7 Wabah Paling Mematikan Sepanjang Sejarah Dunia

GAVI merangkum beberapa wabah memakan korban jiwa paling banyak, mulai dari wabah black death hingga Covid-19.

7 Wabah Paling Mematikan Sepanjang Sejarah Dunia Ilustrasi orang memegang masker medis sekali pakai dan masker wabah | IIlustrissima/Shutterstock

Pada April 2020, jumlah kematian global yang dikonfirmasi akibat Covid-19 mencapai 80.000 jiwa. Dua tahun setelahnya, pada tahun 2022, angka kematiannya menjadi 6,69 juta jiwa. Bahkan, beberapa analisis data kredibel mematok kematian SARS-CoV-2 mendekati 17 juta. Jumlah ini menempatkan Covid-19 dalam daftar pandemi paling mematikan dalam sejarah, meskipun telah berjalan dalam jangka waktu yang jauh lebih singkat daripada yang lain di dalam daftar.

Sepanjang sejarah, epidemi dan pandemi telah menjadi alasan atas ratusan juta nyawa yang hilang. Alasan wabah telah merenggut begitu banyak nyawa ialah karena mereka biasanya merupakan penyakit menular yang bisa mencapai populasi besar dalam waktu yang sangat singkat.

Daftar wabah paling mematikan sepanjang sejarah | Goodstats

Melansir laman aliansi vaksin global GAVI, inilah daftar wabah-wabah yang memakan korban jiwa paling banyak dalam sejarah manusia.

Wabah kematian hitam/black death (1334-1353)

Ilustrasi dokter yang memakai mantel hitam dan topeng paruh burung untuk mengobati pasien kala itu | Illustrissima/Shutterstock

Wabah kematian hitam atau black death merupakan pandemi yang melanda Eropa antara tahun 1334- 1353, memakan korban jiwa yang jauh lebih besar daripada epidemi atau perang lain yang diketahui hingga saat itu. Black Death secara luas diyakini sebagai akibat dari wabah, yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.

Melansir Britannica, wabah ini kemungkinan muncul pertama kali di wilayah China bagian timur laut dan menewaskan kurang lebih lima juta orang dengan waktu yang sangat cepat. Lalu, virus ini menyebar ke bagian barat melalui India, Suriah, dan Mesopotamia.

Pada tahun 1346, wabah ini menghantam pelabuhan perdagangan bernama Kaffa di Laut Hitam. Kapal-kapal dari Kaffa yang berangkat membawa barang-barang perdagangan dan juga membawa tikus yang membawa virus Yersinia Pestis. Pada Oktober 1347, 12 kapal berlabuh di Messina di Sisilia, di mana ditemukan seluruh pelaut pada kapal telah mati dan sekarat.

Wabah variola/smallpox (1520-1600an)

Ilustrasi vaksin smallpox | Jarun Ontakarai/Shutterstock

Cacar telah menjadi momok yang akrab di banyak bagian dunia selama berabad-abad ketika orang Eropa pertama tiba di pantai Amerika. Tercatat, 20-60 persen dari mereka yang terinfeksi di Eropa meninggal. Tetapi, penduduk asli Amerika pra-Columbus sangat naif terhadap virus variola. Pada bulan April 1520, sebuah kapal mendarat di Veracrus, di mana terdapat seorang budak yang terinfeksi virus tersebut.

Gelombang infeksi kemudian pecah di benua itu selama beberapa dekade. Siapa pun yang tidak mati karena cacar dibunuh oleh influenza atau epidemi campak yang melonjak setelahnya. 90 persen penduduk asli tewas. Peradaban besar dan budaya mereka tiba-tiba disingkirkan,

Flu Spanyol (1918-1920)

Ilustrasi prajurit di Seattle, Amerika Serikat pada Desember 1918 yang memakai masker untuk mencegah flu Spanyol | Everret Collection/Shutterstock

Flu Spanyol adalah nama yang diberikan untuk bentuk influenza (flu) yang disebabkan oleh virus H1N1 yang dimulai pada beberapa jenis burung. Flu Spanyol adalah pandemi - virus influenza A baru yang menyebar dengan mudah dan menginfeksi orang di seluruh dunia. Karena virus itu baru, sangat sedikit orang kala itu yang memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut.

Dari tahun 1918-1919, flu Spanyol tercatat telah menginfeksi sekitar 500 juta orang di seluruh dunia. Ini berjumlah sekitar 33% dari populasi dunia pada saat itu. Selain itu, flu Spanyol menewaskan sekitar 50 juta orang dan sekitar 675.000 kematian berada di AS.

Wabah Justinian (541 M-549 M)

Ilustrasi wabah justinian | Brewminate.com

Melansir Britannica, wabah Justinian adalah wabah pandemi yang menyebar ke seluruh wilayah Mediterania dan seterusnya dimulai sekitar 541 M. Itu dinamai Justinian I, yang merupakan kaisar Bizantium pada waktu itu.

Meskipun ada bukti bahwa wabah pes telah ada selama kehidupan umat manusia, wabah Justinian adalah wabah pertama yang didokumentasikan dari pandemi wabah pes. Sejarawan abad ke-6 Procopius menulis tentang Kekaisaran Bizantium selama masa pemerintahan Justinianus, dan ia menceritakan kehancuran yang ditimbulkan oleh wabah di Konstantinopel (kemudian berganti nama menjadi Istanbul), yang pada waktu itu merupakan pusat politik dan budaya terpenting dunia Barat dan pusat peradaban Kristen.

Wabah ini diprediksi disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, yang nampaknya telah muncul di Mesir Hilir sekitar tahun 541 dan kemudian menyebar ke seluruh Mediterania di kapal-kapal yang mengangkut biji-bijian ke pusat kekaisaran. Beberapa kasus pertama muncul di Konstantinopel pada kisaran musim semi tahun 542.

HIV/AIDS (1981-sekarang)

Ilustrasi tabung sampel darah pasien HIV/AIDS | PENpics Studio/Shutterstock

Virus HIV kemungkinan pertama kali terjangkit oleh simpanse yang menularkannya ke manusia di Republik Demokratik Kongo melalui kontak darah sekitar tahun 1920. Ini menyebar kurang lebih tidak terdeteksi sampai tahun 1981, ketika pneumonia ganas dan kanker langka yang disebut Sarkoma Kaposi mulai muncul di antara pria homoseksual di AS.

Wabah pes ketiga (1855-1959)

Ilustrasi wabah pes ketiga | Blogspot.com

Wabah pes tidak pernah benar-benar hilang dan bangkit kembali dengan masif pada tahun 1855. Wabah ini pertama kali ditemukan di Yunnan, Cina, lalu menyebar ke kota-kota di sekitaran pelabuhan Guangzhou dan Hong Kong pada tahun 1894. Tercatat, sebelum tahun 1959, sekitar 12 juta orang di seluruh dunia telah mati akibat wabah ini.

Melansir Gavi, disebutkan bahwa wabah ini kemungkinan akan menjadi pandemi terakhir dari wabah pes. Adapun, bakteri penyebab penyakit ini ialah Yersinia pestis, yang diidentifikasi pada tahun 1894 di Hong Kong. Studi menyebutkan bahwa wabah ini ditularkan melalui tikus.

Covid-19 (2020-sekarang)

Ilustrasi masker dan hand-sanitizer sebagai langkah preventif untuk menghindari Covid-19 | Maridav/Shutterstock

Pada bulan Desember 2019, serangkaian kasus pneumonia yang tidak biasa muncul di Wuhan, China. Pada awalnya, pejabat kesehatan menawarkan kepastian: virus corona baru tidak ditularkan dari manusia ke manusia. Namun, hal itu dengan cepat terbukti salah.

Pada akhir Januari 2020, WHO menyatakan COVID-19 sebagai darurat kesehatan global. Pada Maret, ada kasus di 114 negara. Negara-negara di seluruh dunia melakukan lockdown. Satu setengah tahun kemudian, 17 juta orang diperkirakan telah meninggal; Banyak penyintas memiliki gejala yang tersisa.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Taylor Swift Menjadi Miliarder, dari Mana Saja Sumber Kekayaannya?

Kesuksesan finansial seorang penyanyi tidak hanya berasal dari penjualan rekaman atau konser, tetapi juga dari strategi bisnis yang cerdas.

7 Letusan Gunung Berapi Terbesar dalam Sejarah, Gunung Tambora Indonesia Nomor Satu

Dua letusan gunung berapi di Indonesia tercatat sebagai letusan terbesar dalam sejarah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X