Pemerintah tengah gencar melakukan uji coba program makanan bergizi gratis (MBG) di beberapa sekolah dalam berbagai jenjang. Sebelum dilaksanakan pada 2025 mendatang, uji coba di 100 titik dilaksanakan pada Desember 2024 ini.
Setelah melalui proses perumusan panjang, rata-rata harga per piring MBG senilai Rp10.000. Tren kenaikan harga pangan disebut sebagai salah satu faktor penurunan nominal MBG yang sebelumnya dipatok Rp15.000.
Dengan kondisi ekonomi dan kekayaan sumber daya alam yang berbeda-beda, komposisi MBG akan berbeda pula tiap daerah. Di Papua misalnya, nominal tersebut hanya cukup ditukar dengan nasi, sayur, serta tempe, tahu, atau kerupuk. Sementara itu, daerah lain masih bisa mendapatkan ayam, ikan, atau udang.
MBG menjadi program unggulan pemerintah untuk mengurangi stunting. Survei Kesehatan Indonesia pada 2023 menunjukkan, angka stunting nasional masih menyentuh 21,5%. Butuh penurunan hingga 7,5% lagi untuk mencapai target pemerintah di tahun ini.
Bukan Hanya Mengurangi, Mencegah Juga Perlu
Stunting dapat terjadi sejak anak masih dalam kandungan akibat kurangnya nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu. Hingga usia 2 tahun, anak masih dalam usia rentan terkena stunting. Pencegahan lebih dini, terutama di usia-usia tersebut, juga perlu diperhatikan.
Kementerian Kesehatan RI menyebutkan beberapa cara mencegah stunting, seperti pemberian ASI secara eksklusif, pemantauan berkala perkembangan anak, konsumsi tablet penambah darah, dan pemberian MPASI bergizi di atas 6 bulan.
World Health Organization (WHO) pun menyebut bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan langkah tepat untuk mencegah stunting di Indonesia. Tak hanya pemberian ASI eksklusif, MPASI juga penting mendampingi pertumbuhan bayi.
Secara nasional, pemberian ASI eksklusif baru mencapai angka 74,73% pada 2024. Terdapat sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai 73,97%.
Pencapaian beberapa daerah masih berada di bawah rata-rata nasional, paling rendah adalah Papua yang baru mencapai 44,64%. Kemudian, Gorontalo baru mencapai 55,11% dan Papua Barat baru mencapai 57,42%.
Selain memenuhi kebutuhan gizi bayi secara optimal, ASI juga dapat melindungi anak dari infeksi seperti diare dan pneumonia. Pemberian ASI turut menyehatkan bagi ibu, bahkan bisa menghindarinya dari risiko kanker payudara. Dengan memberikan ASI, keluarga dapat menghemat pengeluaran karena tidak perlu membeli susu formula.
Dalam ragam penelitian ilmiah, sederet hambatan pemberian ASI eksklusif antara lain pendidikan rendah, pendapatan rendah, ketidaksetaraan gender, lingkungan sosial, dan pemahaman tradisional. Faktor lainnya adalah hambatan karena ibu bekerja, minimnya dukungan keluarga, tenaga kesehatan, dan fasilitas kesehatan di sekitar, serta produksi ASI yang rendah.
Baca Juga: 10 Provinsi dengan Keluhan Kesehatan Tertinggi di Indonesia 2023
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor