Apple Vision Pro, produk virtual reality (VR) headset terbaru keluaran Apple dibanderol dengan harga $3.499. Produk ini telah menarik banyak perhatian sejak debutnya pada Juni 2023.
Perangkat ini menjanjikan pengalaman imersif yang memadukan dunia nyata dan virtual, bahkan memungkinkan pengguna untuk mengakses fitur-fitur smart city, mulai dari hiburan, transportasi, hingga pembayaran dengan mudah.
Jika dibandingkan dengan Meta Quest 3, produk MR serupa yang dibanderol dengan harga $499, Apple Vision Pro jelas 'mencekik' penggunanya dengan nominal fantastis bahkan hingga perbedaan harga mencapai $3.000.
Menariknya antusias publik terhadap pembelian produk ini sangat tinggi. Stuff.tv bahkan mencatat bahwa Apple berhasil menjual Vision Pro hingga 160.000-200.000 produk termasuk beberapa unit pre-order.
Namun, di balik gemerlap teknologi dan desain futuristiknya, Apple Vision Pro menyimpan potensi masalah yang tidak bisa diabaikan, yaitu motion sickness.
Motion sickness, atau mabuk perjalanan, adalah rasa mual, pusing, dan ketidaknyamanan yang dapat terjadi saat seseorang mengalami gerakan yang tidak biasa atau tidak terduga. Hal ini sering terjadi saat seseorang bepergian dengan kendaraan, seperti mobil, pesawat, atau kapal laut.
Pada headset VR, motion sickness dapat muncul akibat beberapa faktor, antara lain konflik visual. Saat mata melihat gerakan di layar headset, tetapi tubuh tidak merasakannya, otak menjadi bingung dan memicu rasa mual.
Selain itu latency atau penundaan antara gerakan di dunia nyata dan respons visual di layar headset dapat memperparah efek motion sickness.
Field of view atau FOV yang sempit pun dapat membatasi pandangan pengguna dan membuat mereka merasa terkurung, yang dapat memicu rasa mual.
Apple Vision Pro sebenarnya telah memiliki beberapa fitur yang dirancang untuk meminimalkan motion sickness, seperti teknologi eye-tracking di mana headset dapat melacak pergerakan mata pengguna dan menyesuaikan gambar agar sesuai dengan gerakan kepala, sehingga mengurangi konflik visual.
Apple juga melengkapi perangkatnya dengan refresh rate hingga 120 Hz membuat gambar di layar tampak lebih halus dan mengurangi efek blur yang dapat memicu motion sickness sekaligus layar dengan resolusi tinggi menghasilkan gambar yang lebih realistis dan membantu mengurangi rasa mual.
Meskipun demikian, tidak ada jaminan bahwa pengguna Vision Pro akan bebas dari masalah ini. Faktor-faktor seperti sensitivitas individu terhadap motion sickness, durasi penggunaan headset, dan jenis konten yang dilihat dapat memengaruhi tingkat kenyamanan pengguna.
"Tidak sabar untuk mengembalikan Vision Pro, mungkin teknologi paling menakjubkan yang pernah saya coba. Namun, tidak dapat mengatasi sakit kepala ini setelah 10 menit penggunaan," tulis Rjey salah satu pengguna Apple Vision Pro di X.
Motion sickness bukan hanya merupakan masalah kenyamanan pengguna, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan. Gejala yang parah dapat menyebabkan muntah, dehidrasi, dan bahkan pingsan.
Maka dari itu, perlu perhatian dari pengembang teknologi agar produk mampu memiliki garansi keamanan yang baik sebelum didistribusikan ke tangan konsumen.
Penulis: Christian Noven Harjadi
Editor: Iip M Aditiya