Akibat Bencana Iklim dan Cuaca, Kerugian Ekonomi Global Capai 4,3 Triliun Dolar AS!

Menurut laporan Organisasi Meteorologi Dunia, kerugian ekonomi dunia akibat bencana iklim dan cuaca ekstrem mencapai US$4,3 triliun dalam 50 tahun terakhir

Akibat Bencana Iklim dan Cuaca, Kerugian Ekonomi Global Capai 4,3 Triliun Dolar AS! Ilustrasi bencana banjir | Lensw0rld/Shutterstock

Bencana iklim dan cuaca ekstrem nampaknya menjadi peristiwa tahunan global. Selain faktor alam atau lingkungan, faktor aktivitas manusia juga mampu menyeabkan bencana iklim dan cuaca ekstrem. Selain itu, perubahan iklim juga dapat berdampak pada probabilitas ekstremitas peristiwa bencana.

Dalam laporannya, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) mencatat korban tewas akibat cuaca ekstrem dan peristiwa iklim mencapai lebih dari dua juta jiwa secara global dalam 50 tahun terakhir. Dari jumlah kematian yang tercatat, mayoritas atau 90% masyarakat berasal dari negara-negara berkembang.

“Masyarakat yang paling rentan sayangnya menanggung lebih banyak beban kerugian akibat peristiwa iklim, cuaca, dan bahaya terkait air,” tutur Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.

WMO mengungkapkan, terdapat sekitar 11.779 peristiwa terkait cuaca, iklim, dan air sejak tahun 1970 hingga 2021. Bencana iklim dan cuaca ekstrem yang menghantui dunia selama setengah abad terakhir juga dilaporkan telah menimbulkan kerugian ekonomi sebesar US$4,3 triliun.

Merujuk pada laporan WMO, kerugian ekonomi akibat peristiwa ini terus mengalami kenaikan setiap dekade. Ini terlihat dari data yang disajikan mengenai kerugian ekonomi akibat bencana iklim dan cuaca ekstrem sejak tahun 1970-2021.

Nilai kerugian ekonomi global akibat peristiwa bencana iklim dan cuaca dari tahun 1970-2021 | Goodstats

Lebih jelasnya, nilai kerugian ekonomi yang tercatat pada 1970-1979 mencapai US$184 miliar pada skala global. Nilai itu kemudian meningkat sebanyak 66,12% menjadi US$305,5 miliar pada satu dekade setelahnya, yakni sepanjang tahun 1980-1989.

Sementara itu, kerugian ekonomi di era modern pada tahun 2010-2019 mencetak rekor dengan kenaikan 47% dari satu dekade sebelumnya menjadi US$1,48 triliun. Selanjutnya, pada tahun 2020-2021 kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh bencana cuaca, iklim, dan air dilaporkan mencapai US$430,1 miliar.

Adapun menurut WMO, kerugian ekonomi terkait peristiwa iklim, cuaca, dan air ini ternyata meningkat akibat suhu/cuaca ekstrem sebagai faktor utamanya. Sementara, WMO juga membeberkan bahwa pengembangan sistem peringatan bencana telah berhasil memangkas jumlah korban tewas selama 50 tahun terakhir.

Di lain sisi, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) telah memperkirakan kerugian ekonomi yang akan ditanggung oleh Indonesia akibat perubahan iklim mencapai Rp544 triliun dalam kurun waktu tahun 2020-2024.

“Diproyeksikan, dalam kurun tahun 2020 hingga 2024 perubahan iklim akan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp544 triliun,” ungkap Menteri Bappenas Suharso Monoarfa dikutip dari Okezone.com.

Ia berspekulasi bahwa potensi kerugian tersebut mayoritas berasal dari kelangkaan air, penggenangan pesisir, kecelakaan kapal, penurunan produktivitas beras, dan peningkatan kasus terkait penyakit sensitif.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Hasil Pilpres AS: Trump Menang di 29 Negara Bagian, Kamala 19

Hasil Pilpres Amerika Serikat menunjukkan bahwa Trump sudah menang di 29 negara bagian dengan memperoleh 294 suara dari dewan pemilih.

Waspada Residu Pestisida dalam Anggur Shine Muscat, Ini Tanggapan Pemerintah

Anggur shine muscat menghebohkan masyarakat Indonesia akibat temuan residu pestisida yang tinggi saat diuji di Thailand. Berikut tanggapan pemerintah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook