Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam membangun masa depan bangsa. Kualitas generasi penerus ditentukan dari pondasi pendidikan yang ditanamkan sejak dini. Untuk itu, tidak heran jika setiap orang tua mengusahakan pendidikan yang terbaik untuk buah hatinya, yang tidak hanya untuk masa depan negara namun juga untuk masa depan anak itu sendiri.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa mayoritas anak Indonesia yang bersekolah berasal dari kelompok menuju kelas menengah, proporsinya mencapai 50,64% dari total pelajar di Indonesia pada 2024.
Tingginya proporsi ini dinilai meningkatkan risiko ekonomi yang dapat memengaruhi pendidikan lanjutan anak. Mereka yang berasal dari kelompok kelas menengah dipandang memiliki risiko yang cukup besar tidak dapat menuntaskan tuntutan finansial pendidikan anaknya secara konsisten akibat kondisi ekonomi.
Lebih lanjut, 24,42% anak sekolah di Indonesia berasal dari kelompok rumah tangga rentan miskin dan 16,52% dari kelas menengah. Sisanya sebanyak 8,12% berasal dari kelompok miskin dan hanya 0,3% yang berada di rumah tangga kelompok atas.
Hal ini menegaskan masih adanya ketimpangan besar di Indonesia, di mana hanya sebagian kecil pelajar yang berasal dari rumah tangga kelompok atas. Siswa Indonesia, sama seperti penduduk keseluruhan, kebanyakan berasal dari kelompok menuju kelas menengah.
Ketimpangan ini juga tergambarkan melalui gini ratio Indonesia yang mencapai 0,375 pada Maret 2025. Nilai ini merupakan ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat yang berada pada rentang 0-1. Nilai 0 berarti distribusi pengeluaran semakin merata, sedangkan nilai 1 berarti semakin timpang. Rasio Indonesia turun 0,006 poin dari September 2024 yang sebesar 0,381, yang sejatinya menggambarkan semakin berkurangnya ketimpangan, namun bukan berarti sepenuhnya hilang.
Lebih lanjut, laporan BPS yang sama juga menggarisbawahi perbedaan pengeluaran untuk biaya pendidikan di setiap kelompok ekonomi. Kelompok ekonomi rentan miskin rata-rata mengeluarkan 3,62% dari total pengeluaran tahunan untuk pendidikan, sudah mencakup seluruh komponen seperti sumbangan pembangunan sekolah (uang pangkal), uang sekolah dan komite, sampai iuran kegiatan ekstrakurikuler, buku pelajaran, alat tulis, dan biaya kursus lain di luar sekolah.
Proporsi ini jadi yang terendah dari kelompok ekonomi lain, bahkan lebih rendah dari kelompok miskin yang sebesar 3,96%.
Kelompok atas mengeluarkan porsi tertinggi untuk pendidikan, rata-rata mencapai 6,87% dari total pengeluaran tahunan.
Baca Juga: Tingkat Pendidikan Masyarakat Indonesia 2024
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/07/31/a2f5109904fe2c073ff32fab/cerita-data-statistik-untuk-indonesia---memilih-masa-depan---faktor-penentu-preferensi-sekolah-negeri-vs-swasta.html
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor