Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dari Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2024 di Banten mencapai angka 7,02% dan menjadi yang tertinggi di Indonesia. Angka tersebut juga melebihi TPT nasional yang mencapai angka 4,82%.
Selain itu, baik TPT nasional maupun TPT di Banten, keduanya belum mencapai target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2020-2024 yang berada dikisaran 3,6-4,3%.
Jika dibandingkan dengan seluruh provinsi di Indonesia, hanya sekitar setengah yang telah mencapai target.
Menjadi yang tertinggi, BPS menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Provinsi Banten telah mencapai 424,69 ribu orang per Februari 2024. Kepala BPS Banten, Faizal Anwar juga menyampaikan bahwa dari 6,05 juta angkatan kerja, 5,63 juta diantaranya masuk kategori bekerja sedangkan sisanya menganggur.
Jika dilihat dari jenis kelamin, TPT laki-laki sebesar 6,95%, lebih rendang dibandingkan TPT perempuan sebesar 7,14%.
Faizal mengungkapkan, angka pengangguran pada Februari 2024 telah menurun sebesar 0,95% dibandingkan Februari 2023. Meskipun seperti itu, TPT dibanten tetap menjadi yang tertinggi selama 12 tahun terakhir.
Tingginya pengangguran di Banten menjadi ironi karena wilayah tersebut memiliki banyak kawasan industri. Namun sayangnya, banyak relokasi pabrik yang terjadi di Banten. Sejak 2021, setidaknya ada tiga pabrik besar di Banten yang memilih pindah ke Jawa Tengah.
Relokasi tersebut menyebabkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran. Perusahaan memilih merelokasi pabrik untuk mencari tenaga yang lebih murah. Hal tersebut dapat dilihat dari Upah Minimum Provinsi (UMP) Banten yang lebih tinggi daripada Jawa Tengah.
Di samping tingginya tingkat pengangguran, Banten juga menghadapi tantangan terkait jumlah lulusan SMK yang belum terserap pasar kerja. Data dari BPS menunjukkan bahwa pada Februari 2024, pengangguran dari tamatan SMK merupakan yang paling tinggi yaitu sebesar 12,85%.
Sementara itu, pengangguran dari tamatan SD ke bawah merupakan yang paling rendah yaitu sebesar 2,83%. Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah pekerja di banten pada Februari 2024 sebanyak 35,83% merupakan lulusan SD. Faizal Anwar mengatakan, komponen yang menyebabkan lulusan SD paling banyak terserap adalah karena bekerja di sektor pertanian.
Meskipun SMK ditujukan untuk memberikan keterampilan praktis kepada siswa agar dapat langsung terserap di dunia kerja, kenyataannya masih banyak lulusan SMK yang menganggur. Hal ini menunjukkan bahwa selain menghadapi tantangn tingkat pengangguran yang tinggi, Banten juga menghadapi tantangan terkait jumlah lulusan SMK yang belum banyak terserap pasar kerja.
Penulis: Icen Ectefania Mufrida
Editor: Editor