Indonesia kini telah menjadi tempat bagi beberapa negara sebagai tempat untuk berinvestasi di sektor riil. Sejumlah negara Asia seperti Singapura, Hong Kong, China, Jepang pun telah menanamkan investasi dalam jumlah besar di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Dilansir dari CNBC, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa investasi di Indonesia pasca pandemi Covid-19 kembali pulih, bahkan realisasi investasi di tahun 2021 mencapai lebih dari target yang ditentukan.
Sejak 2019 hingga kuartal I-2022, negara penyumbang investasi terbesar Indonesia adalah Singapura. Namun, Bahlil mengatakan tidak semuanya berasal dari Singapura, mengingat bahwa Singapura merupakan penghubung bagi berbagai negara untuk mendistribusikan barang ekspornya.
Mengutip dari Tirto.id, Bahlil mengatakan sebagian besar nilai investasi dari Singapura juga terdapat uang orang Indonesia di dalamnya. Hal ini dikarenakan orang Indonesia mebangun perusahaan di sana.
Sepanjang 2021, Singapura tercatat sebagai negara asal PMA (Penanaman Modal Asing) terbesar dengan realisasi 9,4 miliar dolar AS. Kini pada kuartal I-2022, Singapura masih menjadi investor yang paling banyak menanamkan modal dengan nilai total 3,6 miliar dolar AS.
Tak hanya nilainya, jumlah proyek investasi Singapura juga menjadi yang terbanyak di Indonesia, yakni 4.491 proyek sepanjang Januari-Maret 2022. Kemudian di urutan kedua terdapat Hong Kong dengan nilai total 1,5 miliar dolar AS, disusul oleh China dengan 1,4 miliar dolar AS.
Di urutan keempat terdapat Jepang dengan 800 juta dolar AS dan urutan kelima ditempati oleh Amerika dengan 600 juta dolar AS. Realisasi investasi Indonesia pada kuartal I-2022 mencapai Rp282,4 triliun. Dibandingkan periode yang sama di tahun lalu atau year-on-year (YoY) terdapat pertumbuhan 28,5 persen.
Kemudian beberapa sektor investasi domestik dan asing, meliputi transportasi, gudang, dan telekomunikasi berada pada persentase 14 persen dengan dana Rp39,5 triliun. Kemudian, besi dan barang dari logam kecuali industri mesin dan peralatan juga sebesar 14 persen (Rp39,7 triliun).
Pertambangan sebesar 12,5 persen (Rp35,2 triliun), perumahan, kawasan industri, dan gedung perkantoran sebesar 8,8 persen (Rp, 24,9 triliun), dan listrik, gas, dan air sebesar 8,2 persen (Rp23,1 triliun).
Penulis: Brigitta Raras
Editor: Editor