Perusahaan makanan dan buah kaleng legendaris asal Amerika Serikat, Del Monte Foods, resmi mengajukan kepailitan pada Selasa (1/7/2025), setelah beroperasi selama 135 tahun.
Hal ini dilakukan atas dasar perjanjian dengan para kreditur utama perusahaan, menyusul tekanan utang yang membebani kinerja operasional perusahaan selama setahun terakhir.
CEO Del Monte, Greg Longstreet menilai bahwa keputusan ini mantap diambil setelah mempertimbangkan berbagai opsi bisnis yang tersedia.
"Setelah evaluasi menyeluruh terhadap semua opsi yang tersedia, kami memutuskan proses penjualan yang diawasi pengadilan adalah cara paling efektif untuk mempercepat pemulihan dan menciptakan Del Monte Foods yang lebih kuat dan bertahan lama,” ujarnya dilansir dari laman resmi Reuters.
Sebagai informasi, pengajuan ini melalui pelaksanaan undang-undang kebangkrutan atau lebih dikenal sebagai Chapter 11, sehingga memungkinkan perusahaan tetap menjalankan bisnis sembari melakukan restrukturisasi utang dan menyusun strategi pemulihan jangka panjang yang juga bertujuan untuk melindungi aset serta menjaga stabilitas perusahaan selama transisi kepemilikan.
Jadi, selama proses hukum berjalan, kegiatan produksi dan distribusi masih dilakukan secara normal dan tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Del Monte menegaskan bahwa anak perusahaannya di luar AS tidak terpengaruh dan produk-produknya akan tetap berada di pasaran.
Hutang Mencapai Rp162,5 Triliun Jadi Penyebab Bangkrut?
Berbagai sumber resmi menyebut selama beberapa tahun ke belakang, perusahaan menghadapi sejumlah masalah karena adanya perubahan preferensi konsumen, tantangan pada rantai pasokan dan utamanya adalah utang yang meningkat.
Dalam dokumen pengajuan yang diserahkan ke pengadilan New Jersey, Del Monte mencatat estimasi jumlah utang berada pada kisaran USD1 miliar hingga USD10 miliar (setara Rp16,24 triliun hingga Rp162,47 triliun), dengan jumlah kreditur diperkirakan mencapai 10.000 hingga 25.000.
Masalah utang yang dimiliki Del Monte memang sudah berlangsung sejak lama bahkan sempat memantik konflik hukum pada 2024. Saat itu, sejumlah kreditur menggugat karena menilai perusahaan melakukan pelanggaran dalam restrukturisasi utang senilai 725 juta dolar Amerika atau sekitar Rp11,24 triliun. Gugatan muncul setelah Del Monte memindahkan sebagian aset ke entitas baru yang tidak berada di bawah kendali kreditur lama, dalam strategi yang dikenal sebagai drop-down transaction.
Restrukturisasi ini awalnya bertujuan untuk meringankan beban utang sekitar 240 juta dolar AS lewat skema Liability Management Exercise (LME). Namun, justru memperburuk situasi ketika kreditur yang tak dilibatkan menuduh perusahaan melanggar perjanjian pembiayaan.
Sempat Salah Langkah Menghadapi Pandemi
Selain soalan utang, dari beberapa sumber resmi disebutkan pula bahwa salah mengambil langkah ketika pandemi Covid-19 turut menjadi salah satu pemicu pailit Del Monte Foods. Selama masa pandemi, permintaan produk sempat melonjak tajam, membuat perusahaan menaikkan kapasitas produksi. Namun setelah situasi kembali normal, permintaan menurun drastis dan Del Monte akhirnya kewalahan dengan kelebihan stok. Kondisi ini memaksa perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah besar, bahkan menjualnya dengan harga rugi demi mengosongkan gudang.
Meski sedang berada di bawah tekanan finansial, dalam pernyataan resminya, Del Monte mengonfirmasi telah berhasil mengamankan pendanaan darurat sebesar 912,5 juta dolar Amerika atau sekitar Rp14,82 triliun, termasuk dana segar senilai 165 juta dolar Amerika atau sekitar Rp2,68 triliun untuk menjaga kelancaran operasional perusahaan selama proses hukum berlangsung.
Pihak perusahaan menyatakan dengan pendanaan tersebut, Del Monte berupaya untuk menjaga rantai pasok, memenuhi komitmen kepada mitra bisnis, serta tetap melayani konsumen seperti biasa.
Perjalanan Panjang Del Monte
Sebagai perusahaan pelopor produk berbasis nabati yang telah membangun reputasi kuat di pasar domestik maupun internasional, Del Monte memiliki rekam perjalanan yang panjang dalam industri makanan.
Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1886, nama Del Monte identik dengan kualitas premium yang terpatri dalam ingatan. Sepanjang perjalanannya, Del Monte terus berinovasi, mulai dari pembangunan pabrik pengalengan besar di awal abad ke-20, hingga menjadi salah satu perusahaan makanan pertama yang mengadopsi pelabelan nutrisi secara sukarela pada 1971.
Hingga awal 2000-an, Del Monte telah berkembang pesat dan memperluas lini produknya. Kini, Del Monte dikenal sebagai pelopor makanan nabati (plant-based food) dan terus menghadirkan produk bergizi dengan cita rasa yang lezat melalui merek-merek seperti Contadina, College Inn, Joyba, Kitchen Basics, Take Root Organics, dan S&W.
Produk-produknya telah tersebar di berbagai negara, termasuk Indonesia, di mana masyarakat telah lama mengenal Del Monte sebagai penyedia buah kaleng, saus pasta, hingga minuman kekinian seperti bubble tea.
Produk-produk Del Monte yang tersebar di Indonesia
Berkat cita rasa dan kualitasnya, produk Del Monte cukup populer, bahkan sempat berhasil masuk dalam jajaran merek saus favorit orang Indonesia, sub kategori saus tomat. Sebagaimana hasil survei dari Top Award Brand yang melibatkan lebih dari 12.000 responden dari berbagai kota besar.
Del Monte menjuarai peringkat kedua dengan perolehan 18% suara responden, menunjukkan tingkat kepercayaan dan loyalitas konsumen yang cukup kuat di tengah persaingan pasar yang ketat.
Di Indonesia, produk-produk Del Monte dipasarkan oleh PT Lasallefood Indonesia sejak tahun 2003. Awalnya, perusahaan ini memperkenalkan Del Monte melalui produk saus tomat dan saus cabai.
Inovasi terus berlanjut, salah satunya dengan peluncuran minuman kopi cincau pada tahun 2016, disusul oleh minuman cokelat cincau pada 2018.
Hingga kini, PT Lasallefood Indonesia memasarkan tujuh varian produk Del Monte, meliputi saus tomat, saus cabai, saus spageti, saus barbeku, bumbu nasi goreng, sambal terasi, dan sarden. Seluruh produk ini dipasarkan melalui 59 jaringan distribusi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Baca Juga: Merek Saus Tomat dan Saus Sambal Favorit Orang Indonesia
Penulis: Dilla Agustin Nurul Ashfiya
Editor: Muhammad Sholeh