Kabar gembira datang dari sektor pertanian Indonesia di penghujung tahun 2025. Pemerintah baru saja memperkuat instrumen perlindungan bagi para pahlawan pangan melalui kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan penurunan harga pupuk yang cukup signifikan.
Kebijakan yang tertuang dalam Keputusan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nomor 14 dan 16 Tahun 2025 ini disambut dengan antusiasme luar biasa. Salah satu poin utamanya adalah penetapan harga gabah kering panen yang kini mencapai Rp6.500 per kilogram. Angka ini dianggap sebagai jaring pengaman yang sangat efektif untuk menjauhkan petani dari jeratan tengkulak yang seringkali mencoba membeli hasil panen dengan harga terlampau murah.
Banyuasin: Lumbung Pangan yang Semakin Sejahtera
Kabupaten Banyuasin di Sumatra Selatan menjadi salah satu wilayah yang paling merasakan dampak positif dari kebijakan ini. Sebagai salah satu daerah dengan lahan pertanian terluas di Indonesia, Banyuasin kini menempati posisi kedua sebagai penghasil beras terbesar secara nasional.
Dalam forum dengar pendapat bersama Komisi IV DPR RI, perwakilan petani dari Gapoktan Artomulyo, Edy Kurniawan, menyampaikan rasa terima kasihnya langsung. Ia menyebutkan bahwa kombinasi antara turunnya harga pupuk sebesar 20% dan stabilnya harga gabah di angka Rp6.500 telah membawa harapan baru bagi kesejahteraan keluarganya.
Bupati Banyuasin, Askolani Jasi, juga menekankan pentingnya perlindungan hukum dalam Undang-Undang Pangan agar harga gabah tidak sampai anjlok dan membuat petani menangis.
Rekor Kesejahteraan Petani Tertinggi Sejak 2021
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperkuat bukti bahwa kondisi petani saat ini sedang berada di jalur yang sangat baik. Indikator kesejahteraan yang disebut Nilai Tukar Petani (NTP) mencatatkan angka fantastis pada tahun 2025.
NTP menggambarkan perbandingan antara harga yang diterima petani dari hasil produksinya dengan harga yang harus dibayar untuk kebutuhan konsumsi dan biaya produksi.
NTP di atas 100 mengindikasikan pendapatan yang relatif lebih besar dibanding pengeluaran mereka, menandakan kondisi yang lebih sejahtera. Sebaliknya, jika NTP rendah, maka terdapat tekanan ekonomi yang dirasakan petani akibat ketidakseimbangan antara pendapatan dan biaya hidup.
Baca Juga: Terus Naik, Simak Pergerakan Harga Beras 2018-2025
Peningkatan ini sejalan dengan prestasi produksi beras nasional yang mengalami eskalasi besar-besaran. Di Sumatra Selatan saja, produksi beras tahun 2025 diproyeksikan mencapai 2,06 juta ton, naik sekitar 23% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini menyumbang hampir 6% dari total produksi beras nasional yang diperkirakan menyentuh 34,79 juta ton.
Menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan
Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto (Titiek Soeharto), menegaskan bahwa fokus pemerintah saat ini adalah memperkuat sistem ketahanan pangan, mulai dari diversifikasi pangan lokal seperti jagung dan sorgum, hingga perbaikan saluran irigasi. Dengan infrastruktur yang lebih baik, lahan yang biasanya hanya panen sekali setahun diharapkan bisa panen hingga dua kali lipat.
Kepala Bapanas yang juga Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, optimis bahwa Indonesia kini kembali berada di jalur swasembada beras. Sinergi antara harga pupuk yang terjangkau, stok pangan yang kuat, dan harga jual yang adil di tingkat petani menjadi pondasi utama. Harapannya, jika petani kita kuat dan sejahtera, maka ketahanan negara pun akan semakin kokoh.
Baca Juga: Produksi Jagung Indonesia Meningkat! Simak Pergerakannya Setiap Tahun!
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTc0MSMy/nilai-tukar-petani--november-2025.html
Penulis: Emily Zakia
Editor: Editor