Dunia pendidikan tinggi di Indonesia terus mengalami perubahan, baik dari segi jumlah mahasiswa yang mengenyam pendidikan, hingga dosen yang berperan sebagai garda terdepan dalam proses belajar mengajar. Perubahan ini menjadi menarik untuk diamati, terutama karena dapat mencerminkan dinamika kebutuhan, minat, serta kebijakan pendidikan di tanah air.
Laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan gambaran komprehensif terkait perkembangan jumlah mahasiswa dan dosen di bawah naungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek).
Jumlah Dosen Turun
Terlihat adanya kenaikan yang terjadi pada jumlah dosen baik untuk negeri maupun swasta. Di tahun 2019, terlihat dari kampus negeri mencatat sebanyak 80.023 dosen, bahkan meningkat sekitar ribuan dosen tiap tahunnya. Namun tren tersebut anjlok di tahun 2024, menurun sekitar 6 ribu dosen atau berkurang sekitar 7% bila dibandingkan dengan tahun 2023.
Tidak hanya terjadi pada kampus negeri, hal yang sama juga terjadi di kampus swasta. Mulai dari yang awalnya di tahun 2019 tercatat sebanyak 181.804 dosen, naik perlahan hingga di tahun 2023 mencapai hingga 184.145 dosen, dan terjadi penurunan yang sangat signifikan di tahun 2024 mencapai 8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Di balik statistik pertumbuhan jumlah dosen secara keseluruhan, tersembunyi realitas pahit yang dihadapi ribuan tenaga pendidik di perguruan tinggi swasta (PTS). Kondisi ini menciptakan ketimpangan yang signifikan, di mana dosen PTS kerap kali tidak mendapatkan hak dan fasilitas yang setara dengan dosen-dosen lain di perguruan tinggi negeri (PTN). Beberapa masalah yang terjadi meliputi gaji yang jauh di bawah standar hidup layak, minimnya akses terhadap pendanaan riset nasional, hingga status kepegawaian yang tidak pasti tanpa jaminan pensiun atau BPJS Ketenagakerjaan.
Realitas ini secara gamblang disampaikan oleh salah satu dosen yang merasakan langsung dampaknya.
"Saya mengajar 18 SKS per minggu, tapi tak pernah dapat tunjangan sertifikasi. Riset? Biaya sendiri," keluh Dr. Ahmad Fauzi dikutip dari Dialeksis, Sabtu (7/6/2025), seorang dosen ilmu politik di PTS Bandung, yang merasakan langsung dampak ketimpangan ini.
Kekhawatiran mendalam juga diungkapkan oleh Ratnalia Indriasari, Direktur Eksekutif Jaringan Survei Inisiatif. Menurutnya, kondisi dosen PTS terus diabaikan.
"Kita hanya (akan) memproduksi sarjana-sarjana bermutu rendah dari kampus yang sakit," tuturnya, mengingat peran krusial dosen PTS sebagai pilar vital yang menanggung beban terbesar dalam mencetak sumber daya manusia unggul di Indonesia.
Lonjakan Konsisten di Negeri, Fluktuasi di Swasta
Tren peningkatan jumlah mahasiswa menunjukkan gambaran yang menarik, terutama di PTN. Dimulai dari 2.928.403 mahasiswa di PTN pada tahun 2019, angka ini terus mengalami kenaikan yang konsisten dan signifikan setiap tahunnya. Kenaikan terbesar terlihat pada tahun 2023 dengan lonjakan 8% dari tahun sebelumnya, diikuti oleh peningkatan 7% lagi pada tahun 2024, mencapai total 3.883.583 mahasiswa negeri. Kenaikan yang stabil ini mengindikasikan semakin tingginya minat dan aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan tinggi negeri.
Di sisi lain, PTS menunjukkan pola yang lebih fluktuatif. Pada tahun 2019, terdapat 4.410.761 mahasiswa PTS. Meskipun sempat mengalami sedikit penurunan pada tahun 2020 (sekitar 1%), jumlah mahasiswa PTS kembali meningkat secara bertahap hingga puncaknya pada tahun 2023 dengan 4.674.889 mahasiswa. Namun, serupa dengan tren dosen, tahun 2024 menyaksikan penurunan signifikan pada jumlah mahasiswa PTS, yaitu berkurang sekitar 90.758 mahasiswa atau sekitar 2% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menjadi 4.584.131 mahasiswa.
Peningkatan jumlah mahasiswa di PTN utamanya didorong oleh strategi PTN sendiri yang secara signifikan memperbesar daya tampungnya. Pada tahun perkuliahan 2023 dan 2024, PTN secara masif merekrut mahasiswa baru, bahkan ada yang mencapai dua hingga tiga kali lipat dari kapasitas tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan ekspansif ini disambut sangat baik oleh masyarakat, mengingat preferensi umum untuk kuliah di kampus negeri.
Namun, peningkatan kapasitas PTN ini secara langsung menciptakan tantangan besar bagi PTS. Dengan semakin besarnya daya tampung PTN, jumlah mahasiswa baru yang dapat direkrut oleh PTS menjadi berkurang drastis.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan berbagai pihak. Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), secara lugas menyampaikan konsekuensinya.
"Jika total biaya operasional PTS masih di bawah total pendapatan, maka tidak akan ada masalah. Namun, jika biaya operasional lebih besar daripada pendapatan, PTS bisa mengalami kerugian hingga terancam tutup," tuturnya, dikutip dari Suara Muhammadiyah (9/9/2024).
Ia juga mengingatkan bahwa jika skenario terburuk ini terjadi, PTN sendirian tidak akan mampu menampung seluruh calon mahasiswa yang ingin melanjutkan kuliah, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah besar bagi lulusan SMA.
Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa pertumbuhan PTN selaras dengan keberlanjutan PTS, demi menjaga kolaborasi yang sehat dan mencapai tujuan konstitusional mencerdaskan kehidupan bangsa secara merata dan komprehensif.
Tren positif peningkatan jumlah mahasiswa dan dosen, terutama di perguruan tinggi negeri, menandakan komitmen kuat Indonesia terhadap pembangunan sumber daya manusia unggul. Meskipun tantangan bagi perguruan tinggi swasta perlu diatasi, optimisme tetap membubung tinggi untuk masa depan pendidikan tinggi Indonesia. Dengan kolaborasi yang kuat, sistem pendidikan Indonesia akan terus melahirkan generasi yang siap menghadapi tantangan dan membangun bangsa.
Baca Juga: Siapa Bilang Kuliah Mahal? Ini Kampus-Kampus Negeri Paling Aksesibel dengan KIP Kuliah
Penulis: Nixon Daniel Hutahaean
Editor: Editor