Laporan Digital News Report 2024 dari Reuters Institute mengungkapkan bahwa 31% responden Indonesia menjadikan YouTube sebagai sumber utama untuk mencari berita, menandakan dominasi platform berbasis video dalam konsumsi informasi.
Metode penelitian ini menggunakan kuota representatif nasional untuk usia, jenis kelamin, dan wilayah di berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan data yang dibobotkan berdasarkan standar sensus. Penelitian ini dilakukan oleh YouGov dengan menggunakan kuesioner daring yang dilaksanakan pada akhir Januari hingga awal Februari 2024.
Pergeseran ini, yang dipercepat oleh pandemi Covid-19, menunjukkan perubahan perilaku konsumen dan strategi platform digital, dengan YouTube dan TikTok menjadi pilihan utama di kalangan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Sementara itu, platform seperti Facebook mengalami penurunan peran sebagai sumber berita, mencerminkan dinamika baru dalam ekosistem media digital.
Baca Juga: 65% Publik RI Gunakan Media Sosial sebagai Sumber Informasi Skincare
Dominasi Video dan Penurunan Peran Facebook
“Platform online telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk cara kita mencari dan mendistribusikan informasi,” ungkap laporan Reuters Institute. Di Indonesia, YouTube menjadi platform terdepan untuk berita, digunakan oleh 31% responden setiap minggu, diikuti oleh TikTok (22%), Facebook (17%), Instagram (11%), dan X (6%). Media online lokal hanya diakses oleh 10% responden, sementara platform video dan media sosial lainnya secara keseluruhan mencapai 88%.
Penurunan peran Facebook, yang jangkauannya turun 16 poin persentase sejak 2016 di 12 pasar yang dipantau, diperparah oleh strategi Meta yang mengurangi peran berita di platformnya, termasuk pembatasan promosi algoritmik konten politik. Akibatnya, lalu lintas rujukan dari Facebook ke penerbit turun 48% dan dari X sebesar 27% pada tahun lalu.
“Perubahan ini mendorong platform untuk memprioritaskan format video guna mempertahankan pengguna di ekosistem mereka,” tulis laporan tersebut, menyoroti tantangan baru bagi penerbit tradisional.
TikTok dan Strategi Politik di Indonesia
TikTok telah menjadi kekuatan baru dalam distribusi berita, terutama di kalangan anak muda, dengan 29% responden di Indonesia menggunakannya untuk berita setiap minggu, menempatkannya di antara negara-negara global selatan dengan adopsi tinggi seperti Thailand (39%), Kenya (36%), Peru (27%), Afrika Selatan (28%), dan Nigeria (23%).
“Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, memanfaatkan TikTok dengan kampanye media sosial yang menampilkan gambar-gambar hasil AI, mengubah citranya menjadi sosok kakek yang menarik dan menawan,” ungkap laporan Reuters Institute.
Secara global, penggunaan TikTok untuk berita meningkat menjadi 13%, dengan 23% di kalangan usia 18–24 tahun, menunjukkan daya tarik platform ini di kalangan generasi muda. Namun, laporan juga memperingatkan tentang risiko misinformasi, terutama karena platform ini semakin dimanfaatkan untuk kampanye politik, yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan keandalan informasi.
Tantangan Monetisasi dan Peran Platform Lain
“Video berbasis platform lebih sulit dimonetisasi dibandingkan dengan yang dikonsumsi melalui situs web dan aplikasi milik penerbit,” jelas Reuters Institute, menyoroti salah satu tantangan utama bagi penerbit di era digital.
Di Indonesia, X hanya digunakan oleh 12% responden untuk berita, setara dengan Malaysia dan Kolombia, tetapi lebih rendah dibandingkan Afrika Selatan (19%) dan lebih tinggi dari Filipina (9%).
Sementara itu, Instagram mencatat 11% pengguna untuk berita, sedangkan media online lokal hanya menarik 10% responden. Laporan menunjukkan bahwa generasi muda, khususnya di bawah 25 tahun, lebih memilih YouTube dan TikTok, sementara pengguna yang lebih tua masih mengandalkan situs web berita, meskipun dalam jumlah terbatas.
Dengan kekhawatiran regulasi tentang misinformasi dan persaingan antar platform yang terus berkembang, penerbit harus beradaptasi dengan strategi baru untuk tetap relevan di tengah dinamika ekosistem media digital yang cepat berubah.
Baca Juga: 5 Konten AI Paling Sering Dijumpai di Media Sosial
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor