Program makan siang gratis yang diusung oleh pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo-Gibran, menjadi topik hangat di kalangan publik. Anggaran untuk makan siang gratis yang semula Rp15.000 per anak dikabarkan dipangkas menjadi Rp7.500 per anak. Kebijakan ini menimbulkan banyak kekhawatiran mengenai kecukupan gizi yang akan diterima anak-anak sekolah.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menyatakan bahwa anggaran Rp7.500 sebenarnya cukup besar untuk beberapa wilayah di Indonesia.
Hal ini didukung oleh pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang menegaskan bahwa teknis program ini masih dalam pembahasan dan belum final.
Menurutnya, budget Rp7.500 tersebut cukup besar jika diterapkan di beberapa daerah, meskipun setiap daerah memiliki kondisi yang berbeda. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menambahkan bahwa program makanan siang gratis dapat didukung dengan stok pangan dalam negeri. Penggunaan bahan pangan lokal diharapkan mampu menjaga stabilitas harga dan kualitas gizi yang diberikan kepada anak-anak sekolah.
Jika dianalisis, dengan anggaran Rp7.500, maka menu yang umum di pasaran Indonesia yang bisa diperoleh dengan harga tersebut adalah menu makanan sejenis nasi uduk, nasi kuning, bubur kacang hijau, dan nasi tim. Berdasarkan analisis Tabel Komposisi Pangan Indonesia dan Fat Secret, maka didapatkan rata-rata kandungan gizi sebagai berikut.
Adapun kebutuhan gizi harian anak sekolah usia 10-12 tahun berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Ri Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia adalah 2.000 kkal energi, 50 gram protein, 65 gram lemak, dan 300 gram karbohidrat dengan pembagian tiga kali makan utama dan dua kali selingan.
Dengan demikian, kebutuhan gizi untuk satu kali makan adalah 400 kkal energi, 10 gram protein, 13 gram lemak, dan 60 gram karbohidrat. Proporsi kecukupan dari satu menu budget Rp7.500 dibandingkan dengan kebutuhan satu kali makan sesuai gizi yang direkomendasikan adalah sebagai berikut.
Dengan demikian, satu menu dengan anggaran Rp7.500 hanya memenuhi sekitar 40% dari kebutuhan energi, 33% dari kebutuhan protein, 32% dari kebutuhan lemak, dan 46% dari kebutuhan karbohidrat untuk satu kali waktu makan.
Angka ini menunjukkan bahwa meskipun menu yang tersedia dapat memberikan kontribusi gizi yang signifikan, menu tersebut masih kurang mencukupi kebutuhan gizi harian anak-anak secara keseluruhan.
Program makan siang gratis dengan anggaran Rp7.500 memang dapat memberikan kontribusi positif dengan memperluas cakupan penerima bantuan. Namun, perlu adanya penyesuaian dan peningkatan kualitas serta kuantitas makanan yang diberikan untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang memadai.
Selain itu, penggunaan bahan pangan lokal juga harus dioptimalkan untuk menjaga stabilitas harga dan kualitas makanan. Diskusi mengenai teknis pelaksanaan program ini perlu terus dilakukan, dengan melibatkan berbagai pihak untuk memastikan anak-anak sekolah mendapatkan manfaat yang optimal dari program makan siang gratis tersebut.
Baca Juga: Program Makan Siang Gratis Diuji Coba di Tangerang Bulan Depan
Penulis: Willy Yashilva
Editor: Editor