Tidak akan ada habisnya jika membahas tentang Gen Z di zaman sekarang. Generasi Z atau Gen Z, adalah kelompok yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka lahir di era digital sehingga cenderung lebih inovatif dan kreatif. Namun dibalik itu, terdapat tantangan besar yang dihadapi oleh Gen Z, salah satunya terkait kondisi finansial.
Inflasi Menjadi Faktor Permasalahan dalam Kondisi Finansial Gen Z
Kalau dulu para orang tua Gen Z bisa membeli rumah di usia Gen Z sekarang, hal itu sayangnya tidak lagi berlaku. Penghasilan Gen Z saat ini bahkan diprediksi akan lebih rendah ketimbang penghasilan orang tua mereka dahulu karena adanya inflasi.
Berubahnya nilai mata uang ini menjadi salah satu penyebab utama mengapa kondisi finansial Gen Z cenderung lebih rumit dibandingkan generasi sebelumnya. Gen Z merasa kesulitan dalam mengelola dan mengatur keuangannya. Mereka cenderung membutuhkan peran dan bantuan orang lain, seperti keluarga atau orang tua.
Bagaimana Kondisi Finansial Gen Z?
Mendapat Dukungan Finansial
Sebanyak 62,7% dari Gen Z tercatat masih menerima dukungan finansial. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar Gen Z belum sepenuhnya mandiri secara finansial. Mayoritas masih bergantung pada bantuan yang diberikan oleh orang tua, baik untuk memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder.
Laporan survei Savings.com mengatakan bahwa 47% orang tua masih turut serta mendukung anaknya dalam memberi makanan, membayar asuransi, hingga menyediakan tempat tinggal.
Laporan terbaru dari Intuit Credit Karma menyebutkan bahwa 38% dari Gen Z yang sudah memiliki rumah sendiri nyatanya masih menerima bantuan keuangan dari orang tua. Sementara yang belum memiliki rumah, berencana meminta bantuan finansial dari orang tua atau keluarga untuk membeli rumah.
Menghidupi Keluarga Secara Finansial
Walaupun terlihat masih bergantung pada orang tua, ternyata sebanyak 19,6% dari Gen Z telah mengambil peran sebagai pencari nafkah utama bagi keluarga mereka. Hal ini adalah bukti bahwa terdapat segmen dari generasi ini yang telah mengemban tanggung jawab besar di usia muda.
Laporan Badan Pusat Statistika (BPS) memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan ada 67,90 juta orang yang masuk dalam kelompok usia produktif (15-64 tahun) dan akan bertanggung jawab untuk memberikan penghidupan yang layak bagi kelompok usia non-produktif (0-14 tahun dan di atas 65 tahun).
Baca Juga: Mitos atau Fakta: Lulusan Sarjana di Kalangan Gen Z Makin Sulit Dapat Kerja
Telah Mandiri Secara Finansial
Selanjutnya, hanya 17,6% dari Gen Z yang mengaku telah mandiri secara finansial. Meskipun masih sedikit, angka ini menunjukkan bahwa kemandirian finansial bukanlah hal yang tidak mungkin bagi Gen Z.
Terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh Gen Z untuk mencapai kemandirian finansial, salah satunya dengan berhemat. Terdapat istilah baru yang dikenal sebagai frugal living yang kini banyak digunakan sebagai fondasi finansial yang kokoh untuk menabung, mengelola uang, serta fokus pada investasi masa depan.
Selain itu, mengutip FWD, Gen Z cenderung lebih senang menerapkan soft saving, yaitu gaya hidup yang berfokus pada memenuhi kebutuhan, menetapkan batasan, dan menjauh dari budaya hiruk pikuk tradisional. Gen Z percaya bahwa bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan sebaliknya. Dengan pendapatan yang masih “cukup” dan usia karier yang muda, menerapkan gaya hidup hemat menjadi kunci kemandirian finansial bagi Gen Z.
Berdasarkan penjelasan di atas, meski dihadapkan dengan berbagai tantangan finansial, Gen Z juga memiliki peluang besar untuk mengatasi hambatan tersebut. Dengan keterampilan digital yang kuat dan akses informasi yang luas, Gen Z berpotensi untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik.
Langkah untuk Memperbaiki Kondisi Finansial Gen Z
Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk memperbaiki kondisi finansial Gen Z, antara lain:
1. Edukasi Finansial
Memberikan edukasi finansial di sekolah dan perguruan tinggi dapat membantu Gen Z memahami teknik pengelolaan uang, investasi, dan perencanaan keuangan. Literasi keuangan sejak dini juga perlu lebih ditekankan oleh orang tua.
2. Kesempatan Kerja yang Fleksibel
Menjauhi prasangka yang cenderung negatif terkait kinerja Gen Z di tempat kerja, para pelaku usaha hendaknya dapat menawarkan kesempatan kerja yang fleksibel dan mendukung keterampilan digital yang dimiliki oleh Gen Z.
3. Dukungan untuk Kewirausahaan
Gen Z dapat mengikuti kursus atau mentoring sebagai bekal apabila ingin terjun ke dunia wirausaha. Memperoleh pelatihan dari pelaku usaha kawakan bisa membantu Gen Z dalam memulai bisnis.
Kondisi finansial Gen Z saat ini mencerminkan tantangan di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil. Meskipun banyak dari mereka yang masih bergantung pada orang tua, ada juga yang telah berani mengambil tanggung jawab besar untuk menghidupi keluarga mereka dan mencapai kemandirian finansial.
Dengan dukungan yang tepat dan edukasi finansial yang memadai, Gen Z sejatinya memiliki potensi besar untuk mengatasi tantangan ini dan mencapai stabilitas finansial yang lebih baik di masa depan.
Baca Juga: Uang Cepat Habis? Ini Dia Proporsi Pengeluaran Bulanan Gen Z
Penulis: Zakiah machfir
Editor: Editor