untuk membeli dan menjual aset digitalnya.

Indonesia Masuk 3 Besar Lonjakan Pengguna Aplikasi Kripto di Dunia 2024 Ilustrasi Cryptocurrency | Shutterstock
Ukuran Fon:

Dalam beberapa tahun terakhir, cryptocurrency telah menjadi fenomena global yang mengubah lanskap sistem keuangan tradisional. Di Indonesia sendiri, popularitas kripto terus meningkat secara signifikan.

Berdasarkan data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), jumlah pengguna aset kripto di Indonesia telah menembus angka belasan juta orang pada tahun 2024, dan jumlah ini terus menunjukkan tren naik. Masyarakat mulai melihat kripto bukan hanya sebagai alat investasi alternatif, tetapi juga sebagai simbol dari era digitalisasi ekonomi yang lebih luas.

Menariknya, meskipun fenomena kripto bersifat global, setiap negara memiliki karakteristik penggunaan dan aplikasi yang berbeda. Di negara maju seperti Amerika Serikat, adopsi kripto lebih banyak berfokus pada investasi, sistem pembayaran digital, dan pengembangan teknologi blockchain untuk sektor bisnis.

Sementara itu, di negara berkembang seperti Indonesia, kripto masih lebih dominan digunakan sebagai aset investasi atau spekulasi, meskipun mulai muncul inisiatif untuk mengembangkan teknologi blockchain dalam layanan keuangan dan pertanian.

Perbedaan sesi aplikasi kripto di berbagai negara ini menunjukkan bahwa adopsi teknologi tidak bersifat seragam, melainkan sangat dipengaruhi oleh faktor lokal seperti regulasi, infrastruktur digital, dan tingkat literasi keuangan masyarakat.

Indonesia termasuk dalam negara dengan sesi aplikasi kripto tertinggi di dunia | GoodStats

Pada laporan State of Mobile 2025 yang dirilis oleh Sensor Tower, pertumbuhan jumlah sesi aplikasi kripto menunjukkan lonjakan yang signifikan di berbagai negara, dengan Jerman menempati posisi teratas.

Negara ini mencatatkan pertumbuhan sebesar 91%, menjadikannya negara dengan lonjakan sesi aplikasi kripto tertinggi di dunia. Angka ini mencerminkan semakin luasnya adopsi teknologi blockchain dan minat masyarakat Jerman terhadap aset digital, baik untuk investasi maupun transaksi harian.

Di posisi kedua, Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu 54%. Angka ini menegaskan bahwa Indonesia bukan hanya menjadi pasar potensial untuk cryptocurrency, tetapi juga menunjukkan partisipasi aktif dari masyarakat dalam penggunaan aplikasi kripto.

Hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah pengguna kripto di tanah air yang menurut laporan Bappebti telah mencapai belasan juta. Dukungan dari regulasi yang cukup terbuka serta kemudahan akses melalui platform lokal turut mendorong pertumbuhan ini.

Prancis dan Brasil berada di posisi selanjutnya dengan pertumbuhan 47%. Kedua negara ini menunjukkan dinamika yang hampir serupa dalam hal adopsi kripto, namun dengan pendekatan yang berbeda.

Di Prancis, regulasi yang semakin ramah terhadap aset digital telah membuka jalan bagi berbagai inovasi teknologi keuangan, sementara Brasil melihat kripto sebagai solusi alternatif untuk menghadapi volatilitas mata uang lokal.

Amerika Serikat dan Korea Selatan, dua negara dengan ekosistem teknologi maju, mencatatkan pertumbuhan sesi aplikasi kripto sebesar 36%. Meskipun tidak setinggi negara-negara di peringkat atas, pertumbuhan ini menunjukkan kestabilan dan konsistensi penggunaan aplikasi kripto, mengingat basis pengguna di kedua negara ini sudah sangat besar.

Di kedua negara tersebut, aplikasi kripto tidak hanya digunakan untuk jual beli aset digital, tetapi juga sudah mulai merambah ke layanan DeFi (Decentralized Finance) dan NFT.

Selanjutnya, Vietnam mencatatkan pertumbuhan 31%, yang menunjukkan peningkatan minat di kalangan masyarakat muda dan melek teknologi.

Disusul oleh India dengan 26%, negara yang mulai membuka peluang lebih besar terhadap penggunaan teknologi blockchain meskipun masih menghadapi tantangan dari sisi kebijakan pemerintah.

Inggris Raya mengalami pertumbuhan 22%, lebih rendah dibandingkan negara-negara lainnya, namun tetap menunjukkan tren positif di tengah ketidakpastian regulasi pasca-Brexit.

Sementara itu, Turki mencatatkan pertumbuhan terendah dalam daftar ini, yakni 10%, yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh ketidakstabilan ekonomi serta perubahan kebijakan pemerintah terhadap mata uang digital.

Baca Juga: Indonesia Jadi Negara dengan Indeks Adopsi Kripto Tertinggi di Asia Tenggara

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Road-to-Final Liga Champions 2024-2025, Lini Belakang Inter Lebih Solid

PSG akan berjumpa Inter Milan di final Liga Champions musim 2024-2025.

Tiga Pemain Timnas Indonesia Ini Raih Trofi di Luar Negeri Musim 2024-2025

Jordi Amat, Kevin Diks, dan Dean James menikmati kejayaan di kompetisi manca musim 2024-2025.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook