Setiap individu memiliki tujuan finansial yang menjadi peta jalan dalam mengelola keuangan mereka. Tujuan finansial dapat diartikan sebagai sasaran yang ingin dicapai seseorang melalui pengelolaan pendapatan, pengeluaran, dan tabungan.
Tujuan ini tidak hanya menjadi acuan dalam pengambilan keputusan keuangan, tetapi juga mencerminkan prioritas yang berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya.
Menariknya, tujuan finansial setiap orang cenderung unik. Faktor seperti usia, kondisi ekonomi, hingga pengalaman hidup berperan besar dalam membentuk pandangan seseorang terhadap keuangan mereka.
Sebagai contoh, seseorang mungkin lebih fokus pada kestabilan finansial di masa kini, sementara yang lain memikirkan masa depan dalam jangka panjang. Meski demikian, tidak ada pendekatan yang sepenuhnya salah atau benar, karena setiap individu memiliki kebutuhan dan prioritas yang berbeda.
Seiring berjalannya waktu, tujuan finansial juga dapat berubah. Hal ini wajar terjadi, mengingat kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh berbagai dinamika, seperti perubahan karier, situasi keluarga, atau kondisi ekonomi global.
Perubahan ini mendorong seseorang untuk menyesuaikan strategi keuangannya agar tetap relevan dengan situasi yang dihadapi. Oleh karena itu, fleksibilitas dalam merencanakan dan mengevaluasi tujuan finansial menjadi hal yang penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan aspirasi jangka panjang.
Berdasarkan hasil survei terbaru yang dipublikasikan dalam Jakpat Consumer Outlook 2025, terlihat bahwa tujuan finansial masyarakat mengalami perubahan dari tahun 2024 ke tahun 2025. Salah satu tujuan utama yang menjadi fokus adalah menambah penghasilan dari pekerjaan sampingan atau usaha bisnis.
Pada tahun 2024, sebanyak 39% masyarakat memiliki tujuan ini, dan angkanya meningkat menjadi 43% di tahun 2025. Peningkatan ini menunjukkan kesadaran masyarakat untuk mencari sumber pendapatan tambahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks atau untuk mencapai kestabilan finansial.
Di sisi lain, mengurangi pengeluaran yang tidak penting menjadi salah satu prioritas di tahun 2024 dengan 27% masyarakat menargetkan hal ini. Namun, angka ini menurun cukup signifikan menjadi 16% di tahun 2025.
Penurunan ini mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat sudah lebih disiplin dalam pengelolaan pengeluaran dan mulai beralih ke tujuan keuangan lainnya yang lebih strategis.
Sementara itu, menabung untuk pengeluaran besar seperti membeli rumah atau kendaraan mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2024 hanya 8% masyarakat yang menargetkan tujuan ini, angkanya naik menjadi 13% di tahun 2025.
Hal ini mencerminkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya mempersiapkan kebutuhan finansial jangka panjang.
Di sisi lain, membayar utang justru mengalami penurunan dari 8% di tahun 2024 menjadi 5% di tahun 2025. Penurunan ini bisa berarti bahwa sebagian masyarakat telah berhasil menyelesaikan kewajiban finansial mereka atau memprioritaskan aspek lain dalam keuangan mereka.
Untuk investasi pada saham atau reksa dana, persentasenya tetap stabil di angka 7% baik pada tahun 2024 maupun 2025. Hal ini menunjukkan minat masyarakat terhadap instrumen investasi tersebut tetap konsisten meskipun belum mengalami peningkatan yang signifikan.
Tujuan lainnya seperti membuat dana darurat hanya diprioritaskan oleh 6% masyarakat di tahun 2024, dan angka ini tidak mengalami perubahan berarti di tahun berikutnya.
Namun, menariknya, menabung untuk dana pensiun menunjukkan peningkatan yang signifikan. Di tahun 2024, hanya 4% masyarakat yang memiliki tujuan ini, tetapi angkanya naik menjadi 7% pada tahun 2025.
Hal ini menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mempersiapkan masa pensiun sejak dini sebagai bagian dari perencanaan keuangan jangka panjang.
Secara keseluruhan, data ini mencerminkan pergeseran prioritas keuangan masyarakat yang mulai berfokus pada peningkatan pendapatan serta menabung untuk kebutuhan masa depan. Pergeseran ini menunjukkan adanya kesadaran yang lebih baik tentang pentingnya perencanaan finansial yang matang dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
Survei ini menggunakan metode kuantitatif secara online melalui aplikasi seluler Jakpat. Data dikumpulkan dari 2.080 responden yang memenuhi kriteria di panel Jakpat.
Baca Juga: 60% Gen Z Masih Bergantung pada Orang Tua, Kapan Bisa Mandiri Finansial?
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor