Sumber informasi yang paling sering menyajikan informasi hoaks masih memiliki pola yang sama selama tiga tahun berturut-turut. Berdasarkan laporan dari Katadata Insigt Center (KIC) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang bertajuk Status Literasi Digital di Indonesia 2022, Facebook menjadi sarana yang paling banyak dalam persebaran berita hoaks dengan persentase responden mencapai 55,9 persen pada tahun 2022.
Menurut laporan, berita online menempati peringkat kedua dalam daftar dengan persentase mencapai 16,0 persen di tahun 2022. Disusul oleh WhatsApp dengan persentase 13,9 persen. Kemudian, ada Youtube dan televisi dengan persentase masing-masing mencapai 13,1 persen dan 10,9 persen.
Lalu, ada Instagram di peringkat keenam dengan persentase responden mencapai 7,4 persen. Diikuti oleh Twitter dengan persentase sebanyak 2,0 persen, koran atau majalah dengan 1,4 persen, Line dengan 0,5 persen, dan Radio dengan 0,3 persen.
Adapun, pengukuran survei ini melibatkan sebanyak sepuluh ribu responden yang tersebar di 34 provinsi dan 512 kabupaten/kota. Kemudian, suvei ini dilaksanakan pada periode 1 Gustus-31 September 2022.
Mengutip laporan, mayoritas responden (45 persen) masih ragu dengan kemampuan dan kapabilitas mereka dalam mengidentifikasi informasi hoaks. Hanya 32 persen responden yang mengaku yakin/sangat yakin dapat mengidentifikasi informasi hoaks.
Sementara, sebagian besar responden menganggap bahwa keberadaan berita/informasi yang salah/tidak sesuai fakta/hoaks adalah permasalahan serius. Lalu, sekitar 88 persen responden mengaku tidak pernah menyebarkan informasi hoaks. Sisanya, sebanyak 12 persen responden mengaku pernah menyebarkan isu hoaks.
Mayoritas responden yang pernah menyebarkan berita hoaks beralasan hanya meneruskan berita yang sudah tersebar dengan persentase mencapai 56 persen. Diikuti oleh alasan responden yang tidak tahu bahwa informasi tersebut tidak benar sebanyak 45 persen.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya