Garis kemiskinan (GK), yang merupakan batas minimum pengeluaran per kapita per bulan agar seseorang tidak termasuk ke dalam kategori miskin, merupakan salah satu indikator biaya hidup di suatu daerah. Semakin rendah garis kemiskinan di suatu provinsi, maka kebutuhan dasar seperti makanan dan sandang papan dapat dipenuhi dengan pengeluaran yang relatif lebih kecil dibandingkan daerah lain.
Nilai GK yang rendah biasanya mengindikasikan bahwa harga barang kebutuhan pokok di daerah tersebut cenderung stabil dan lebih terjangkau. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inilah sepuluh provinsi yang memiliki biaya hidup paling "murah" atau garis kemiskinan perkotaan terendah pada 2025.
10 Provinsi dengan Garis Kemiskinan Perkotaan Terendah
Peringkat pertama ditempati oleh Sulawesi Barat dengan GK hanya sebesar Rp473.493. Angka ini menjadi yang terendah di seluruh Indonesia untuk wilayah perkotaan. Posisi berikutnya diisi oleh Sulawesi Selatan sebesar Rp502.530, Gorontalo dengan Rp503.854, dan Sulawesi Tenggara sebesar Rp520.957. Secara umum, sebagian besar provinsi di Sulawesi memiliki sektor pertanian dan perikanan yang kuat, sehingga pasokan bahan pangan lokal terjamin, yang berdampak langsung pada stabilitas dan rendahnya harga makanan.
Selain Sulawesi, Pulau Jawa juga menyumbang banyak provinsi dalam daftar ini. Di tengah daftar, terdapat Sulawesi Utara dengan Rp546.021 dan Jawa Tengah sebesar Rp546.576. Meskipun Pulau Jawa adalah pusat industri dan populasi, garis kemiskinannya relatif rendah karena faktor efisiensi.
Jawa memiliki infrastruktur logistik yang sangat baik, sehingga biaya transportasi barang sangat murah. Sebagai contoh, Jawa Barat mencatatkan angka Rp550.729. Selain itu, produksi pangan di Jawa sangat besar, menjadikannya lumbung padi nasional. Ketersediaan barang yang melimpah dan distribusi yang lancar membuat harga-harga kebutuhan pokok di kota-kota Jawa relatif lebih terjangkau.
Di urutan kedelapan, terdapat Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan GK sebesar Rp574.051. NTB, dengan sektor pertanian yang kuat, berhasil menjaga biaya hidupnya tetap kompetitif. Menutup daftar sepuluh besar adalah Jawa Timur dan Sumatra Selatan dengan GK masing-masing sebesar Rp576.188 dan Rp624.550. Provinsi ini menjadi pusat produksi dan komoditas di Sumatera bagian selatan, yang memungkinkan biaya logistik domestik relatif lebih efisien dibandingkan provinsi lain di Sumatera.
Efisiensi Sistem Distribusi Menjadi Kunci
Rendahnya garis kemiskinan di provinsi-provinsi ini sebagian besar disebabkan oleh pasokan pangan lokal yang stabil dan efisiensi sistem distribusi. Keberadaan provinsi-provinsi di Jawa dan Sulawesi dalam daftar ini menegaskan bahwa daerah yang dekat dengan pusat produksi dan memiliki akses infrastruktur yang baik akan cenderung memiliki biaya hidup yang lebih rendah.
Baca Juga: Perbandingan Penghasilan dan Biaya Hidup di Indonesia, Apa Sudah Seimbang?
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTk1IzI=/garis-kemiskinan-rupiah-kapita-bulan-menurut-provinsi-dan-daerah-.html
Penulis: Emily Zakia
Editor: Editor