Isu seputar kesehatan seolah tak pernah rampung dibicarakan. Teknologi yang semakin berkembang membuat deretan penyakit mematikan kini menemukan titik cerahnya. Kendati demikian, masih ada deretan masalah kesehatan yang dikhawatirkan oleh warga dunia. Kekhawatiran ini dapat disebabkan oleh karakteristik penyakitnya yang mematikan, mudah menular, mudah terjangkit, maupun faktor penyebab lain.
Dengan semakin majunya teknologi, kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan juga semakin meningkat. Kekhawatiran warga dunia akan deretan masalah kesehatan ini mencerminkan keinginan untuk berubah ke pola hidup sehat yang lebih baik.
Gangguan Kesehatan Mental Paling Dikhawatirkan
Menurut survei dari Ipsos, sebanyak 45% responden memilih gangguan kesehatan mental sebagai penyakit paling mengkhawatirkan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan pola pikir masyarakat yang semakin memfokuskan diri untuk merawat kesehatan mental, dan bukan hanya mengutamakan kesehatan fisik. Ragam gangguan kesehatan mental menghantui warga Indonesia, tidak hanya secara global, mulai dari gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, bipolar, dan lain-lain.
Di Indonesia sendiri, sebanyak 38% responden mengaku khawatir akan gangguan kesehatan mental. Psikiatri James Darmapuspita Aloysius menyebutkan bahwa penyebab gangguan kesehatan mental tidak bisa dilihat dari satu faktor saja. Ada 3 faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan mental, mulai dari biologis, psikologis, dan sosial.
“Orang-orang tertentu rentan punya gangguan mental tertentu, bisa dari riwayat keluarga atau riwayat penyakit. Selain biologis, psikologisnya juga dilihat. Gangguan mental selalu ada hubungannya dengan psikologis pasiennya sendiri. Terakhir, sosial, lingkungan itu ngaruh, baik itu lingkungan kerja atau lingkungan keluarga,” jelas James pada GoodStats, Senin (14/4/2025).
Selain masalah kesehatan mental, kanker juga terpilih jadi isu kesehatan terbesar yang banyak terjadi belakangan ini, dengan raihan 38% responden. Italia menjadi negara yang paling khawatir akan isu ini, dengan total 56% responden. Kanker merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Pada 2018 lalu, kanker paru-paru juga menjadi penyakit paling mematikan di Indonesia. Tidak heran jika penyakit satu ini banyak ditakuti orang-orang.
Stres turut menjadi isu kesehatan yang banyak dikhawatirkan warga dunia. Penyakit satu ini mudah didapatkan siapa pun, apalagi dalam keseharian yang padat tanpa ada ruang untuk bernafas.
Obesitas juga masuk dalam daftar. Masalah kesehatan satu ini banyak ditemukan di antara mereka yang pekerjaannya tidak membutuhkan banyak aktivitas fisik. Ditambah dengan pola hidup yang kurang baik, obesitas menjadi masalah baru di tengah manusia modern.
Adapun ragam masalah kesehatan lain adalah diabetes, masalah jantung, rokok, COVID-19, hingga dementia. Menariknya, rokok menjadi isu kesehatan yang paling banyak dikhawatirkan di Indonesia, dengan total 25% responden Indonesia memilih isu tersebut.
Penyakit menular seksual dan superbug menutup daftar di atas. Superbug adalah istilah yang digunakan untuk bakteri, virus, jamur, hingga parasit, yang sudah kebal terhadap obat-obatan, sehingga sulit disembuhkan bahkan dengan obat-obatan biasa. Dampaknya, infeksi superbug dapat membuat penyakit lebih parah, bahkan berujung kematian.
Kekhawatiran warga dunia yang tinggi terhadap kesehatan mental perlu digarisbawahi. Kekhawatiran ini bahkan lebih tinggi dibanding kanker yang merupakan penyakit paling mematikan di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan kesehatan mental semakin tumbuh. Isu kesehatan mental tidak dapat dipandang sebelah mata. James menyebutkan bahwa gangguan kesehatan mental juga merupakan salah satu penyakit mematikan, dengan risiko bunuh diri dan disabilitas yang tinggi, yang pada akhirnya berpengaruh pada pendapatan dan ekonomi secara nasional.
Gambaran Sektor Kesehatan Mental Indonesia
Kurangnya ketersediaan tenaga kesehatan jiwa di Indonesia jadi salah satu yang disorot. Menurut James, masih ada sejumlah kota besar yang kekurangan jumlah psikiater dan fasilitas untuk penanganan kesehatan mental. Hal ini turut berkontribusi pada pandangan masyarakat yang menilai bahwa isu kesehatan mental merupakan hal yang tabu.
Menurutnya, jika masyarakat sudah bisa merasakan kehadiran fasilitas kesehatan mental hingga rumah sakit jiwa di sekitarnya, maka stigma negatif yang mengerumuni gangguan kesehatan mental bisa dengan sendirinya berkurang. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental seperti kesehatan fisik pun akan meningkat.
Ia berharap, ke depannya biaya kesehatan mental bisa lebih terjangkau, mengingat kebutuhan masyarakat saat ini tinggi. Selain itu, ketersediaan obat-obat jiwa, terutama obat-obat tertentu, kadang jadi masalah, karena distribusinya yang masih terlalu dikendalikan, di saat banyak pasien yang membutuhkan obat tersebut.
“(Harapannya layanan) kesehatan mental makin maju, jadi kita gak hanya sibuk ke penanganan, tapi kita juga bisa mulai ke pencegahan. Harapannya masyarakat kita bisa punya akses ke segala bentuk layanan kesehatan jiwa,” tegas James.
Metodologi
Survei Ipsos ini dilakukan terhadap 23.667 responden dewasa di 31 negara di seluruh dunia pada 26 Juli hingga 9 Agustus 2024 melalui wawancara. Responden dari Indonesia diambil sebanyak 500 individu, berusia 21-74 tahun.
Baca Juga: Ini Dia Negara dengan Kualitas Kesehatan Terbaik, Ada Indonesia?
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor