Bagaimana Skor Layanan Bea Cukai Indonesia Dibandingkan Negara ASEAN Lainnya?

Singapura memiliki skor layanan bea cukai terbaik di antara negara ASEAN lainnya.

Bagaimana Skor Layanan Bea Cukai Indonesia Dibandingkan Negara ASEAN Lainnya? Ilustrasi Simbol Bea Cukai | Foto: Hibata.id

Bea cukai adalah sebuah lembaga atau badan yang bertugas untuk mengawasi dan mengatur arus barang masuk dan keluar dari suatu negara melalui perbatasan, baik udara, laut, maupun darat. 

Bea cukai harus memastikan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku, mencegah penyelundupan, dan melindungi ekonomi serta keamanan negara dari ancaman yang berasal dari perdagangan barang ilegal.

Peran bea cukai sangat vital dalam mendukung perekonomian nasional. Dengan memungut bea atas barang yang diimpor dan diekspor, pemerintah mendapatkan sumber pendapatan yang signifikan.

Selain itu, bea cukai juga berfungsi sebagai mekanisme untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan tidak sehat dengan barang-barang impor yang mungkin dijual dengan harga lebih murah.

Bea cukai juga memastikan bahwa barang-barang yang masuk ke dalam negara memenuhi standar kesehatan, keselamatan, dan lingkungan yang telah ditetapkan, sehingga masyarakat terhindar dari risiko yang mungkin timbul dari produk yang tidak sesuai standar.

Setiap negara memiliki pelayanan bea cukai yang diatur sesuai dengan kebijakan dan regulasi masing-masing. Struktur dan fungsi bea cukai bisa berbeda antara satu negara dengan negara lain, tergantung pada kebutuhan dan prioritas nasional.

Misalnya, negara yang menjadi pusat perdagangan internasional biasanya memiliki sistem bea cukai yang lebih kompleks dan canggih dibandingkan dengan negara yang volume perdagangannya lebih kecil.

Meskipun demikian, tujuan utama dari bea cukai di setiap negara tetap sama, yaitu mengontrol arus barang dan menjaga kepentingan nasional.

Namun, skor atau kualitas layanan bea cukai di setiap negara dapat sangat bervariasi. Faktor-faktor seperti efisiensi operasional, tingkat korupsi, transparansi, serta kecepatan dan akurasi dalam pengolahan dokumen sangat mempengaruhi persepsi dan penilaian terhadap pelayanan bea cukai.

Organisasi internasional seringkali melakukan evaluasi dan pemeringkatan untuk mengukur kinerja bea cukai di berbagai negara. Hasil dari evaluasi ini memberikan gambaran mengenai sejauh mana sebuah negara mampu mengelola arus barang internasional dengan efektif dan efisien, serta seberapa baik mereka mendukung aktivitas perdagangan global.

Skor Bea Cukai Negara ASEAN | Foto: GoodStats

Di kawasan ASEAN, skor layanan bea cukai setiap negara menunjukkan variasi yang signifikan, mencerminkan perbedaan dalam efisiensi dan kualitas pelayanan di masing-masing negara.

Singapura menduduki posisi teratas dengan skor 4,2 pada skala 5, menunjukkan bahwa negara ini memiliki sistem bea cukai yang sangat efisien dan terpercaya. Keberhasilan ini dapat dikaitkan dengan infrastruktur yang maju, teknologi canggih, serta kebijakan yang mendukung transparansi dan kemudahan dalam proses bea cukai. 

Di posisi berikutnya, Thailand dan Malaysia masing-masing mencatat skor 3,3 pada skala 5. Meskipun tidak sebaik Singapura, kedua negara ini menunjukkan kinerja yang cukup baik dalam mengelola arus barang internasional. 

Thailand dan Malaysia terus berupaya meningkatkan efisiensi pelayanan bea cukai melalui berbagai reformasi dan modernisasi sistem. Kedua negara ini memahami pentingnya peran bea cukai dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional.

Vietnam berada di tengah-tengah dengan skor 3,1, mencerminkan adanya kemajuan yang cukup dalam pelayanan bea cukai, namun masih menghadapi beberapa tantangan. Upaya Vietnam untuk meningkatkan infrastruktur dan mengurangi hambatan birokrasi menunjukkan hasil yang positif, meskipun masih perlu kerja keras untuk mencapai tingkat efisiensi seperti negara-negara tetangganya.

Filipina dan Indonesia, dengan skor masing-masing 2,8, berada dalam posisi yang sama. Kedua negara ini menghadapi tantangan yang serupa dalam meningkatkan kualitas layanan bea cukai, termasuk masalah korupsi, birokrasi yang berbelit, dan infrastruktur yang belum memadai. 

Di bagian bawah daftar, Laos dan Kamboja mencatat skor masing-masing 2,3 dan 2,2. Kedua negara ini menunjukkan bahwa masih ada banyak ruang untuk perbaikan dalam pelayanan bea cukai. Tantangan utama yang dihadapi termasuk kurangnya sumber daya, infrastruktur yang terbatas, serta tingkat korupsi yang tinggi.

Skor ini memberikan gambaran yang jelas tentang seberapa efektif masing-masing negara ASEAN dalam mengelola sistem bea cukai mereka. Perbedaan skor ini menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi bea cukai, dan setiap negara memiliki tantangan serta peluang yang unik dalam upaya meningkatkan kualitas layanan mereka.

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Potret Polusi Udara Tanah Air, Kapan Akan Berakhir?

Mirisnya, kota dengan polusi udara tertinggi dan terendah di Asia Tenggara sama-sama berada di Indonesia. Lantas, bagaimana potret polusi udara di tanah air?

Intip Tingkat Pengangguran di ASEAN, Indonesia Nomor 1

Indonesia menjadi negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di Asia Tenggara versi IMF, mencapai 5,2%.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook