Hampir 50% Partisipan Tidak Memilih di Pilkada Jakarta 2024

Di Jakarta, 92,2% pemilih mengaku akan memberikan suara, namun hanya 57,9% yang benar-benar hadir.

Hampir 50% Partisipan Tidak Memilih di Pilkada Jakarta 2024 Ilustrasi Pilkada | iStockphoto

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 di Jakarta mencatat angka partisipasi pemilih yang rendah. Meskipun sebagian besar pemilih di beberapa provinsi besar seperti Jakarta menyatakan niat untuk menggunakan hak suara mereka, kenyataan di lapangan menunjukkan penurunan signifikan dalam tingkat kehadiran di Tempat Pemungutan Suara (TPS). 

Di Jakarta, misalnya, meskipun 92,2% pemilih mengaku akan memberikan suara, hanya 57,9% yang benar-benar hadir. Faktor-faktor kekecewaan terhadap calon yang tidak maju, seperti Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Jakarta, tampaknya turut memengaruhi minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi ini.

Baca Juga: Asalkan Kompeten, Masyarakat Kembali Maklumi Politik Dinasti

Pemilih yang Mengaku Akan Menggunakan Hak Suara

Pemilih yang Mengaku akan Menggunakan Hak Suara
Pemilih yang Mengaku akan Menggunakan Hak Suara | GoodStats

Data Litbang Kompas menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih yang terdaftar tetap berniat menggunakan hak pilih mereka.

Di Jakarta, misalnya, 92,2% pemilih mengaku akan menggunakan hak suaranya pada Pilkada 2024. Angka ini menunjukkan niat yang cukup tinggi, meskipun pada akhirnya hanya sekitar 57,9% pemilih yang benar-benar datang ke TPS dan memberikan suara mereka.

Di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, persentase pemilih yang berniat memberikan suaranya juga cukup tinggi, masing-masing mencapai 96,4%, 93,9%, dan 95,7%. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan antusiasme secara keseluruhan, mayoritas pemilih tetap berencana untuk berpartisipasi dalam Pilkada.

Namun, niat untuk menggunakan hak suara ini tidak berbanding lurus dengan realisasinya di lapangan. Kekecewaan politik yang terjadi di Jakarta, misalnya, memengaruhi pola perilaku pemilih. Survei yang dilakukan Litbang Kompas pada akhir Oktober 2024 mengungkapkan bahwa 41,5% responden merasa kecewa karena Anies Baswedan tidak ikut serta dalam kontestasi Pilkada Jakarta. Kekecewaan serupa juga dirasakan lantaran tidak masuknya nama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam daftar calon. Sebanyak 37,5% responden menyatakan kecewa dengan absennya Ahok dalam Pilkada kali ini.

Menariknya, meskipun merasa kecewa, sebagian besar dari mereka yang kecewa mengaku tetap berniat menggunakan hak pilih mereka, terutama jika Anies dan Ahok tetap menjadi calon. Sebanyak 45,1% responden yang kecewa terhadap tidak masuknya Anies berencana memilih Anies jika ia ada di surat suara, sementara 39,6% responden yang kecewa karena absennya Ahok berniat memilih Ahok. Angka ini menunjukkan betapa besar pengaruh kedua tokoh tersebut terhadap pemilih di Jakarta.

Persentase Pemilih yang Terlibat

Tingkat Partisipasi Pilkada dan Pemilu 2024
Tingkat Partisipasi Pilkada dan Pemilu 2024 | GoodStats

Meskipun hampir 100% partisipan mengaku akan menggunakan hak suaranya, fakta di lapangan menunjukkan tingkat partisipasi yang tidak memilih dalam Pilkada Serentak 2024 dan Pemilu 2024 menunjukkan angka yang cukup signifikan.

Di Jakarta, misalnya, angka pemilih yang tidak ikut berpartisipasi pada Pilkada 2024 mencapai 42,1%. Ini berarti hampir setengah dari mereka yang memiliki hak pilih memilih untuk tidak mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pilkada tersebut. Sementara itu, dalam Pemilu 2024, angka ketidakterlibatan di Jakarta masih cukup kecil, yakni 21,7%, meskipun lebih rendah dibandingkan Pilkada.

Besarnya penurunan partisipasi ini juga tampak di Jawa Barat, yang mencatatkan angka 33,7% untuk Pilkada 2024 dan 16,4% untuk Pemilu 2024. Begitu pula di Jawa Tengah dan Jawa Timur, meski persentase ketidakterlibatan lebih rendah dibandingkan Jakarta dan Jawa Barat, namun tetap menunjukkan kecenderungan penurunan yang perlu mendapatkan perhatian.

Di Jawa Tengah, angka pemilih yang tidak berpartisipasi pada Pilkada 2024 mencapai 26,5%, sementara dalam Pemilu 2024 berada di angka 17,5%. Di Jawa Timur, angka tersebut tercatat 30,2% pada Pilkada 2024 dan 15,5% pada Pemilu 2024.

Beberapa faktor yang diduga berkontribusi pada penurunan tingkat partisipasi ini antara lain adalah apatisme terhadap politik, kurangnya kepercayaan terhadap calon pemimpin atau partai politik, serta ketidakpuasan terhadap jalannya pemerintahan atau kondisi sosial politik di tanah air. Selain itu, faktor teknis seperti kesulitan akses ke TPS, minimnya sosialisasi, atau bahkan kendala logistik juga turut memengaruhi keputusan pemilih untuk tidak menggunakan hak pilih mereka.

Kekecewaan terhadap ketidakhadiran Anies dan Ahok dalam kontestasi Pilkada Jakarta menunjukkan bahwa faktor politik dan kedekatan emosional dengan calon tertentu dapat memengaruhi keputusan pemilih untuk datang ke TPS. Meskipun niat untuk memilih tetap tinggi, penurunan antusiasme terjadi karena pemilih merasa tidak ada pilihan yang sesuai dengan preferensi politik mereka.

Baca Juga: Selebritas dalam Quick Count Pilkada 2024

Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor

Konten Terkait

Kampanye dan Torehan Suara di Pilkada Jawa Tengah 2024

Tak hanya dana kampanye yang lebih tinggi, ada dugaan bantuan instrumen negara dalam kemenangan Luthfi-Yasin di Jateng.

Pj. Wali Kota Pekanbaru Risnandar Muhiwa Terjerat Kasus OTT, Berapa Harta Kekayaannya?

Kasus ini sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya sistem pengawasan yang lebih ketat serta komitmen moral yang tinggi dari pejabat publik.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook