WhatsApp masih gagal menjadi pemain kunci di Amerika Serikat meskipun populer di banyak negara. Di negeri asalnya, Facebook Messenger justru menjadi pilihan utama bagi pengguna smartphone.
Berdasarkan data survei Statista Consumer Insights, tingkat penggunaan WhatsApp di Amerika Serikat jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain.
Hanya 31% pengguna smartphone di AS yang menggunakan WhatsApp sebagai platform chat utama mereka. Di sisi lain, Facebook Messenger, aplikasi chat yang sama-sama dikembangkan oleh Meta Platforms itu telah menjangkau 81% pengguna, menjadikannya pilihan yang jauh lebih populer.
Gagalnya WhatsApp memimpin pasar Amerika Serikat ini dapat dilihat dari beberapa faktor. Pertama, Facebook Messenger telah terintegrasi dengan Facebook, platform media sosial yang paling populer di Amerika Serikat.
Integrasi ini memudahkan pengguna untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga mereka di Facebook tanpa perlu berpindah aplikasi.
Kedua, Facebook Messenger memiliki beberapa fitur yang tidak tersedia di WhatsApp, seperti panggilan suara dan video grup, kemampuan untuk mengirim pesan suara dan video, dan integrasi dengan layanan lain seperti Spotify dan Giphy. Fitur-fitur ini membuat Facebook Messenger lebih menarik bagi pengguna di Amerika Serikat.
Ketiga, WhatsApp memiliki reputasi sebagai platform yang kurang aman dibandingkan dengan Facebook Messenger.
Pada tahun 2019, terdapat kasus peretasan jaringan WhatsApp yang membuat data pribadi jutaan pengguna bocor. Hal ini membuat beberapa pengguna di Amerika Serikat ragu untuk menggunakan platform ini walaupun terdapat jaminan keamanan berupa enkripsi data pengguna.
Meskipun gagal meraja di negeri sendiri, WhatsApp masih populer di banyak negara lain. Di Afrika Selatan, Brazil, Meksiko, dan India, aplikasi ini bahkan telah digunakan oleh minimal 90% pengguna smartphone untuk berbagai macam kebutuhan hidup sehari-hari, seperti berkomunikasi dengan teman dan keluarga serta kontak berbisnis.
Disinformasi dan Misinformasi di WhatsApp
Para analis dari Forum Ekonomi Dunia (WEF) memperingatkan bahwa disinformasi dan misinformasi adalah masalah yang terus mengancam eksistensi WhatsApp. Platform ini dianggap sebagai target yang menarik bagi para penyebar disinformasi karena sifatnya yang tertutup dan terenkripsi.
"Disinformasi akan semakin dipersonalisasi untuk target tertentu dan disebarkan melalui platform pesan yang lebih "tertutup" seperti WhatsApp atau WeChat. Hal ini telah terjadi pada beberapa pemilihan umum di negara lain, seperti Pemilu India 2019," tulis WEF dalam The Global Risk Report 2024.
Analis WEF menambahkan bahwa meskipun penelitian dan pengembangan aplikasi penangkal hoaks sedang berlangsung, masifnya distribusi berita bohong ini masih marak terjadi di masyarakat. Hal ini membuat platform seperti WhatsApp rentan terhadap penyalahgunaan oleh para penyebar disinformasi.
Maka dari itu, penting bagi pengguna WhatsApp untuk tetap berhati-hati dan selalu melakukan kurasi terhadap masifnya konten hoaks yang berkutat di ekosistem platform ini.
Penulis: Christian Noven Harjadi
Editor: Iip M Aditiya