Tumbangnya PKS di Lumbung Suara, Imbas Gabung KIM Plus?

Kandidat yang diusung PKS tumbang di beberapa daerah yang disebut-sebut merupakan lumbung suara PKS, yakni Depok, Jakarta, dan Jawa Barat.

Tumbangnya PKS di Lumbung Suara, Imbas Gabung KIM Plus? Logo Partai Keadilan Sejahtera (PKS) | DPW PKS DKI Jakarta

Kenyataan pahit harus ditelan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak kali ini. Pasangan kandidat yang diusungnya di Kota Depok, wilayah yang digadang-gadang merupakan lumbung suara PKS, justru tumbang. 

Pasangan kandidat tersebut adalah Imam Budi Hartono-Ririn Farabi yang berhasil dikalahkan oleh Supian Suri-Chandra Rahmansyah. Budi-Ririn diusung PKS dengan menggandeng Partai Golkar, sedangkan Supian-Chandra diusung oleh PDIP, Gerindra, PKB, Demokrat, dan NasDem. 

Rekapitulasi Suara Pilkada Depok 2024
Imam Budi-Ririn Farabi yang merupakan kandidat yang diusung PKS di Pilkada Depok 2024 kalah | GoodStats

Berdasarkan hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan kandidat Budi-Ririn hanya berhasil mengantongi 396.863 suara, sedangkan pasangan Supian-Chandra berhasil meraup 451.785 suara. Sementara itu, terdapat 32.364 suara yang tidak sah seperti yang tampak pada infografik di atas. Hasil ini telah resmi diumumkan oleh KPU pada Senin (2/12/2024) lalu.

Kekalahan PKS di Depok ini merupakan kali pertama dalam sejarah pilkada selama dua dekade. Sejak pemilihan Wali Kota Depok dilaksanakan secara langsung, PKS selalu berhasil menduduki posisi Depok 1, yakni pada tahun 2005, 2010, 2015, dan 2020. Lantas, bagaimana sejarah Pilkada Depok dari tahun ke tahun? Apakah kekalahan perdana PKS ini merupakan dampak dari bergabungnya PKS ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus? Berikut ulasan lengkapnya.

Pilkada Depok 2005 Jadi Awal Dimulainya Dominasi PKS

Pilkada 2005 merupakan pemilihan secara langsung pertama kali yang diadakan di Kota Depok. Pada pilkada tahun tersebut, terdapat lima pasang kandidat yang berlaga. 

Kelima pasang kandidat tersebut adalah Nur Mahmudi Ismail-Yuyun Wirasaputra yang diusung oleh PKS, Badrul Kamal-Syihabuddin Ahmad yang diusung oleh Partai Golkar, Yus Ruswandi-Sutadi Dipowongso yang diusung oleh PDIP, Abdul Wahab Abidin-Ilham Wijaya yang diusung oleh Partai Demokrat, serta Harun Heryana-Farkhan Rozaq yang diusung oleh PAN.

Rekapitulasi Suara Pilkada Depok 2005
Pada Pilkada Depok 2005, kandidat yang diusung PKS, Nurmahmudi Ismail-Yuyun Wirasaputra, memenangkan kontestasi | GoodStats

Dari hasil pemungutan secara langsung tersebut, pasangan yang diusung oleh PKS, Nur Mahmudi Ismail-Yuyun Wirasaputra berhasil keluar menjadi pemenang dengan mengantongi 232.610 suara rakyat atau 43,9%. 

Selanjutnya, di urutan kedua terdapat Badrul Kamal-Syihabuddin Ahmad yang berhasil mengantongi 206.781 suara atau 38,9%. Pada posisi ketiga terdapat Yus Ruswandi-Sutadi Dipowongso yang meraup 34.212 suara atau 6,5%, peringkat keempat diduduki oleh Abdul Wahab Abidin-Ilham Wijaya dengan perolehan 33.487 suara atau 6,2%, serta di urutan pungkas terdapat Harun Heryana-Farkhan Rozaq dengan mengantongi 23.868 suara atau 4,5%.

Dari hasil tersebut, pasangan Nur Mahmudi Ismail-Yuyun Wirasaputra yang diusung oleh PKS kemudian dilantik pada 26 Januari 2006, setelah pelantikannya sempat tertunda selama sekitar 5 bulan lamanya.

PKS Menang Lagi di Pilkada Depok 2010

Rekapitulasi Suara Pilkada Depok 2010
Pada Pilkada Depok 2010, jagoan PKS kembali memenangkan pertarungan | GoodStats

Pada Pilkada Depok 2010, jagoan yang diusung PKS kembali keluar menjadi juara. Pasangan kandidat yang dimaksud adalah Nur Mahmudi-Mohammad Idris dengan mengantongi 227.744 suara atau 61,87%.

Pada urutan kedua, terdapat pasangan kandidat Badrul Kamal-Agus Suprianto yang diusung oleh partai Golkar yang dapat meraup total 146.168 suara atau 26,31%. Pada posisi ketiga terdapat pasangan independen Yuyun Wirasaputra-Pradi Supriatna dengan perolehan suara 124.511 atau 22,41%. Terakhir, di urutan keempat terdapat pasangan Gagah Sunu Sumantri-Derry Drajat yang juga merupakan kandidat independen dengan perolehan suara 54.142 atau 9,75%.

Pasangan Nur Mahmudi-Mohammad Idris kemudian resmi dilantik pada 26 Januari 2011 di Gedung DPRD Kota Depok.

Baca Juga: Benarkah Pemilih KIM Plus Tak Solid Beri Dukungan untuk RK-Suswono?

Pilkada 2015, Kali Ketiga Kandidat PKS Duduki Posisi Depok 1

Rekapitulasi Suara Pilkada Depok 2015
Pasangan kandidat PKS, Mohammad Idris-Pradi Supriatna berhasil menang dari kandidat yang diusung oleh PDIP pada Pilkada Depok 2015 | GoodStats

Pada Pilkada Depok 2015, kemenangan untuk ketiga kalinya lagi-lagi disabet oleh kandidat yang diusung oleh PKS. Pasangan kandidat tersebut adalah Mohammad Idris-Pradi Supriatna dengan perolehan suara sebesar 411.367 atau 61,91%.

Kontestasi pada pilkada ini hanya diikuti oleh dua pasangan calon. Satu pasang kandidat lainnya yang kalah adalah Dimas Oky Nugroho-Babai Suhaimi yang hanya mampu mengantongi 253.086 suara saja atau 38,09%.

Pelantikan Mohammad Idris-Pradi Supriatna kemudian dilakukan pada 23 Desember 2015 dan berhasil melanggengkan dinasti PKS di Kota Depok tersebut untuk kali ketiga.

Pilkada 2020 Jadi Detik-Detik Akhir Kekuasaan PKS di Depok

Rekapitulasi Suara Pilkada Depok 2020
Pilkada Depok 2020 menjadi tahun terakhir kemenangan PKS di kandang sendiri | GoodStats

Pilkada 2020 menjadi saksi kemenangan PKS untuk terakhir kali di Depok dalam sejarah. Pasangan yang diusungnya, Mohammad Idris-Imam Budi Hartono, berhasil mengumpulkan 415.657 suara atau 55,54%. Sementara itu, pesaingnya, Pradi Supriatna-Afifah Alia yang diusung oleh Partai Gerindra hanya berhasil meraup total 332.689 suara atau 44,46%.

Mohammad Idris-Imam Budi Hartono kemudian dilantik pada 26 Februari 2021, bertempat di Gedung Merdeka, Bandung.

Kandidat PKS Juga Tumbang pada Pilkada 2024 di Jakarta dan Jawa Barat

Selain Depok, Jakarta dan Jawa Barat merupakan wilayah yang digadang-gadang merupakan basis suara PKS, tetapi kandidat yang diusung PKS justru kalah pada kontestasi pilkada tersebut. 

Nasib malang dialami PKS di Jakarta ini usai mereka gagal memenangkan jagoannya, Ridwan Kamil-Suswono, bersama koalisi raksasa KIM Plus, di mana Suswono merupakan kader PKS sendiri. 

RK-Suwono hanya mampu memperoleh 1.718.160 suara atau 39,40%. Jumlah tersebut masih kalah jauh dari pemenang Pilkada Jakarta 2024, Pramono Anung-Rano Karno, yang berhasil meraup total 2.183.239 atau 57,07%. Adapun terdapat pasangan kandidat independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana yang berhasil mengumpulkan 459.230 suara atau 10,53%.

Sementara itu, di Jawa Barat, kandidat yang diusung PKS, Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie, hanya berhasil menempati posisi kedua dengan perolehan suara 4.260.072 atau 18,75%. Posisi pertama sekaligus pemenang Pilkada Jabar diduduki oleh pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan dengan perolehan suara sebesar 14.130.192 atau 62,22%. 

Adapun urutan ketiga diduduki oleh Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina dengan perolehan suara 2.204.452 suara atau 9,7%, sedangkan di posisi terakhir terdapat pasangan Jeje Wiradinata-Rnal Surapradja dengan perolehan 2.116.017 suara atau 9,31%.

Tumbangnya PKS di Berbagai Tempat Karena Gabung KIM Plus?

Bergabungnya PKS ke KIM Plus disebut-sebut merupakan salah satu penyebab tumbangnya beberapa kandidat tersebut di kontestasi pilkada serentak tahun ini. Arif Susanto, pengamat politik dari Universitas Paramadina, mengatakan bahwa beberapa tokoh yang maju menjadi calon kepala daerah atau calon wakil kepala daerah kurang memikat. 

Alih-alih berusaha menonjolkan calon-calonnya, PKS justru sibuk mendompleng nama Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo sebagai pengatrol suara kandidat-kandidat PKS. Di Jakarta, misalnya, pesaing kandidat yang diusung PKS, Pramono Anung-Rano Karno, lebih banyak menonjolkan elemen masyarakat yang bisa diterima luas dibandingkan menonjolkan identitas partai.

“Ini berbeda dengan Suswono. Bukan hanya keterkenalannya di Jakarta rendah, tetapi juga membuat blunder-blunder. Terlihat bahwa kantong penting pemilih PKS, lebih masuk ke Rano,” ungkap Arif pada Rabu (27/11/2024), melansir CNN Indonesia.

Sementara itu, di Depok, Arif menilai bahwa tumbangnya suara PKS disinyalir karena mereka tidak memiliki warisan yang signifikan selama hampir dua dekade menguasai Depok. Ia juga menambahkan bahwa dewasa ini pemilih sudah semakin cerdas dan terdidik sehingga menjadi lebih kritis dalam memilih pemimpin.

Di sisi lain, kegagalan PKS di tiga wilayah yang merupakan kandangnya sendiri ini dapat dimaknai sebagai momentum positif untuk bisa menata kembali solidaritas partai beserta kader-kadernya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Khoirul Anam, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic. 

Khoirul turut menambahkan bahwa kekalahan PKS, khususnya di Jakarta, tak dapat lepas dari kekecewaan simpatisan PKS setelah sebelumnya sempat akan mengusung Anies Baswedan. Pada akhirnya, PKS malah memilih bergabung dengan KIM Plus dan mengusung kadernya bersama mereka. 

Anies pun menjadi simbol perlawanan terhadap pasangan kandidat RK-Suswono, terlebih Anies sendiri sudah menyatakan dukungannya pada kandidat Pramono Anung-Rano Karno.

“Mampu mengkonsolidasikan basis pemilih loyal Anies untuk mendukung Pramono-Rano, yang mana banyak di antara mereka beririsan dengan basis pemilih loyal PKS,” ungkap Khoirul, mengutip CNN Indonesia.

Baca Juga: Tak Ada Oposisi, Terbentuknya KIM Plus Jadi Indikasi Degradasi Demokrasi?

Penulis: Elvira Chandra Dewi Ari Nanda
Editor: Editor

Konten Terkait

Persiapan Dana Darurat Jadi Tujuan Utama Gen Z Menabung

Kemajuan teknologi mempermudah perancangan strategi menabung yang sesuai dengan gaya hidup dan prioritas masing-masing.

Suara Sah Pemilu 2024 Jadi yang Tertinggi Sepanjang Sejarah

Suara sah dalam pemilu kian meningkat, Pemilu 2024 catatkan rekornya.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook