Nilai Ekspor Indonesia Naik di Agustus 2024, Impor Tercatat Turun

Nilai ekspor Indonesia meningkat pada Agustus 2024, menjadi yang tertinggi sepanjang tahun, diiringi dengan penurunan impor.

Nilai Ekspor Indonesia Naik di Agustus 2024, Impor Tercatat Turun Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta | JICT

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor pada Agustus 2024. Hal ini digunakan sebagai acuan neraca perdagangan Indonesia, sekaligus sebagai dasar perumusan kebijakan yang membantu pemerintah mengukur kinerja ekonomi suatu negara.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa pemerintah selalu memperhatikan hal yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dilakukan agar pertumbuhannya tetap tercapai sesuai target yang telah ditetapkan.

“Konsumsi, investasi, ekspor, impor yang kita akan perhatikan. Kita nanti di semester kedua ini yaitu kuartal ketiga dan keempat akan terus melihat faktor-faktor untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga pada tingkat antara 5,1 (persen) hingga bahkan kalau bisa mencapai 5,2 (persen),” tutur Sri Mulyani dalam Kemenkeu.

Nilai Ekspor Indonesia Terus Naik Sejak Juni

Nilai ekspor dan impor Indonesia, 2024 | GoodStats

Dalam rilis BPS, nilai ekspor dari tanah air berada di angka US$23,56 miliar pada Agustus 2024. Angka ini mengalami kenaikan sebanyak 5,97% dibanding bulan sebelumnya.

"Total nilai ekspor mengalami peningkatan secara bulanan maupun tahunan," tulis BPS dalam keterangan resminya.

Lebih rinci, kinerja ekspor Indonesia ditopang oleh ekspor nonmigas sebesar US$22,36 miliar, serta ekspor migas sebanyak US$1,2 miliar. Ekspor nonmigas sendiri mengalami kenaikan sebesar 7,43%, sementara ekspor migas alami penurunan sebanyak -15,41%.

Nilai ekspor nonmigas dengan kontribusi tertinggi adalah industri pengolahan, mencapai US$17,71 miliar. Terdapat sektor lain seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, dan lainnya yang mengalami kenaikan nilai dibanding bulan sebelumnya.

Adapun China menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia dengan persentase mencapai 23,83%, disusul Amerika Serikat dengan 11,66%. Jepang bertengger di peringkat ketiga dengan 8,05%.

Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional Bara Krishna Hasibuan menyambut baik kabar baik tersebut. Ia mengatakan bahwa peningkatan terjadi pada seluruh sektor, terutama di ekspor nonmigas.

“Kami menyambut baik peningkatan ekspor pada Agustus 2024. Peningkatan kinerja ekspor Agustus 2024 secara signifikan ini tentunya berkontribusi terhadap neraca perdagangan Indonesia. Kami berharap, ekspor Indonesia dapat terus meningkat,” kata Bara mengutip Antara.

Bagaimana dengan Impor?

Sebaliknya, nilai impor ke tanah air pada Agustus 2024 mengalami penurunan sebanyak -4,93% dibanding Juli 2024 menjadi US$20,67 miliar. Baik impor migas dan nonmigas mengalami penurunan nilai masing-masing di angka -25,56% dan -0,89%.

Lebih rinci, BPS menyebut bahwa impor dengan nilai tertinggi adalah impor bahan baku atau penolong sebanyak US$14,88 miliar, disusul impor barang modal sebanyak US$3,81 miliar.

“Sementara itu untuk non migas nilainya naik sebesar 11,09% dengan komoditas yang mengalami peningkatan tertinggi terjadi pada komoditas biji logam perak dan abu yang meningkat 126,92 persen,” kata Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Pudji Ismartini melansir InfoBank.

China tetap menjadi negara asal utama impor nonmigas terbanyak dengan persentase 35,7%, disusul Jepang sebanyak 7,87% dan juga Australia sebanyak 5,42%.

Pudji Ismartini menambahkan bahwa ini merupakan catatan yang baik, karena surplus terus terjadi selama 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Pada Agustus 2024, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD2,9 miliar atau naik USD2,4 miliar secara bulanan," kata Pudji dalam MetroTV.

Baca juga: India Jadi Negara Tujuan Ekspor Baru Bara Tertinggi, Capai Rp117,9 Triliun!

Penulis: Pierre Rainer
Editor: Editor

Konten Terkait

Standar Hidup Layak Orang Indonesia Naik Jadi Rp1,03 Juta per Bulan, Jakarta Tertinggi

BPS mencatat standar hidup layak nasional berdasarkan pengeluaran mencapai Rp1,03 juta per bulan, lebih rendah dibanding Jakarta yang sebesar Rp1,66 juta.

Indeks Keyakinan Konsumen Meningkat, Pertanda Kestabilan Ekonomi?

Survei konsumen BI menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap stabil pada level optimis.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook