Program makan bergizi gratis telah menjadi salah satu inisiatif yang dirancang untuk mengatasi masalah gizi di masyarakat, terutama bagi kelompok yang rentan seperti anak-anak sekolah. Gagasan ini pertama kali muncul sebagai tanggapan atas meningkatnya angka kekurangan gizi yang memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas masyarakat.
Program ini direncanakan untuk tidak hanya memberikan makanan secara cuma-cuma, tetapi juga untuk memastikan makanan yang disediakan memiliki kandungan gizi yang memadai sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat.
Sejak awal direncanakan, program ini telah menjadi topik perbincangan yang hangat di kalangan masyarakat. Banyak yang menyambut baik inisiatif ini karena dianggap sebagai langkah nyata untuk mengatasi permasalahan ketahanan pangan dan gizi buruk.
Namun, di sisi lain, tidak sedikit pula yang meragukan efektivitas dan keberlanjutan program ini. Pro dan kontra muncul terkait alokasi anggaran, distribusi makanan, hingga kemungkinan penyalahgunaan dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan data survei dari Center of Economic and Law Studies (Celios) tahun 2024, mayoritas responden, yaitu 59%, tidak setuju dengan program makan bergizi gratis. Tingginya persentase ini menunjukkan bahwa masih ada keraguan besar di masyarakat terkait efektivitas, keberlanjutan, dan pengelolaan program tersebut.
Di sisi lain, hanya 21% masyarakat yang menyatakan setuju dengan program ini. Kelompok ini kemungkinan besar melihat manfaat dari program makan bergizi gratis, terutama dalam membantu masyarakat kurang mampu dan mengatasi masalah kekurangan gizi.
Sebanyak 20% masyarakat memilih untuk tidak memberikan pendapat atau tidak tahu terkait program ini. Hal ini bisa mencerminkan kurangnya informasi yang sampai ke masyarakat mengenai tujuan dan pelaksanaan program tersebut.
Ketiga kategori ini menggambarkan bagaimana program makan bergizi gratis masih menjadi isu yang memunculkan berbagai opini.
Tingginya angka ketidaksetujuan dan ketidaktahuan menegaskan perlunya komunikasi yang lebih baik antara pemerintah dan masyarakat, agar tujuan program ini dapat dipahami secara luas dan diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
Kekhawatiran utama masyarakat terhadap program makan bergizi gratis adalah terkait penyaluran yang tidak efisien, dengan persentase sebesar 46%.
Hal ini menunjukkan adanya keraguan masyarakat terhadap mekanisme distribusi program tersebut, seperti kemungkinan adanya hambatan logistik atau ketidaksesuaian antara kebutuhan dan alokasi makanan di lapangan.
Selain itu, sebanyak 37% masyarakat mengkhawatirkan potensi korupsi dalam pelaksanaan program ini. Kekhawatiran ini sangat relevan mengingat banyaknya kasus penyalahgunaan anggaran dalam program sosial sebelumnya. Masyarakat menginginkan transparansi dan akuntabilitas yang lebih baik untuk memastikan bahwa dana program digunakan sesuai tujuan.
Kualitas makanan yang disediakan juga menjadi perhatian, dengan 14% responden menyoroti hal ini. Meskipun makanan bergizi gratis adalah tujuan utama program, ada kekhawatiran bahwa standar kualitas makanan mungkin tidak terpenuhi, baik dari segi nilai gizi maupun kebersihan.
Di sisi lain, hanya 3% masyarakat yang menyebutkan biaya implementasi sebagai kekhawatiran utama. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat lebih fokus pada hasil dan pelaksanaan program dibandingkan dengan beban anggaran yang dikeluarkan.
Keempat kekhawatiran ini saling berkaitan dan mencerminkan pentingnya perencanaan yang matang dan pengawasan yang ketat dalam implementasi program. Dengan mengatasi berbagai isu tersebut, pemerintah dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program makan bergizi gratis ini.
Baca Juga: Apa Makan Bergizi Gratis Satu-satunya Cara Cegah Stunting?
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor