Isu kelaparan bukan hanya menjadi fokus permasalahan yang harus dituntaskan oleh nasional maupun kawasan, tetapi juga global. Kelaparan didefinisikan sebagai kondisi kekurangan pangan/kekurangan gizi untuk menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.
Lebih luas, kondisi kerawanan pangan memiliki konsekuensi yang besar bagi kesehatan mental, fisik, dan kesejahteraan masyarakat. krisis kelaparan global telah menyebabkan lebih dari 700 juta orang di dunia tidak mengetahui kapan mereka akan makan lagi.
Kondisi ini terjadi seiring dengan semakin berkurangnya dana kemanusiaan. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejalan dengan lonjakan kebutuhan pangan global, minimnya dana membuat jatah makanan untuk jutaan orang terpaksa dipangkas.
“Kita hidup dengan serangkaian krisis yang terjadi secara bersamaan dan berjangka panjang. Ini adalah realita baru yang akan kita hadapi dampak buruknya di tahun-tahun mendatang,” papar Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) Cindy McCain pada Kamis, (14/9/2023) lalu.
Rata-rata indeks kelaparan global berada di level 18,2 poin
Tiap negara di dunia tentunya memiliki kebijakannya masing-masing dalam mengatasi permasalahan ini. Sejalan dengan ini, Indeks Kelaparan Global (Global Hunger Index/GHI) merilis laporan mengenai skor/tingkat kelaparan global.
Indeks ini mengukur dan menilai tingkat kelaparan secara komprehensif dari skala nasional, regional, hingga pada tingkat global. Skor GHI mengacu pada empat indikator komponen, yakni kekurangan gizi, stunting, child wasting, serta kematian anak.
Secara keseluruhan, keempat indikator komponen ini mencerminkan tingkat kekurangan kalori serta mikronutrien. Lebih lanjut, skor rata-rata indeks kelaparan global pada tahun 2022 tercatat berada di level 18,2 poin.
Berdasarkan pengukuran GHI, Yaman menjadi negara dengan tingkat kelaparan tertinggi di dunia pada tahun 2022. Yaman memiliki skor GHI sebesar 45,1 poin, yang berarti negara ini berada pada level yang mengkhawatirkan.
Diikuti oleh Rapublik Afrika Tengah di posisi kedua sebagai negara dengan skor GHI tertinggi di dunia. Dilaporkan, skor GHI negara tersebut mencapai 44 poin atau berada di level mengkhawatirkan.
Kemudian, disusul oleh Madagaskar dan Republik Demokratik Kongo dengan skor GHI masing-masing sebesar 38,7 poin dan 37,8 poin. Lalu, ada Chad di posisi kelima dengan indeks kelaparan global mencapai 37,2 poin.
Sebagai informasi, skor GHI di bawah 9,9 poin menunjukkan level kelaparan rendah, indeks 10-19,9 berada di level moderat, indeks 20-34,9 berada di level serius. Selanjutnya, skor GHI 35-49,9 berada di level mengkhawatirkan dan skor di atas 50 menunjukkan level sangat mengkhawatirkan.
Urgensi penanggulangan krisis kelaparan untuk mencapai SDG 2030
Selama beberapa dekade, Food and Agriculture Organization (FAO) telah mengkaji tingkat kelaparan global menggunakan indikator Prevalensi Kurang Gizi (Prevalence of Undernourishment/PoU). Pengukuran ini menjadi salah satu indikator untuk menghitung pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) 2030.
Berdasarkan laporan FAO, prevalensi kekurangan gizi global relatif tidak berubah dari tahun 2021 hingga 2022. Tercatat, sekitar 29,6% dari populasi global mengalami kerawanan pangan di tingkat sedang hingga krisis pada tahun 2022.
Capaian tersebut dinilai masih jauh untuk mencapai salah satu target SDG, yakni mengakhiri kelaparan dan memastikan akses masyarakat dunia ke makanan yang aman, bergizi, dan cukup. Terlebih, angka kelaparan global saat ini dilaporkan masih tinggi.
Menurut estimasi FAO, terdapat sekitar 735,1 juta populasi di dunia yang mengalami kelaparan sepanjang tahun 2022. Jika dibandingkan pada tahun 2021, angkanya memang mengalami sedikit penurunan. Meski demikian, kondisinya terlihat semakin parah jika dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya.
Kemajuan yang terjadi dalam satu dekade terakhir mengalami stagnasi. Hal ini terutama disebabkan oleh efek pandemi Covid-19, bersama dengan sejumlah krisis lain, seperti konflik dan perubahan iklim yang memiliki dampak besar terhadap dunia.
FAO menyoroti urgensi penanggulangan kerawanan pangan dan krisis kelaparan global sesegera mungkin menuju target nol persen kelaparan sesuai agenda SDG. Jika upaya percepatan tidak segera dilakukan, tercatat hampir 600 juta orang diproyeksikan kekurangan gizi kronis pada tahun 2030 mendatang.
“Jika kita tidak melipatgandakan upaya kita, maka target untuk mengatasi kelaparan, kerawanan pangan, dan malnutrisi pada 2030 akan tetap berada di luar jangkauan,” tulis FAO dalam laporannya.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya