BPOM Sita Lebih dari 188 Ribu Produk Pangan Bernilai Rp2,2 Miliar Selama Ramadan

BPOM menemukan 188.640 pcs produk makanan yang tidak memenuhi ketentuan selama Ramadan 2024.

BPOM Sita Lebih dari 188 Ribu Produk Pangan Bernilai Rp2,2 Miliar Selama Ramadan Ilustrasi bahan pangan | Freepik

Selama periode Ramadan dan Idulfitri, terjadi peningkatan permintaan produk (demand) pangan yang diikuti dengan peningkatan persediaan (supply). Namun, momen ini kerap kali dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab untuk menjual produk pangan yang tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan.

Sepanjang Ramadan dan menjelang Idulfitri 1445 H/Tahun 2024, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kembali melakukan intensifikasi pengawasan pangan. Sejak 4 Maret 2024, petugas BPOM di 76 unit pelaksana teknis (UPT) BPOM yang tersebar di seluruh Indonesia terjun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan bersama lintas sektor terkait dan masyarakat. Adapun kegiatan ini akan terus dilanjutkan hingga 1 minggu setelah Idulfitri.

Kegiatan pengawasan ini pun berfokus pada produk pangan olahan terkemas yang tidak memenuhi ketentuan (TMK), yakni tanpa izin edar (TIE)/ilegal, kadaluarsa, rusak, dan pangan takjil buka puasa yang mengandung bahan terlarang.

Dilaporkan, kegiatan pemeriksaan telah menyasar 2.208 sarana, yang terdiri dari 920 sarana ritel modern, 867 sarana ritel tradisional, 386 gudang distributor, 28 gudang importir, dan 7 gudang e-commerce.

Sarana pemeriksaan dan pengawasan BPOM selama Ramadan 2024 | Goodstats

“Dari hasil pemeriksaan, kami menemukan 628 sarana (28,44%) yang menjual produk TMK berupa pangan TIE, kadaluarsa, dan rusak dengan jumlah total temuan pangan TMK sebanyak 188.640 pcs, yang diperkirakan bernilai lebih dari Rp2,2 miliar,” ungkap Plt. Kepala BPOM RI, L. Rizka Andalusia dikutip dari rilis pada Rabu (3/4/2024).

BPOM menargetkan pengawasan pada sarana peredaran yang memiliki rekam jejak kurang baik, termasuk gudang marketplace, sesuai tren belanja masyarakat yang banyak dilakukan melalui online. BPOM akan terus mengintensifkan pengawasan dan melaporkan jumlah sarana yang diperiksa hingga tahap terakhir intensifikasi pengawasan pangan.

Sementara itu, Rizka mengatakan hasil pengawasan menunjukkan hasil yang positif, yaitu terjadinya penurunan jumlah sarana TMK sebesar 13,14% pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 723 sarana. 

Adapun jenis temuan pangan terbesar merupakan pangan TIE sebesar 49,03%. Produk ini banyak ditemukan di wilayah kerja UPT Tarakan Kalimantan Utara, Pekanbaru, Palopo Sulawesi Selatan, Banda Aceh, dan DKI Jakarta.Produk TIE ini tercatat berupa cokelat olahan, bumbu, permen, minuman serbuk, dan biskuit. 

Lalu, temuan pangan kadaluarsa dilaporkan sebesar 31,89% di wilayah kerja UPT Manado Sulawesi Utara, Palopo Sulawesi Selatan, Belu, Kupang, dan Ende Nusa Tenggara Timur, Produk kadaluarsa berupa jeli, puding, minuman serbuk, bumbu, bahan tambahan pangan (BTP), dan mi atau pasta.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Menormalisasi Skincare bagi Kaum Pria

Tidak hanya wanita, skincare dibutuhkan oleh semua kalangan, termasuk laki-laki. Bahkan penggunaan skincare justru lebih dibutuhkan oleh laki-laki.

Makin Banyak Orang Pakai Mobil Listrik Saat Mudik Lebaran, Ini Buktinya!

Berdasarkan laporan PLN, jumlah transaksi mobil listrik di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) naik lima kali lipat saat mudik Lebaran 2024.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X