Berdasarkan laporan dari Perusahaan keuangan yang berbasis di Inggris, HSBC, jumlah miliuner di Singapura dalam delapan tahun ke depan akan lebih banyak dari Australia, China, atau negara lainnya di kawasan Asia-Pasifik.
Singapura diperkirakan akan menduduki puncak daftar di Asia-Pasifik diikuti oleh Australia, Hong Kong, dan Taiwan. Proporsi miliuner di keempat negara tersebut juga diprediksi akan lebih tinggi dari Amerika Serikat pada akhir dekade ini. Adapun, Australia pada tahun 2021 lalu menempati peringkat tertinggi di kawasan Asia-Pasifik. Sementara, Singapura menempati posisi kedua.
Melansir The Strait Times, studi HSBC tersebut menganalisa jumlah populasi penduduk yang terdiri dari warga negara serta penduduk tetap. Sementara, untuk mengukur kekayaan para miliuner, HSBC mengatakan pihaknya menghitung jumlah uang tunai di bank dan investasi di sekuritas, seperti saham dan obligasi. Itu juga memperhitungkan kepemilikan real estat, mencakup properti yang ditempati pemilik setelah dikurangi jumlah hipotek yang belum dibayar.
Menurut laporan HSBC, kekayaan finansial di wilayah Asia telah melampaui kekayaan AS sejak krisis keuangan global pada tahun 2008 silam. Asia juga dinilai mencakup beberapa kawasan ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Vietnam, Filipina, serta India kemungkinan juga menyumbang populasi miliuner lebih dari dua kali lipat pada 2030. Namun, wilayah-wilayah tersebut juga merupakan rumah bagi jutaan orang miskin.
Laporan mencatat, sekitar 7,5 persen dari populasi orang dewasa di Singapura pada 2021 memiliki kekayaan setidaknya satu juta dolar AS. Kemudian, proyeksinya di tahun 2025 akan melonjak menjadi 9,8 persen dan naik menjadi 13,4 persen pada 2030.
Pada tahun 2030, Australia turun ke posisi kedua dengan jumlah 12,5 persen negara itu memegang uang tunai dan aset setidaknya satu juta dolar AS. Diikuti oleh Hong Kong yang akan mencapai 11,1 persen populasi miliuner, Taiwan sekitar 10,2 persen, dan Korea Selatan sebanyak 8,8 persen.
Mengutip Bloomberg, Kepala Ekonom Asia HSBC Frederic Neumann menyebut, total tabungan lokal yang semakin meningkat di seluruh kawasan Asia memberikan ukuran ketahanan terhadap situasi pasar keuangan global yang tidak terkendali dan kesulitan terhadap kenaikan inflasi serta perlambatan ekonomi.
"Sebuah catatan tentang kekayaan di Asia yang terus bertambah juga menyoroti sumber daya masyarakat yang pada akhirnya tersedia untuk mengangkat jutaan orang keluar dari jurang kemiskinan," katanya.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya