Masalah kelangkaan air telah menjadi isu global saat ini dan memberikan dampak signifikan di berbagai wilayah di dunia. Permintaan air global diproyeksi akan meningkat dalam beberapa dekade mendatang, yang didorong oleh pertumbuhan polusi, manajemen air yang buruk, hingga polusi.
Selain itu, perubahan iklim juga menjadi tantangan serius yang diperkirakan akan membuat beberapa wilayah di dunia menjadi lebih kering, sementara sebagian lainnya menjadi lebih basah. Kondisi ini disebabkan oleh curah hujan ekstrem di beberapa wilayah, yang berdampak sebagian negara mengalami kekeringan, sedangkan sebagian lainnya berpotensi mengalami banjir yang lebih besar.
Berdasarkan laman World Resources Institute (WRI), 14 dari 33 negara yang diproyeksi berpotensi mengalami kesulitan air pada tahun 2040 berada di wilayah Timur Tengah. Dilaporkan, Timur Tengah secara historis bergantung pada air tanah dan air laut hasil desalinasi. WRI memperkirakan, sebagian negara di Timur Tengah akan menghadapi tantangan air yang lebih besar di tahun-tahun mendatang.
Situasi ini semakin diperparah oleh sejumlah wilayah yang tengah dilanda kekerasan dan konflik politik. Adapun, krisis air dan kekeringan dinilai berkontribusi signifikan terhadap kerusuhan di Suriah, dan juga merupakan dimensi penting dalam konflik antara Israel dan Palestina.
Lebih lanjut, WRI mengkaji dan memberi peringkat pada tantangan air di masa depan di sebanyak 167 negara dengan menggunakan serangkaian model iklim dan skenario sosio-ekonomi. Lantas, negara mana saja yang diprediksi berpotensi mengalami krisis air terparah di dunia pada 2040 mendatang? Berikut daftarnya.
1. Bahrain
Bahrain merupakan salah satu negara dengan potensi kelangkaan air terparah di dunia pada 2040 berdasarkan data yang dirilis oleh WRI. Dilaporkan, negara ini telah membuat beberapa kemajuan dalam dua dekade terakhir dalam sektor manajemen airnya.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bahrain telah mengurangi tingkat tekanan airnya hingga seperlima dari 195% sumber daya air tawar terbarukan pada tahun 2000 menjadi 156% pada tahun 2021. Meski demikian, masih banyak pekerjaan yang harus dibenahi oleh negara ini, terlebih konsumsi dan kebutuhan air di negara tersebut yang meningkat tiap tahunnya.
2. Kuwait
Menyusul Bahrain, Kuwait berada di posisi berikutnya yang dinobatkan sebagai negara dengan potensi kelangkaan air terparah pada 2040. Sebagai salah satu negara yang terletak di wilayah Timur Tengah, Kuwait kini tengah menghadapi tekanan air yang parah.
Tercatat, tingkat sumber daya air terbarukan per kapita di negara ini telah merosot dari 17,3 meter kubik di tahun 1977 menjadi hanya 4,8 meter kubik di tahun 2018. Oleh karena itu, Kuwait sangat bergantung pada desalinasi untuk memenuhi kebutuhan air rakyatnya tiap hari.
3. Qatar
Qatar menjadi salah satu negara yang diproyeksi berpotensi mengalami krisis air terparah pada 2040 mendatang. Sama seperti sejumlah negara di wilayah Timur Tengah, sebagian besar air yang tersedia di Qatar berasal dari proses desalinasi, di mana air laut diolah untuk menghilangkan garam dan kotoran lainnya.
Negara ini juga memiliki tingkat penggunaan air domestik tertinggi di dunia, dengan rata-rata 430 liter air yang dikonsumsi setiap harinya oleh sebuah rumah tangga. Selain itu, pertanian juga menjadi sektor yang mengonsumsi sekitar sepertiga dari total ketersediaan air di negara itu, namun sayangnya, sektor pertanian hanya berkontribusi 0,1% terhadap PDB Qatar.
4. Singapura
Singapura merupakan negara yang menduduki peringkat terakhir di Asia Tenggara dalam hal kepemilikan sumber daya air. Singapura sangat bergantung pada Malaysia dalam hal pasokan air, di mana 80% pasokan air di Singapura bersumber dari Malaysia.
Langkanya danau alami dan lapisan resapan air di Singapura lantas menempatkannya di posisi ke-170 dari 190 negara dalam hal ketersediaan air tawar. Minimnya sumber daya alam dan terbatasnya lahan untuk membangun infrastruktur penyimpanan air di Singapura menjadikan negara tersebut amat bergantung pada curah hujan.
5. Uni Emirat Arab
Masih dari kawasan Timur Tengah, Uni Emirat Arab (UEA) menjadi salah satu negara dengan tingkat krisis air tertinggi di dunia. Terlepas dari itu, tingkat konsumsi air UEA justru lebih tinggi dari rata-rata global. Tercatat, masyarakat UEA rata-rata mengkonsumsi sekitar 500 liter air per harinya.
Seperti kebanyakan negara di kawasan Timur Tengah, penggunaan dan konsumsi air berlebihan mengganggu sumber daya air yang tersedia di negara itu. Dengan minimnya curah hujan dan sumber air permukaan, UEA sangat bergantung pada desalinasi dan akuifer air tanah untuk memenuhi kebutuhan airnya.
6. Palestina
Bahkan sebelum konflik yang melibatkan Israel dan Hamas pecah pada 2023, Palestina telah menjadi salah satu negara dengan kelangkaan air terparah di dunia. Tercatat, warga Palestina yang tinggal di Gaza dan Tepi Barat hanya memiliki akses ke 80 liter air per hari.
Krisis semakin diperburuk sejak Israel memutus pasokan air dan listrik, sehingga warga Palestina terpaksa membeli air bersih dari pihak swasta sebab air keran yang tersedia kerap tidak berfungsi akibat pemadaman listrik. Bahkan menurut Reliefweb, 97% air di Gaza sekarang telah terkontaminasi oleh limbah dan tidak layak untuk dikonsumsi manusia.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya