Tren Social Commerce Makin Populer, Masyarakat Kini Hobi Belanja di Media Sosial

Pendapatan dari social commerce akan mencapai 22% dari seluruh transaksi e-commerce pada tahun 2028. Bagaimana tren berbelanja di media sosial bisa populer?

Tren Social Commerce Makin Populer, Masyarakat Kini Hobi Belanja di Media Sosial Tren social commerce semakin populer di kalangan masyarakat (Laura Chouette/Unsplash)

Era digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam metode dalam berbelanja.

Kini, masyarakat tidak hanya berbelanja di toko fisik atau marketplace tradisional, tetapi juga melalui media sosial. Tren ini dikenal sebagai social commerce, sebuah fenomena di mana platform media sosial berfungsi sebagai medium paralel untuk menjual dan membeli produk secara langsung.

Social commerce eksis ketika pengembang aplikasi berusaha mengkombinasikan media sosial dan platform e-commerce untuk menghadirkan pengalaman berbelanja yang lebih mudah dan interaktif.

Berbeda dengan marketplace tradisional, social commerce memungkinkan interaksi langsung antara penjual dan pembeli, membangun komunitas, dan menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih personal.

Berbagai fitur strategi media promosi viral marketing di media sosial pun turut mendukung berkembangnya tren ini di kalangan pengguna, seperti Instagram Ads, TikTok Live, Facebook Ads, dan masih banyak lagi.

“TikTok telah bertransformasi sebagai medium di mana user dan brand dalam terkoneksi secara langsung, menciptakan pengalaman bertransaksi yang organik dalam satu aplikasi," ucap Javier Irigoyen, Head of Product for Shopping TikTok kepada The New York Times.

Persentase Transaksi Belanja Daring Via Social Commerce (Statista Market Insights 2024/GoodStats)

Data Statista memproyeksikan bahwa pendapatan dari social commerce akan mencapai 22% dari seluruh transaksi e-commerce pada tahun 2028.

Cina memimpin angka pendapatan transaksi masyarakat di social commerce dengan capaian persentase sebesar 47% dari total jumlah transaksi belanja daring.

Platform terpopuler di Negeri Tirai Bambu itu adalah Douyin, sebuah aplikasi media sosial lokal sejenis TikTok dengan 750 juta pengguna aktif bulanan, jauh melampaui pengguna global TikTok di Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Di Indonesia, tercatat 3,6% pendapatan belanja online bersumber dari transaksi yang dilakukan masyarakat di social commerce. Angka ini diperkirakan akan melonjak hingga mencapai persentase 5% di tahun 2028 seiring dengan perkembangan digitalisasi beberapa tahun ke depan.

Secara keseluruhan, pendapatan e-commerce global diperkirakan mencapai $2,7 hingga $3,4 triliun pada tahun 2023. Hal ini berarti sumbangan pendapatan dari social commerce diperkirakan telah mencapai $500 hingga $629 miliar.

Mengapa Social Commerce Populer di Indonesia?

Indonesia memiliki populasi internet terbesar keempat di dunia, dengan lebih dari 200 juta pengguna internet. Seiring dengan meningkatnya akses internet, penggunaan smartphone juga semakin tinggi setiap tahunnya.

Hal ini membuka peluang besar bagi social commerce untuk berkembang, karena konsumen dapat dengan mudah berbelanja melalui smartphone mereka.

Selain itu, penetrasi platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Target konsumen cenderung menghabiskan banyak waktu untuk scrolling media sosial, dan social commerce memungkinkan penjual untuk menjangkau konsumen secara langsung di platform favorit mereka.

Pengembang platform media sosial pun terus mengembangkan fitur-fitur baru yang memudahkan proses jual beli, seperti fitur live streaming, katalog produk, dan tombol pembayaran.

Fitur-fitur ini membantu penjual untuk mempresentasikan produk mereka dengan lebih menarik dan memudahkan pengalaman konsumen untuk bertransaksi secara instan.

Tidak hanya itu, prospek social commerce pun membuka peluang bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia untuk memasarkan produk mereka secara daring dengan biaya yang lebih rendah.

UMKM dapat memanfaatkan platform media sosial untuk membangun brand awareness, menjangkau konsumen baru, dan meningkatkan penjualan dengan memanfaatkan terpaan teknologi digital via media sosial.

Penulis: Christian Noven Harjadi
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Bagaimana Endorsement Selebriti dan KOL Berperan dalam Keputusan Belanja Anak Muda?

Survei mengungkap bahwa alasan utama anak muda membeli produk endorsement adalah karena kualitas produknya.

Di Era Serba Online, Mayoritas Konsumen Skincare dan Makeup Lebih Suka Belanja Offline

Menurut survei SOCO, kebanyakan milenial dan gen Z lebih suka membeli produk kecantikan dengan langsung datang ke toko.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook