Kelaparan biasanya didefinisikan pada kondisi sulitnya seseorang untuk memenuhi asupan kalori. Meminjam penjelasan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), kelaparan didefinisikan sebagai kondisi kekurangan pangan/kekurangan gizi dalam menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.
Isu kelaparan global menjadi salah satu fokus permasalahan yang perlu untuk segera dituntaskan. Tiap negara di dunia tentunya memiliki kebijakannya masing-masing dalam mengatasi permasalahan ini. Sejalan dengan ini, Indeks Kelaparan Global (Global Hunger Index/GHI) merilis laporan mengenai skor/tingkat kelaparan global.
Indeks ini mengukur dan menilai tingkat kelaparan secara komprehensif dari skala nasional, regional, hingga pada tingkat global. Skor GHI mengacu pada empat indikator komponen, yakni kekurangan gizi, stunting, child wasting, serta kematian anak. Secara keseluruhan, keempat indikator komponen ini mencerminkan tingkat kekurangan kalori serta mikronutrien.
Adapun jika menilik data berdasarkan regional, Timor Leste menjadi negara dengan skor GHI tertinggi di Asia Tenggara, yakni mencapai 30,6 poin pada tahun 2022. Disusul oleh Laos di posisi kedua dengan skor GHI sebesar 19,2 poin.
Sementara, Indonesia berada di urutan ketiga dalam skala regional dengan skor GHI sebesar 17,9 poin. Perolehan ini menunjukkan bahwa Indonesia berada di level sedang atau moderat. Sedangkan menurut skala global, Indonesia menduduki posisi ke-77 dari total 121 negara di dunia.
Bila melihat trennya, GHI Indonesia sejak tahun 2014-2022 terus menunjukkan penurunan. Dilaporkan, skor GHI Indonesia pada 2014 berada di skor 22,2 poin, yang berarti Indonesia berada di level kelaparan serius. Lalu, berhasil merosot menjadi 17,9 poin di level moderat pada 2022.
Lebih lanjut, Indonesia tercatat pernah mencapai skor GHI tertinggi pada tahun 2007 lalu, yang sebesar 29,1 poin. Tingginya skor GHI Indonesia di tahun tersebut disebabkan oleh banyaknya penduduk Indonesia yang kekurangan gizi, termasuk stunting dan child wasting yang mencapai lebih dari 19 juta jiwa.
Merujuk pada laporan, beberapa negara di Asia Tenggara memiliki prevalensi stunting yang sangat tinggi, di antaranya ialah Indonesia (30,8%), Laos (33,1%), dan Timor Leste (46,7%). Selain itu, beberapa negara di kawasan ini juga tercatat memiliki tingkat wasting yang sedang-tinggi, di antaranya Kamboja (9,5%), Indonesia (10,2%), dan Malaysia (9,7%).
Berdasarkan paparan berikut, capaian tersebut menyoroti kebutuhan untuk mempertahankan dan meningkatkan upaya guna mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak. Padahal, pangan merupakan kunci pokok yang sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya