Bumi yang menjadi tempat tinggal dan berlangsungnya seluruh kegiatan kehidupan makhluk hidup. Namun, bergantinya zaman mengakibatkan bumi mengalami perubahan yang mengarah pada kemunduran, salah satunya terjadi pemanasan global.
Pemanasan global merupakan suatu proses terjadinya ketidakseimbangan dan peningkatan suhu atmosfer, laut, dan daratan dibumi. Dimana suhu rata-rata bumi meningkat menjadi 0,74 ± 0,18°C selama seratus tahun terakhir.
Dalam sebuah laporan Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) mengatakan bahwa kenaikan suhu 1,5 derajat C antara tahun 2021 dan 2040 (dengan perkiraan awal tahun 2030-an) mencapai lebih dari 50 persen, terlebih lagi semakin sering terjadi pemanasan ekstrem termasuk gelombang panas dibandingkan peristiwa pendinginan semakin jarang dan tidak terlalu parah.
Pemanasan global mulai tampak saat memasuki revolusi industri dimana terjadi peralihan kegiatan dari tenaga tradisional menjadi menggunakan tenaga mesin yang menghasilkan uap dan tersebarnya pabrik.
Hal ini diperkuat dari sebuah laporan 1.300 ilmuwan dari seluruh dunia yang tergabung dalam IPCC mengatakan sejak revolusi industri tingkat karbondikosida beranjak naik mulai dari 280 ppm menjadi 379 ppm dalam 150 tahun terakhir, dengan peningkatan di atmosfer bumi tertinggi sejak 650.000 tahun terakhir.
Terjadinya kenaikan suhu bumi atau pemanasan global memberikan dampak terhadap keberlangsungan pada bumi seperti mencairnya lapisan es di kutub utara atau gletser, punahnya beragam jenis flora fauna, berubahnya tekanan udara, terganggunya kegiatan pertanian, terhambatnya produktivitas makhluk hidup dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pola kehidupan makhluk hidup di bumi.
Penyebab pemanasan global 90 persen didominasi oleh pengaruh kegiatan manusia
IPCC mengungkapkan kegiatan manusia berkontribusi terhadap 84-90 persen dari terjadinya gelombang panas sejak tahun 2006 dengan kemunduran gletser terjadi sejak 1990-an, pengurangan es laut Arktika sejak 1970-an, di tahun yang sama terjadi juga kenaikan permukaan laut global dan penurunan tutupan salju musim semi di belahan bumi utara sejak 1950-an. Terlebih lagi mengingat tingginya kebakaran hutan seperti yang baru terjadi di Australia dan perubahan lainnya.
Pemanasan global diakibatkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang berasal dari beragamnya aktivitas manusia. IPCC menyimpulkan bahwa 90 persen gas rumah kaca yang dihasilkan manusia seperti karbondioksida, metana, dan dinitrogen oksida khususnya selama 50 tahun ini secara drastis menaikkan suhu bumi.
Tentu, para ahli memprediksi jika gas rumah kaca meningkat maka konsentrasi karbondioksida atmosfer juga akan meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan masa sebelum era industri.
Peningkatan suhu permukaan bumi terjadi yang berasal dari efek gas rumah kaca dominan dihasilkan oleh peternakan, pembakaran, bahan bakar fosil kendaraan bermotor, pabrik, pembangikit tenaga listrik maupun uap, dan pembakaran lahan.
Ternyata peningkatan suhu permukaan bumi tersebut paling besar dihasilkan dari sektor peternakan yang menyumbang 9 persen karbondioksida, 37 persen gas metana, 65 persen dinitrogen oksida, serta 64 persen ammonia. Tentu kandungan tersebut menyebabkan memicunya pemanasan yang lebih kuat dan mengakibatkan hujan asam.
Sebagaimana dengan laporan PBB tentang peternakan dan lingkungan menyatakan bahwa, industri peternakan penghasil gas rumah kaca terbesar 18 persen, jumlah tersebut lebih banyak daripada gabungan gas emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia sebesar 13 persen.
Bahkan, sektor peternakan berpengaruh juga terhadap tingginya penggunaan air yang digunakan untuk saluran irigasi menanam pakan ternak. Termasuk juga berpengaruh pada emisi karbon berlebihan yang dihasilkan merusak ekosistem.
Kode keras bagi negara penyumbang gas emisi terbesar di dunia, memicu tingginya tingkat pemanasan global
Laporan dari ilmuwan PBB mengatakan gas emisi mengakibatkan suhu permukaan bumi menghangat yang akan melampaui batasan dalam waktu 10 tahun terakhir.
Pemanasan tersebut dipicu dari adanya pembuangan gas emisi dari kegiatan manusia diseluruh negara. Adapun negara dengan urutan pertama menyumbang gas emisi ialah China, dengan menyumbang 26,1 persen. Pembuangan tersebu berasal dari sektro perindustrian, dimana menghasilkan gas emisi rumah kaca terbesar. Diposisi kedua, Amerika serikat menyubang sebesar 12,67 persen yang berasal dari sektor listrik dan transportasi sebagai penghasil terbesar.
Sementara Uni Eropa menyumbang 7,52 persen dimana listrik dan transportasi masih menjadi penyumbang terbesar. India menyumbang 7,08 persen yang dihasilkan dari sektor listrik dan agrikultur. Kemudian, Rusia dengan 5,36 persen dan disusul negara yang kaya akan hutannya, sebesar 2,19 persen yang dihasilkan Brazil dari sektor agrikultur dan transportasi.
Penulis: Naomi Adisty
Editor: Iip M Aditiya