Bukan Energi Nuklir, Ini Dia Sumber Energi Paling Berbahaya di Dunia

Batu bara menjadi sumber energi paling berbahaya berdasarkan produksi emisi Efek Rumah Kaca dan angka kematiannya menurut data dari Our World in Data

Bukan Energi Nuklir, Ini Dia Sumber Energi Paling Berbahaya di Dunia Ilustrasi pertambangan batu bara | Pixabay

Sumber energi memang memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Namun, hal ini tidak menutupi fakta bahwa tidak ada sumber energi yang benar-benar aman. Sumber energi nyatanya memiliki dampak jangka pendek terhadap kesehatan manusia, baik melalui polusi udara maupun kecelakaan. Dan memiliki dampak jangka panjang karena berkontribusi besar terhadap perubahan iklim.

Mengutip dari Our World in Data, Produksi energi dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan melalui tiga cara.

Yang pertama adalah polusi udara: jutaan orang meninggal sebelum waktunya setiap tahun akibat polusi udara. Bahan bakar fosil dan pembakaran biomassa – kayu, kotoran, dan arang – bertanggung jawab atas sebagian besar kematian tersebut.

Kedua adalah kecelakaan. Hal ini mencakup kecelakaan di pertambangan dan ekstraksi bahan bakar – batu bara, uranium, logam langka, minyak, dan gas. Termasuk juga kecelakaan dalam pengangkutan bahan baku dan infrastruktur, pembangunan pembangkit listrik, atau pemeliharaannya.

Kemudian yang ketiga adalah emisi Gas Rumah Kaca: bahan bakar fosil adalah sumber utama gas rumah kaca, pendorong utama perubahan iklim. Pada tahun 2020, 91% emisi CO2 global berasal dari bahan bakar fosil dan industri.

Semua sumber energi saat ini menghasilkan gas rumah kaca baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, tiga sumber energi penghasil emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar adalah bahan bakar fosil yang menyumbang lebih dari 60% produksi energi dunia.

8 sumber energi yang menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca tertinggi | Goodstats

Berdasarkan data dari Our World in Data, batu bara berada di urutan pertama penghasil emisi GRK terbesar mencapai 820 ton setara CO₂ (CO₂e) per gigawatt-jam, angka ini 273 kali lebih tinggi dari energi nuklir.

Pada urutan kedua adalah minyak yang menghasilkan 720 ton CO₂e per gigawatt-jam. Sementara itu, gas alam di urutan ketiga menghasilkan 490 ton CO₂e per gigawatt-jam.

Dapat disimpulkan bahwa bahan bakar fosil adalah bahan bakar paling kotor dan paling berbahaya dalam jangka pendek dan mengeluarkan gas rumah kaca paling banyak per unit energi.

8 sumber energi dengan angka kematian terbanyak | Goodstats

Dengan menghasilkan energi dalam skala besar seperti demikian, sumber energi juga menimbulkan efek samping lain, seperti polusi udara dan kecelakaan yang dapat merenggut nyawa manusia.

Polusi udara dan kecelakaan akibat penambangan dan pembakaran bahan bakar batu bara menyebabkan sekitar 25 kematian per terawatt-jam listrik—kira-kira jumlah yang dikonsumsi oleh sekitar 150.000 warga setiap tahun. Pengukuran yang sama juga menunjukkan bahwa minyak bertanggung jawab atas 18 kematian tahunan, dan gas alam menyebabkan tiga kematian tahunan.

Pembangkit listrik tenaga air (hydropower) yang merupakan sumber energi terbarukan yang paling banyak digunakan saat ini, menyebabkan satu kematian setiap tahunnya per 150.000 orang.

Adapun sumber energi teraman sejauh ini adalah energi angin, matahari, dan nuklir dengan tingkat kematian kurang dari 0,1 per tahun per terawatt-jam.

Sementara itu, persepsi terhadap bahaya energi nuklir sangat dipengaruhi oleh dua peristiwa: Chernobyl di Ukraina pada tahun 1986 dan Fukushima di Jepang pada tahun 2011. Namun, angka kematian yang disebabkan oleh energi nuklir sangatlah rendah dibandingkan dengan jutaan orang yang meninggal akibat bahan bakar fosil setiap tahunnya.

Penulis: Anissa Kinaya Maharani
Editor: Editor

Konten Terkait

Indonesia Masuk Jajaran Negara Penghasil Timah Terbesar di Dunia 2023

Timah merupakan komoditas pertambangan yang memiliki banyak kegunaan. Lantas, negara mana saja yang menjadi produsen timah terbesar di dunia?

Peningkatan Tren Penggunaan Baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) dalam Kendaraan Listrik

Berdasarkan laporan terbaru dari International Energy Agency yang dirilis dalam Global EV Outlook 2023, tren penggunaan baterai LFP telah meningkat signifikan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X