Pada 26 Maret lalu, Israel kembali meluncurkan serangan pada Palestina, tepatnya di Rafah, jalur selatan Gaza. Serangan ini telah membumihanguskan hampir seluruh wilayah Palestina, karena pasalnya Rafah merupakan tempat pengungsian terakhir warga Palestina. Mengutip dari CNBC Indonesia, terdapat 36.171 korban jiwa dan 81.420 warga terluka akibat serangan tersebut.
Terjadinya penyerangan ini, semakin memperjelas bahwa konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel bukanlah soal perang semata. Apa yang dilakukan dan dirasakan antara Israel dan Palestina nyatanya tidak setimpal, dan hal itu tidak pantas disebut sebagai perang, melainkan genosida.
Tindakan tanpa rencana yang dilakukan Israel, pada akhirnya telah membangunkan empati beberapa negara lain terhadap Palestina. Dari waktu ke waktu, beberapa negara semakin menunjukkan keberpihakan atas konflik ini. Berbagai upaya dilakukan oleh setiap negara demi memberikan keselamatan warga Palestina, salah satunya ialah dengan menjadi donatur.
Beberapa negara telah terlibat dalam United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in Near East (UNRWA) yang merupakan sebuah lembaga dari PBB yang ditujukan untuk bertanggung jawab atas kemanusiaan pengungsi Palestina.
Berdasarkan data dari UNRWA, Amerika Serikat menjadi donatur terbesar sejak tahun 2023 dengan total donasi sebesar US$422.004.945 atau kurang lebih senilai dengan Rp6 triliun. Lalu pada 2024, mengutip dari VOA Indonesia, pemerintah AS turut memberi bantuan terhadap Palestina dengan melibatkan IDF dan mitra di lapangan untuk menilai apa yang terjadi.
Setelah AS, terdapat donatur terbesar kedua, yaitu Jerman dengan total donasi sebesar US$212.890.232 atau kurang lebih senilai dengan Rp3 triliun. Kemudian di urutan ke-3, terdapat EU atau Uni Eropa dengan total donasi sebesar US$212,890,232.
Mengutip dalam VOA Indonesia, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menyampaikan keprihatinan terhadap Palestina, bahkan telah menyetujui pertemuan dengan Israel untuk meminta penjelasan.
Lalu pada urutan ke-6, Inggris juga mendonasikan sebesar US$36,872,747 atau senilai dengan Rp600 miliar. Mereka juga memberikan kecaman terhadap Israel melalui keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) untuk segera memberhentikan operasi militer di Rafah. Selain itu, Menteri Luar negeri (Menlu) Inggris David Cameron, mengatakan pada Israel bahwa serangan darat tidak boleh dilakukan demi masyarakat sipil.
Berdasarkan penjelasan 6 negara di atas, nyatanya terdapat beberapa donatur dari negara lain, seperti Spanyol, Switzerland, Denmark, Irlandia, hingga Australia. Selain bantuan uang dan barang, terdapat upaya lain yang dapat dilakukan masyarakat untuk membantu Palestina, seperti menyerukan gencatan senjata, menarik perhatian terhadap isu Palestina, atau sekadar mempelajari, hingga mampu angkat suara terhadap isu ini.
Dengan terjadinya serangan Israel di Rafah pada 26 Maret lalu, berbagai dukungan internasional terus meningkat, mulai dari Amerika Serikat sebagai donatur terbesar sejak 2023, diikuti oleh Jerman dan Uni Eropa. Berbagai negara juga menunjukkan solidaritas global terhadap penderitaan rakyat Palestina. Lantas, kontribusi apa saja yang telah kamu lakukan demi kemerdekaan Palestina?
Penulis: Zakiah machfir
Editor: Editor