Di era informasi yang serba cepat seperti saat ini, jurnalis memainkan peran penting sebagai jembatan antara suatu peristiwa dan publik. Mereka menyampaikan informasi, mengungkap fakta, dan memberi konteks atas berbagai kejadian yang memengaruhi kehidupan masyarakat.
Dalam menjalankan tugasnya, jurnalis tidak hanya bertanggung jawab kepada media tempat mereka bekerja, tetapi juga kepada publik sebagai penerima utama informasi. Hubungan antara jurnalis dan masyarakat pun bersifat timbal balik, publik membutuhkan informasi yang akurat dan terpercaya, sementara jurnalis membutuhkan kepercayaan agar pesan yang mereka sampaikan dapat diterima dan berdampak.
Namun, kepercayaan masyarakat terhadap jurnalis bukanlah sesuatu yang bisa dianggap mutlak atau seragam. Tingkat kepercayaan ini dapat berubah-ubah dan dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kualitas pemberitaan, keberpihakan media, hingga dinamika sosial dan politik yang terjadi.
Di beberapa tempat, jurnalis masih dipandang sebagai sumber informasi yang kredibel dan dihormati, sementara di tempat lain, mereka justru menghadapi skeptisisme atau bahkan kecurigaan dari publik.
Berdasarkan publikasi Ipsos yang berjudul Ipsos Global Trustworthiness Index 2024, terlihat bahwa Indonesia menempati posisi teratas negara yang paling percaya dengan jurnalis, dengan tingkat kepercayaan sebesar 51%. Tingginya angka ini mencerminkan kuatnya peran media dalam menyuarakan isu publik dan kedekatan jurnalis dengan realitas masyarakat.
Di posisi berikutnya, terdapat Filipina dengan tingkat kepercayaan sebesar 45%, diikuti oleh India (43%), dan Thailand (42%). Ketiga negara ini menunjukkan bahwa kawasan Asia secara umum masih memiliki kepercayaan yang relatif tinggi terhadap profesi jurnalis.
Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat yang besar terhadap informasi harian yang relevan, serta kuatnya tradisi jurnalisme di negara-negara tersebut. Selain itu, kehadiran media lokal yang aktif dan terhubung dengan komunitas turut memperkuat kepercayaan publik.
Belanda berada di posisi kelima dengan tingkat kepercayaan 40%, menjadi satu-satunya negara Eropa Barat yang masuk lima besar dalam grafik ini. Meskipun angkanya tidak setinggi negara-negara Asia, data ini tetap menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Belanda masih menilai jurnalis sebagai pihak yang layak dipercaya.
Setelah itu, angka kepercayaan mulai menurun secara signifikan, seperti terlihat pada Kanada (33%) dan Singapura (32%). Penurunan ini mengindikasikan adanya faktor-faktor tertentu yang memengaruhi persepsi masyarakat, seperti meningkatnya kritik terhadap media arus utama atau munculnya disinformasi yang mengganggu citra jurnalis.
Malaysia menyusul dengan angka 31%, diikuti oleh Brasil dan Jerman yang sama-sama mencatatkan tingkat kepercayaan sebesar 30%. Data ini memperlihatkan adanya kesenjangan kepercayaan yang cukup mencolok antarnegara.
Secara keseluruhan, data ini memperkuat pemahaman bahwa kepercayaan terhadap jurnalis sangat dipengaruhi oleh konteks lokal dan tidak dapat digeneralisasi. Di satu sisi, ada negara-negara yang berhasil mempertahankan kepercayaan publik melalui kerja jurnalistik yang bertanggung jawab dan relevan.
Di sisi lain, ada pula tantangan besar yang harus dihadapi oleh jurnalis di negara-negara dengan tingkat kepercayaan rendah. Maka dari itu, penting bagi para jurnalis di seluruh dunia untuk terus memperkuat integritas, transparansi, dan akuntabilitas demi membangun kepercayaan yang lebih kokoh dengan publik.
Baca Juga: Berbagai Liputan Berisiko yang Pernah Dilakukan Para Jurnalis, Apa Saja?
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor